22

2.2K 310 10
                                    

------------------------------->

Aku bangun dengan keadaan yang mengerikan. Mataku sembab, rambut singa, suaraku serak. Untung saja mama tidak mendengar isakanku. Dan untung saja aku teriak di bantal. Aku benci mengingat kejadian kemarin. Cukup hari ini saja aku seperti ini. Dan seorang bocah Asia itu yang membuatku seperti ini. Dia sangat mengubahku.

Aku berjalan gontai menuju kamar mandi. Kehidupanku harus tetap berjalan. Aku masih mempunyai dua kaki untuk menopang tubuhku agar tetap tegar. Apa Calum juga merasakan apa yang kurasakan?

Setelah membasuh badanku, aku melihat wajahku sekali lagi di cermin wastafelku. Tidak terlalu buruk.

Aku langsung turun ke bawah untuk sarapan. Aku baru ingat jika aku masih berangkat sekolah dengan Calum. Apa dia masih sudi berangkat sekolah denganku?

drrttt....drrtt.....drtttt.....

From : Tom

Gue tunggu di teras rumah.

Aku bahkan belum mengganti nama Tom menjadi Calum. Teringat jelas dikepalaku bagaimana bodohnya aku tidak mengenali suara Tom. Dan aku ingat pernah memuji Calum pada Tom. Bodoh.

To : Tom

Aku kesana.

Tanpa pamit pada mama, aku langsung pergi meninggalkan meja makan. Aku harus mempersiapkan diri untuk bertemu Calum.

Ia duduk dikursi teras dengan kepala yang disandarkan di tembok. Wajahnya seperti orang belun tidur. Sebegitu burukkah keadaannya?

"Cal, ayo berangkat". Ucapku sok biasa. Ia hanya tersenyum tipis dan mengambil tempat dibelakang kemudi.

Tidak ada perbicangan diantara kami. Hanya suara deru mobil yang Calum kemudikan. Ia menatap lurus kedepan. Mungkin bisa dibilang tatapan kosong. Aku curi-curi melirik ke arahnya. Sebenarnya aku tidak tahu jelas kenapa aku menolaknya lagian dia tidak ada usahanya untuk menjadikanku seorang mmm..ehem pacar. Kalau difilm kan, saat yang cewe 'nolak' pastinya si cowo akan meyakinkan. Tapi calum engga.

"Kenapa liat-liat?". Astaga, aku lupa jika sedang memperhatikannya. Aku langsung membuang muka ke jendela.

***

Aku belum berani cerita pada Alena. Ia pasti memakiku jika aku ketahuan menolak Calum. Asal kalian tahu, Calum sama sekali tidak berbicara padaku. Meskipun aku sudah mengajaknya bicara, namun ia hanya membalas sekedarnya saja.

Aku menjatuhkan tubuhku diatas kasur. Aku sangat merindukan Calum yang dulu. Harusnya aku memberikannya kesempatan waktu itu. Jika iya, aku pasti sedang bersamanya dan tertawa.

Aku menatap ke arah jendela. Tempat dimana aku dan Calum mengobrol. Ingin sekali aku melempar beton ke jendela kamarnya agar dia tahu aku sangat merindukannya. Tanpa sadar, aku berjalan ke arah jendela lalu duduk disitu. Menatap jendela kamarnya yang tertutup dengan tirai yang terbuka. Bisakah ia membuka jendelanya untukku? apa dia sesakit itu?

Hal yang kupertanyakan pada diriku sendiri adalah...

Apa aku menyesali itu?

Aku belum tahu jawaban yang cocok untuk itu. Jika kenyataannya dia juga akan pergi dariku, jawabannya adalah iya. Aku memilih iya ataupun tidak jawabannya tetap ia meninggalkanku. Karena menurutku sebuah hubungan pasti ada perpisahan.

The end where I begin.

Karena bosan, Aku melangkah keluar kamar. Sekedar mencari pengalih perhatian. Kutemukan Papa sedang berkutat dengan laptop didepannya. Aku tidak melihat papa saat pulang tadi. Karena mungkin papa tidak mau diganggu, aku masuk kekamar kak Andy.

Drrtt....drttt.....drrtt.....

From : Calum

Gue bosen.

Astaga astaga astagaaaaaaa. Aku tidak menyangka dia menghubungiku. Dengan cepat aku mengetuk ponselku untuk membalas pesannya.

To : Calum

Sama gue juga

Kalau berharap dia akan mengajakku jalan atau menyuruhku ke rumahnya tak apa kan? aku sangat sangat merindukan Calum yang selalu membuatku tertawa.

drrt...drrtt....drttt....

From : Calum

Ke kamar gue langsung ya.

Tanpa ba-bi-bu aku langsung pergi ke rumahnya. Sampai dirumahnya, aku langsung masuk ke kamarnya dan tak lupa mengetuknya terlebih dahulu.

"Cal".

"Masuk aja".

Aku melihat ia sedang diatas kasurnya sambil memainkan ponselnya. Lalu ia menatapku yang masih mematung di tempat. "Ngapain lo diem disana? sini".

Astagaaaaaaaa aku memang bodoh menolak cintanya. Tapi.....

Aku duduk ditepian kasurnya. Ia pun juga. Tanpa sadar, air mata yang tak tahu sedari kapan menumpuk di pelupuk mataku akhirnya jatuh. Aku juga tidak tahu kenapa aku menangis.

"It's really weird when someone you hate become your love". Ucap Calum dengan menekan kata 'love'nya.

"Cal, stop it". Ia langsung menarikku kepelukannya. Aku tidak bisa menolak, karena ini yang kumau. Yang kumau hanya dirinya. "Gue ga bisa cal. Maaf". Aku tahu pikiran dan hatiku tidak mau sinkron. Pikiranku memaksaku untuk menolak dirinya. Sedangkan hatiku berkata aku harus memilikinya. Terdengar seperti physco.

Ia masih memelukku dengan hangat. Mendekapku erat. Merasakan nafas amarahnya. Aku tahu, ini tak adil. Tapi bukan hubungan itu yang kumau darinya. Aku tidak bisa.

"Gue benci sama elo cal, harusnya lo ga bilang itu ke gue". Isakan makin keras. Pelukannya juga semakin erat. "Gue benci".

"Gue minta maaf kalau bikin kacau pikiran lo". Ia melepas pelukannya dan mengusap air mataku yang semakin deras turun ke pipi.



--to be continued--

Pendek banget njir hahaha

Masih galau tingkat dewa shinobi ga ikut slfl:((((

Udah pada liat hey everybody?

Anjis, ngakak y allah hahah. Fav scene : cek mulmed

The Reason I Love Tom : Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang