17

2.4K 320 12
                                    

"Okay, student. Saya akan memberikan tugas pada kalian untuk mengejar nilai-nilai yang tidak tercapai. Karna saya ingin kalian lulus mata pelajaran saya dengan baik". Mrs. Vinn menuliskan sederetan nama anggota tubuh di papan tulis. Lalu ia memberikan kriteria-kriteria seperti apa tugas itu. "Jadi kalian kerjakan ini dengan teman sebangku kalian. Kalian harus jelaskan bagian-bagian organ yang saya tulis dipapan. Dan dikumpul 2 hari lagi. Kalau kalian ingin lulus dengan baik, silahkan kerjakan tugas ini. Selamat siang". Mrs. Vinn merapikan bukunya lalu meninggalkan kelasku.

"Calis gimana nih? dua hari lagi loh". Ucap orang disampingku. Kepalaku benar-benar pening, tugasku numpuk sekitar 4 atau 5 pelajaran yang masih ku hutangi tugasnya. Lalu tugas jurnalistikku yang harus mewawancarai orang-orang populer sekolah dan mencari berita terhits di dunia.

"Iya cal, nanti kita kerjain. Mau dikerjain dimana?". Calum terlihat berpikir keras, hanya tinggal jawab tempatnya kan sudah beres. Dasar! idiot.

"Di rumah gue gimana?". Aku mengangguk lalu meninggalkannya di kelas karena ada rapat jurnalistik, akan ada pemilihan ketua jurnalistik yang baru.

***

"Aurelia Chloe Simpson, kamu yang akan menjadi ketua jurnalistik selanjutnya. Selamat". Ucap kak Gwen selaku mantan ketua jurnalistik sekolahku. Aku tahu, Chloe ini sudah lama mengikuti jurnalistik sekolah. Dan dia adalah salah satu keluarga simpson-keluarga bradley. Ia memang rajin dan tekun dalam memilih hal yang akan ia jabarkan di majalah. Jurnalistik dan majalah memang bekerja sama disini.

Chloe memberikan salam pada anggota-anggota jurnalistik. Aku pun juga menyalaminya, dia cantik dan pintar meskipun bertubuh mungil dia salah satu orang populer disekolah.

Setelah rapat beres aku pulang naik bus karena kak Andy ada mata kuliah tambahan. Seperti biasa aku menunggu di halte dekat sekolah, sendirian. Memang jarang murid-murid disekolah menunggu bus jam segini.

Tiba-tiba ada mobil berhenti didepan halte bus. Aku harap dia kenal denganku lalu mengajakku pulang bersama. Kaca mobil itu pun turun lalu laki-laki menggunakan kacamata hitam menatapku.

"Calum bodoh". Umpatku dalam hati. Ia berlagak seperti millionaires. "Hei lo kayak tukang pijit tau gak?". Aku pun ngakak di tempatku menunggu bus tadi.

"Baru aja mau ngajakin pulang bareng tapi karna diejek gak jadi deh". Ia menutup kacanya kembali tetapi ia tidak melajukan mobilnya. Mungkin dia kira aku akan memohon untuk tidak meninggalkanku. Lalu kaca mobil itu terbuka lagi, "Lo kok gak ngejar sih?". Tuh kan bener!

"Mau ngapain ngejar lo?".

"Ya kan biasanya gitu kalo di film. Yaudah mending lo cepet naik deh".

"Ogah ntar gue lo culik terus lo bawa ke hutan terus lo bunuh dan gue ditinggal di hutan". Calum ketawa mendengar ucapanku tadi. Iyasih emang berlebihan he he he.

"Dasar lebay, lo cepet naik atau gue..uhmm..gue...apa ya? nah, lo cepet naik atau gue sebarin tentang lo cium gue?". Aku langsung berlari ke kursi penumpang mengingat ancamannya yang memang bahaya banget buat di sebarin ke orang-orang. "Nah gitu dong, nurut".

"Tai lo, itu mah maksa kali". Calum langsung menjalankan mobilnya. Tapi aku tau ini bukan jalan pulang, gak tau deh mau dibawa kemana?

Aku menggigit bibirku saat mobil calum melaju sangat kencang. Aku gak mau mati muda, aku masih pengen bahagiain mama dan papa. Aku menatap cemas kedepan sambil menggigit bibirku. Sumpah aku takut banget, laju mobil calum diluar batas kewajaran.

"Jangan gigitin bibir, atau gue yang gigitin tuh bibir?". Ucap calum masih dengan tatapan pada jalan didepannya.

Aku membelalakkan mataku, aku baru sadar apa yang dia bilang tadi. Shit! maksudnya apa sih?

"anjir lo dasar!". Hanya jawaban itu yang bisa aku lontarkan. Sumpah aku bingung banget harus jawab apa.

Calum tidak menjawab. Kau tau aku diajak kemana?. Aku diajak ke funfair. Calum memaksaku untuk ikut bersama ke funfair, karna setelah mendengar ia akan mentraktirku eskrim, aku menurutinya.

"Cal naik komidi putar yuk?". Ajakku, dulu aku pernah naik komidi putar dengan kak Andy saat umurku baru 7 tahun. Tapi kak andy terjatuh dari kuda-kudaan dan itu membuatku berpikir dua kali untuk naik komidi putar.

"Itu wahana anak kecil caliss". Aku tetap menariknya ke komidi putar. Sudah lama sekali aku tidak pernah naik wahana ini lagi. "Lagian ntar kudanya gak kuat nahan beban lo". Calum ketawa dan membuat orang disekitar komidi putar melihat ke arah kami.

"Tapi gue pengen naik itu". Rengekku. Memang terlihat seperti anak kecil, tapi mau gimana lagi? aku pengen banget.

"Cari wahana yang lain aja deh. Lain kali aja kita naik itu". Calum menarikku menjauh dari komidi putar itu, karna ia menggenggamku terlalu erat aku sampai tidak bisa melepaskan diri.

Tiba-tiba calum berhenti di tempat perawatan tubuh yaitu salon. Jujur, meskipun aku perempuan aku jarang ke salon. Jika ke salon, berarti ajakan mama.

"Lo mau ngapain di salon cal?". Aku mau ngakak tapi takut dia marah lalu ditinggal disini.

"Gue mau semir dodol, lo kira gue ngapain?". Tanpa banyak omong calum langsung menarikku masuk ke dalam salon.

Ia meminta aksen blonde di rambutnya. Awalnya aku diajak untuk menyemir rambut, tapi karena terlalu sayang dengan warna rambutku jadi aku tidak ikut semir. Aku menunggu calum yang sedang girangnya karena rambut hitamnya akan berubah warna sebentar lagi. Ia selalu berkata "kayak gimana ya hasilnya?". "Gue ganteng gak ya?". "Blonde nih hehehe". "Rambutnya luke bikin gue pengen semiran". "Doain gue ganteng". Gak penting kan? udahlah aku duduk disampingnya sambil nge-iya-in ocehannya dia.

Beberapa menit kemudian, rambut calum udah selesai. Asli dia tambah ganteng aja. Mataku terkunci untuk tidak menatap ke yang lain. Aku gak bisa jelasin mukanya dia sekarang.

"Gue tau kok cals kalo gue ganteng. Jadi, lo jangan sampe lupa kedip gitu dong". Calum mencolek daguku yang terpaku melihat penampilan barunya. Aku baru tersadar kalau daritadi aku menatapnya terus.

"Dih, lo aja kali yang bilang". Calum langsung menaik-naikkan alisnya sambil cengar-cengir gak jelas. Beneran deh dia bikin aku gak fokus.

***

Malam ini aku berada di kamar calum untuk mengerjakan tugas yang Mrs. Vinn berikan.

"Yang ini cals?". Tanya calum sambil menunjukan ensiklopedi IPA padaku.

"Jangan pake yang itu, itu kepanjangan". Aku membolak-balikan halaman buku yang sedang kupegang. Aku tidak menemukan buku yang menjelaskan secara rinci.

"Yang ini?". Tanyanya lagi.

"Iya yang ini, lo baca dulu cari yang penting-pentingnya aja. Gue bakal baca yang ini, lo jangam lupa tulisin apa aja yang Mrs suruh kan? nah lo cocokin deh sama ini. Yang itu ringkas aja deh eh gak usah kali ya eh ringkas aja deh tapi agak panjangin dikit biar bagus tap- cupss".

Calum menciumku. Aku menegang. Aku beku. Aku kaget. Aku gak bisa nafas. Kemana oksigen ini?

"Cerewet banget sih". Ucapnya tepat didepan mataku setelah ia melepaskan bibirnya dari bibirku.

"Cal?". Panggilku, ia menoleh. "Gue butuh minum". Ia lalu pergi ke bawah mengambil minum. Aku rasa aku dimusuhin oksigen karena aku susah banget nafas. Aku gak bisa mencerna apa yang terjadi barusan. Calum menciumku itulah yang terjadi barusan. Apa dia sadar apa yang ia lakukan? kenapa aku gak bisa marah tentang yang tadi? calista goblok!!!

Calum datang membawa segelas air dingin. Aku cepat-cepat meneguknya dan berperilaku tenang agar calum tidak curiga tentang apa yang aku rasain sekarang.

"Udah nih, gue udah ringkas. Coba lo baca ulang". Aku pun mencoba membaca ulang hasil kerja calum. Tapi sayangnya aku tidak bisa fokus karna manusia didepanku ini.

"Boleh juga nih, gue yang salin ya. Yaudah gue pulang dulu". Aku langsung keluar dari kamar yang tidak beroksigen tadi. Sumpah! aku gak bisa ngendaliin emosiku sekarang. Aku bingung kenapa aku gak bisa marah?


--to be continued--

The Reason I Love Tom : Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang