21

2.1K 322 17
                                    

Mr. William mengakhiri pelajarannya dengan informasi esok akan ada ujian. Padahal materi baru dijelaskan hari ini.

"Nanti lo belajar cals?". Tanya Calum yang sedang merapikan bukunya.

"Iya tapi nanti malam, kak Andy ngajak aku ke toko game".

"Yaudah belajar nanti siang, eh gue extra class dulu ya. Bye cals". Aku memang tidak pulang sekolah dengan Calum karena dia akan mengikuti extra class. jadi aku pulang dengan kak Andy, yang kebetulan udah pulang kuliah.

Karena jarak kampus kak Andy dan sekolahku memang Jauh. Aku menunggunya di cafe depan sekolah. Aku duduk di dekat jendela agar kak Andy dapat melihatku.

"Calista". Aku menoleh ke arah sumber suara dan ternyata itu Selena, penggemar berat Calum.

"Iya sel?".

"Kamu jadian sama Cal?".

Pertanyaan macam apa ini?!

"Engga, kenapa?".

"Jadi boleh dong, aku deketin Cal?".

"Ga boleh". Ucapku tegas. Enak saja dia mau deketin Calum.

"Loh kenapa? dia kan bukan pacarmu".

"Dia emang bukan siapa-siapaku. Tapi, only him can fix my heart".

"What!? jadi kamu suka sama Cal?".

"Aku ga bilang suka kan?! So, shut the fuck up".

***

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~>>

Aku melangkah meraih buku catatan matematika dan alat tulis. Agak aneh belajar di sore hari. Tapi, mau bagaimana lagi? aku harus lulus pelajaran matematika. Saat aku membuka buku catatan matematikaku, aku nelihat secarik kertas origami pink yang dilipat menjadi dua. Aku tidak pernah ingat meninggalkan kertas origami disini,

Temuin gue di tempat kita sering berantem jam 4 sore. Don't come late.

Tidak ada nama pengirim?!

Tapi dari tulisannya aku tau ini tulisan siapa, Calum. Aku pun melihat ke arah jam, Shit! telat satu jam. Aku langsung lari mengambil jaket serta sneakersku. Tanpa pamit ke mama, aku langsung pergi ke halte bus karena jika naik mobil, mama pasti tidak membolehkan.

Bus tak kunjung datang, aku memutuskan untuk lari ke sekolah hitung-hitung olahraga. Aku harap, orang yang menungguku masih ada.

***

Aku sudah sampai disekolah pukul 6. Telat dua jam? pasti dia tidak akan menungguku. Aku langsung berlari ke kelas, ini tempat aku sering berantem. Dengan siapapun itu.

Kosong.

Kelasku tidak ada orang sama sekali. Lagian memang ada orang yang mau nunggu selama 2 jam?

Aku pun putus asa. Karena haus, aku ke kantin. Karena masih ada extra class, pastinya kantin buka. Saat masuk ke kantin, aku melihat seorang laki-laki yang menelungkupkan wajahnya diantara lengan yang dilipat diatas meja. Dari rambutnya, aku tahu ini siapa. Itu Calum.

Ia melihat ke ponselnya yang mungkin untuk melihat jam. Dan saat itulah dia melihatku. "Telat dua jam, kan gue udah bilang don't come late". Ucapnya sarkas.

"Lagian lo pake surat-suratan segala, masih kuno aja. Masih untung gue nemu itu surat, kalo engga lo bakal nunggu angin disini". Ucapku tak kalah sarkas.

"Kalo lo ga nemuin itu surat, lo gagal jadi cewe gue".

Apa?!

"Apa cal?".

"Ga apa-apa". Aku mendengus.

"Terus kenapa lo nyuruh gue kesini?".

"Kan tadi gue udah bilang". Ia memutar matanya.

"Bilang apaan? coba ulang".

"Ga ah malu". Aku langsung bangkit berdiri tetapi tangan kekar calum sudah memegang pergelangan tanganku duluan. "Oke oke gue ulang".

"Calis, lo bisa ga lupain brad, connor, dan niall? Gue mau orang yang lo tatap kaya gini cuma gue, gue mau lo sadar kalo gue disini ada buat lo. Kali ini aja, lo sadari gue yang cinta sama lo dengan tulus".

Cinta?! astagaa

"Gue udah bisa 100% lupain tiga orang itu. Dan gue udah sadar, tentang yang akhir-akhir ini lo kasi ke gue. Mungkin bisa dibilang, lo kasi gue cinta secara diam-diam". Aku menarik nafas lagi, "dan satu lagi, lo mau sampe kapan bohongin gue? Kenapa lo baru sekarang ngomong tentang ini saat gue disakitin sama tokoh yang lo buat? Tom". Ucapku pelan.

Calum kaget. Mungkin ia tidak menyangka aku sudah mengetahuinya.

"Lo tau darimana?".

"Gue pernah buka ponsel lo, saat kita mau main Fifa. Inget?".

Calum diam memikirkan sesuatu, lalu mulutnya kembali terbuka. "Gue sayang sama lo, Calista".

Ia menarik nafas dan melanjutkan kata-katanya, "Sorry, gue baru menyadari ini saat kita ke ulang tahun Gemma. Gue yakin, gue harus bisa kasi kepastian sama perasaan gue sendiri. Jadi, gue boleh ga ngisi hati lo yang kosong? Lo ngerti kan?".

Astaga, "Gue gak bisa".

"Lo seriusan?".

"Kita temen, dan suatu saat kita putus. Kita ga bakal sedekat ini lagi". Aku menahan air mataku agar tidak jatuh.

"Jadi lo selalu berpikir akhir dari hubungan adalah putus?". Aku mengangguk pelan. "Jadi lo nolak gue?".

"Maafin gue cal".

"Ga papa, kita pulang sekarang". Ia berjalan duluan sedangkan aku mengikutinya dari belakang.

Aku benar-benar ingin memeluk Calum saat ini juga. Aku telah menolak cintanya padahal tadi siang aku bilang ke Selena untuk tidak mendekatinya.

Aku menyuruh orang untuk tidak memilikinya, tapi aku sendiri menolak untuk memilikinya.

"Cal, are you okay?".

"Jangan tanya pertanyaan kaya gitu, kalo lo udah tau jawabannya".

***

Kejadian sore tadi terus berputar di kepalaku. Calum menolak untuk mengobrol di jendela malam ini. Aku tahu dia sedang tidak baik-baik saja. Aku tahu suasana hatinya sedang tidak bagus malam ini.

Akhirnya air mataku jatuh. Aku terduduk memeluk lututku disamping tempat tidur.

Harusnya aku menerimanya.
Harusnya aku mengatakannya.
Harusnya aku jujur.

Aku menahan teriakanku dengan kedua telapak tangan. Air mata, nafas yang memburu membuat dadaku sesak. Andai Calum tahu, yang tersakiti bukan cuma dia, tapi aku juga.

Karena tak tahan, aku menangis sekencang-kencangnya. Aku ingin terlepas dari kesakitan yang menyerang rongga dadaku. Sakit ini, lebih dari apa yang aku rasakan saat Brad, Connor, Niall menjadi milik orang lain. Ini sakit.

"Untung gue lagi baik, gue anter lo beli makan".

"Lo tau cals, itu pertama kalinya ada yang nyium gue".

"Gue minta maaf".

"Gue mau kita damai, gue ga mau lagi berantem sama elo".

"Ke hati lo boleh ga?"

"Hehe biar beda, sana lo masuk. Kalo lama lama ngeliatin gue ntar lo suka lagi".

"Jangan gigitin bibir, atau gue yang gigitin itu bibir?".

"Gue gak bisa kalo ga ada lo".

"Gue lakuin karna gue sayang sama elo".

"Cowo itu ngelindungin cewe, calista".

"Lo percaya sama gue kalo lo bakal cantik disana. Oke?".

Aku bisa gila jika mengingat ucapan-ucapan manisnya.




--To be continued--

The Reason I Love Tom : Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang