Kutekan tombol dial pada nomor Egi, saat sambungan ketiga ia sudah mengangkatnya.

"Halo?". Ucapku

"H..a..l..o? Calista?".

"Iya ini aku, bisa ketemu?".

"Iya bisa bisa..dimana? Sekarang? Aku minta maaf Cals". Ucapnya semangat. Mendengar suaranya saja sudah membuatku meleleh. Tapi...

"Di cafe depan sekolah ya? Jam 7".

"Iya Cals, aku segera kesana".

Aku langsung mematikan sambungan telponku. Apa aku harus mengatakannya pada Egi? Di dalam lubuk hatiku, aku sama sekali tidak mau memutuskan Egi. Tapi sepertinya aku harus melakukannya.

Dengan jaket kulit hitam dan sepatu converse aku berjalan meninggalkan rumah. Aku benar-benar harus mengatakannya bahwa aku dan Egi...

Tidak bisa bersama lagi.

Aku langsung mencari kursi sesampainya di cafe itu. Egi belum datang, dan aku memesan minuman dahulu. Tak lama kemudian Egi datang dengan jaket jeans muda. Ia langsung duduk di depanku dengan wajah gugup.

"Udah lama?". Aku hanya menggeleng.

"Gi, aku ga mau denger penjelasanmu--".

"Tunggu-tunggu kamu harus dengerin". Ucapnya memotongku. Aku menaikkan satu alisku untuk memberikannya kesempatan bicara. "Emang tadi kita 'terlihat' seperti ciuman. Tapi tadi itu fingertrick bibir kami sama-sama ga nyentuh dibatasi ibu jariku. Tadi kita ngelakuin itu gara-gara besok ada dance competition, dan sekolah nunjuk aku dan Zoe untuk mewakili sekolah". Aku hanya diam. Tidak bisa merespon apa-apa, meskipun aku kurang percaya seutuhnya.

"Maafin aku Cals, aku butuh kesempatan kedua dari kamu. Setelah kompetisi selesai, aku dan Zoe juga udah selesai". Ucapnya sambil menggenggam tanganku. Pertahananku runtuh dan aku mulai dikalahkan dengan pikiranku yang mendukung untuk tetap bersama Egi. "Aku janji Cals sama kamu, kalo aku ga bakal ninggalin kamu karena orang lain terutama Zoe. Kita cuma temenan". Aku hanya menunduk menatap tangannya yang sedang menggenggam tanganku.

"Egi, aku--".

"Aku mohon Cals".

"Okay, aku kasi kamu kesempatan kedua. Kalo kamu tetap aja nyakitin aku, aku ga bisa lagi maafin kamu". Egi langsung tersenyum merekah kearahku. Aku tahu, aku benar-benar mencintai Egi. "Aku pulang".

"Aku anter ya?".

"Ga usah, aku dijemput kak Andy". Bohongku. Egi hanya mengangguk dan aku pun meninggalkan cafe itu dengan rasa sedikit ragu dengan keputusan yang kubuat. Semoga saja, aku tidak salah mengambil keputusan.

***

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar. Merebahkan tubuhku di ranjang, aku menatap langit-langit kamarku yang kosong. Aku merasa bahwa aku salah mengambil keputusan, aku merasa harusnya tadi aku sudahi bukan memberinya kesempatan kedua.

Aku bangkit berjalan kearah jendela. Jendela kamar Calum sudah tertutup mungkin dia sudah tidur. Aku duduk dijendela dengan kaki menggantung di luar, semoga saja Calum belum tidur.

"Cal".
"Calummmmm". Baru dua kali panggil, jendela sudah terbuka.

"Apaan?".

"Gue ga jadi putus sama Egi". Ia mebelalakan matanya padaku. "Gue udah denger penjelasannya".

"Dan lo percaya?". Aku mengangguk. Ia tersenyum kecut dan mengalihkan pandangan dariku. Ya seperti biasa, Calum tidak akan suka dengan Egi. Aku tahu itu.

"Gue ga bisa mutusin dia, maaf". Lirihku.

"Kenapa lo minta maaf?".

"Ga papa cuma pengen minta maaf aja". Aku jadi teringat kertas yang kulemparkan di jendela kamarnya waktu itu. My heart want you but my mind not.

"Yadahlah mending sekarang lo masuk, gue mau belajar buat ujian kelulusan". Ucapnya kemudian. "Ujian lagi 5 hari, lo juga belajar sana".

"Iya deh, bye". Ia hanya tersenyum padaku.

***

Esoknya, aku ke tempat dimana kompetisi dance itu diselenggarakan. Tentu bersama Calum--ia memaksa. Awalnya Egi memberikanku satu tiket tapi karena Calum ingin ikut, ia memberikanku satu lagi.

Egi sudah memperingatkanku tentang koreografi yang akan ia tampilkan akan membuat aku 'terbakar' tapi apa salahnya sih seorang pacar datang untuk mendukung?

Setelah beberapa menit kemudian nomor peserta Egi sudah dipanggil dan siap untuk tampil. Jujur, aku sangat deg degan. Sedangkan Calum terlihat biasa saja.

"Lo yakin mau nonton? Awas aja lo cemburu terus nangis lagi". Ucap Calum.

"Yakin. Udahlah".

Zoe langsung on stage dan aku sangat menunggu kehadiran Egi. Tak lama kemudian, Egi masuk ke panggung. Dan langsung saja aku teriak-teriak, bagaimana tidak? Egi tampan sekali!!!!

Lagu one dari Ed Sheeran menjadi backsound dance mereka. Aku terus melihat penampilan mereka sedangkan Calum melipat tangan dan terlihat tidak tertarik sekali.

"Uhhh i'm so proud of him". Ucapku. Mungkin sekalian ingin membuat Calum cemburu. Eh tidak, hanya mengetes Calum.

Tak lama kemudian gerakan dance mereka menyayat hati. Dan aku langsung duduk lemas-terdiam.

"Mampus kan lu, sakit tuh hati". Calum tertawa sambil memegangi perutnya. Ia nampak bahagia melihatku sedikit cemburu.

"diem lu ah". Aku memukul lengannya dan masih pandangan lurus ke depan. Tiba-tiba saja telapak tangan Calum menutup kedua mataku.

"Kalo sakit hati tuh ga usah di terusin. Goblok lu ah". Aku hanya diam di perlakukan seperti ini. Memang membuat hatiku sedikit sakit. Tapi lebay juga kalau marah ke Egi.

Tiba-tiba terdengar suara riuh penonton dan sontak aku bertepuk tangan juga.

"Pulang?". Tanya Calum. Aku hanya mengangguk lalu mencari ponselku yang kuletakkan di tas.

To : Egi

Aku pulang ya. Laper

Setelah memencet tombol send, aku berjalan mengikuti Calum.

Di mobil, aku hanya diam. Entah kenapa acara tadi langsung membuat moodku buruk. Harusnya Calum yang sebagai moodboosterku sudah membuat moodku balik.

"Cals". Aku menoleh. "If it broke your heart, don't be shy to cry. My shoulder yours". Aku tersenyum pada Calum.

"Thanks a lot, Cal".

--to be continued-

Mac Harmon ft. Jada Nacario (Egi&Zoe) Dancing : On mulmed!!


The Reason I Love Tom : Calum HoodWhere stories live. Discover now