23

2.4K 281 15
                                    

Hari-hariku masih berjalan dengan lancar. Ya meskipun tetap berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

Seperti sekarang, aku berada di satu mobil dengan Calum. Lalu pulang sekolah nanti aku tetap pulang bersamanya. Entah kapan akan berakhir, tapi aku tetap tidak ingin berakhir.

Berbagai cara sudah aku lakukan agar kembali seperti semula. Sebelum kata-kata itu merenggut pikiranku.

Mobil yang kami kendarai sudah sampai di sekolah. Jika dulu aku dan Calum pasti berjalan dari parkiran ke kelas bersama, sekarang tidak. Ia selalu melewati jalan lain atau dengan alasan 'gue ke kantin dulu'. Sejak kapan ia nongkrong di kantin?

***

"Baiklah, kalian kedatangan murid baru. Silahkan masuk". Ucap Mr. William.

Dan saat itu juga laki-laki itu masuk ke dalam kelasku.
"Perkenalkan nama saya Egi Collins, pindahan dari Vancouver. Senang bertemu kalian". Ucapnya dengan senyum merekah dibibirnya.

"Baiklah Egi silahkan duduk disitu". Mr. William menunjukan bangku kosong disamping Michael dan Luke. Seketika itu juga, mata Egi bertemu dengan mataku.

Bel istirahatpun berbunyi. Calum, michael, dan luke sudah pergi ke kantin. Sedangkan Alena, dia sedang mengikuti pembinaan lomba.

"Hai, boleh aku tahu siapa namamu?". Aku langsung menoleh pada sumber suara. Ternyata itu Egi, si murid baru.

"Namaku Calista". Ucapku singkat dengan senyum paksaan.

"Nama yang bagus, bisakah kau mengantarku ke berkeliling sekolah? Aku penasaran". Dengan berat hati aku mengangguk. Tak apalah, hitung-hitung bamtu orang susah haha.

Dimulai dari ruang kelas, kantor guru dan lain-lain. Kami berhenti di kantin, Egi mengajakku minum karena ia haus. Aku sih meng-iyakannya.

Saat masuk ke kantin. Calum sudah menatapku dari kejauhan. Rahangnya mengatup keras saat melihat siapa orang yang sedang berjalan bersamaku. Apa ada yang salah?

"Kau ingin minum apa Gi?". Tanyaku. Ia melihat daftar menunya lalu menunjuk Milo. "Kau mau milo?". Ia mengangguk. Lalu aku memesan dua gelas susu milo dingin dan menghampiri Egi yang tengah duduk sendirian.

"Cals, orang yang sedang duduk disana, teman sekelas kita kan?". Aku menoleh ke arah yang ditunjuk Egi. Dia menunjuk Calum dan teman idiotnya. "Daritadi si rambut hitam menatapku". Fuck.

"Iya mereka teman sekelas kita, mungkin dia bukan menatapmu, Gi". Jawabku sok santai.

"Tidak mungkin, Cals".

***

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Dan seperti biasa, aku harus menunggu calum beberapa menit. Karena entahlah apa yang ia lakukan.

"Egi". Teriakku saat melihat egi melintas dengan Skateboard di tangannya. "Kau akan pulang?".

"Iya cals, ada apa?".

"Tidak, rumahmu dimana? tidak takut tersesat?". Ia terkekeh. Jika dilihat-lihat dia manis juga.

"Rumahku hanya 6 blok dari sini, jadi tak mungkin tersesat. Kamu tidak pulang?".

"Aku menunggu teman".

"Baiklah, aku pulang dulu. Bye cals".

"Bye". Egi pun meluncur dengan skateboardnya. Tepat saat itulah Calum datang menghampiriku. Rahangnya mengatup keras dan tangan yang mengepal. Ada apa dia?

"Cepet naik". Ucapnya ketus. Dasar mahluk aneh. Dengan berat hati aku masuk ke dalam mobilnya. Kali ini dia menyetir seperti biasa. Untung tidak kalap dan kebut-kebutan dijalan. "Siapa tadi?". Ucapnya masih dengan nada ketus.

Aku memutar mataku dan mengalihkan pandangan je luar jendela, "Egi".

"Jangan deketin dia". Helaw? aku tidak salah dengar? berani-beraninya dia mengatur aku. "Dia ga baik buat lo". Aku mendengus. Cih! bilang saja cemburu.

"Sok tahu". Ia merilik ke arahku sekilas lalu menyetir kembali. "Lo ga berhak ngatur gue".

Calum tersenyum miring, "oke, lo boleh bilang gitu. Tapi ingat! kalo lo ada apa-apa jangan panggil gue".

Yaampun ni anak ke-pe-de-annya masih aja tinggi. "Dih ngapain juga".

***

Besok paginya, aku tidak berangkat sama Calum. Kembali menunggu di halte bus. Lagian dia semakin hari semakin menyebalkan. Lihat kemarin, dia sudah berani mengaturku. Mengatur dengan siapa aku berteman. Kan keterlaluan.

"Calista". Aku menoleh ke sumber suara saat baru turun dari Bus. Ternyata itu Egi.

"Hai Egi". Kami pun jalan berdua masuk ke sekolah. Selang beberapa menit, mobil Calum melintas dihadapanku. Pasti bentar lagi aku kena marah dari dia. Keliatan dari cara nyetirnya. Seperti orang kesurupan.

"Itu mobil teman sebangkumu kan?". Tanya Egi

"Iya, dia Calum".

"Dia pacarmu?".

Astaga, pertanyaan macam apa ini?

"Bukan hanya teman". Egi mengangguk-anggukan kepalanya. Jika dilihat-lihat Egi tak kalah dengan Calum. Ya memang kalah tinggi tapi itu lebih baik daripada sangat tinggi seperti Calum. Rambutnya, aku sangat menyukai rambutnya. Entahlah hasil menyemir atau asli. Lalu ia juga sangat modis tidak acak-acakan. Lihat sekarang, ia memakai Hoodie.

Sesampainya di kelas, aku dan Egi langsung menjadi sorotan. Terutama seseorang yang ada di sebelah bangkuku, ia terlihat lebih mirip singa daripada Calum Hood. Benar benar menyeramkan.

"Oke lo ga dengerin gue". Ucapnya saat aku duduk dibangkuku. "Fine". Aku tidak membalas perkataannya hanya melirik sinis ke arahnya. Dasar gila.

***

"Cals, mau main ke rumahku ga?". Tanya Egi saat kami berdua di pintu gerbang sekolah. Sebenarnya aku sangat ingin kenal dekat dengan Egi. Dia sangat murah senyum aku suka itu.

"Yah, lain kali saja, Eg. Aku pulang bersama Calum. Dia mengajakku barusan". Kalian tahu tidak? aku akan pulang bersama Calum. Aneh kan?

Tadi dia mengajakku pulang bersama. Mau menolak aku takut, apalagi jika aku menolak dikarenakan aku main ke rumah Egi. Bisa -bisa Calum berubah menjadi Canibal dan memakanku mentah-mentah. Terkadang ia seperti wanita PMS jika sedang marah. Aku saja kalah.

"Oh yasudah, lain kali jika kau kerumahku. Kita makan Nuttela bersama ya?". Ia tersenyum lagi.

"Oke, Eg". Egi langsung meluncur dengan skateboardnya. Dan tepat saat itulah mobil Calum didepanku.



--To be continued--

hahaha gaje. Maaf ya

Egi Collins as Mac Harmon [mulmed]

The Reason I Love Tom : Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang