"Kak Lou, apa disana ramai?". Tanyaku saat mobil kak lou sudah terparkir di Pub milik papanya itu.

"Sangat ramai, maka dari itu kita lewat pintu samping khusus pekerja".

Calum POV

Sudah daritadi aku memanggil nama Calista dari jendela tetapi tidak mendapat jawaban. Kuputuskan untuk mengahampiri rumahnya. Dan menanyakan tentang keberadaan Calista.

"Aunty, calisnya mana ya?". Ucapku saat Aunty Selena membukakan pintu rumahnya.

"Dia ke pub sama Louis, kenapa cal?". Aku sangat kaget. Bagaimana bisa gadis manis seperti Calista ke Pub dan aunty selena membolehkannya?

"Aku ada sedikit urusan dengannya, boleh minta alamat Pubnya aunt?". Aunty selena memberikan alamat Pub yang calis datangi. Aku langsung menuju ke Pub yang dimaksud itu.

***

Dari luar saja, Pub ini sangat ramai. Aku tidak percaya jika aku dibolehkan masuk oleh satpam penjaga pintu Pub itu, apalagi umurku yang masih bocah ini.

"Saya mau mencari teman saya, kau boleh membuntutiku kalau kau mau". Ucapku pada kedua satpam penjaga pintu Pub itu.

"Baik saya akan mengikutimu". Aku langsung masuk dan mengedarkan pandanganku ke sekeliling Pub itu. Tapi aku tertuju pada sosok wanita yang mengenakan celana panjang serta hoodie merah. Dan dia sedang berpelukan...

Kuhampiri dan kulihat wajahnya ternyata itu calista!!!!!!

Kupukul wajah orang yang memeluknya tadi. Entahlah! aku sangat kesal melihat orang lain memeluknya tadi! apa dia pikir calista ini jalang!

"Calum stop". Ucap Calista yang mencoba memberhentikanku memukuli wajah orang yang memeluknya tadi. Satpam yang mengantarku juga mencoba meleraiku. Tapi aku tidak peduli. "Calum stop it, cal stop". Ucap Calis berulang-ulang.

Tiba tiba orang yang memeluk calista juga memukul wajahku kini dia memukulku dibantu teman-temannya. Cih! Keroyokan.

Aku tau, sudah banyak yang melihat aksi saling jotos kami tapi mereka tidak perduli karna mereka mabuk semua. Lalu, datanglah seorang satpam lagi yang mencoba melerai kami.

Calista POV

Aku menatap kedua wajah laki-laki didepanku ini. Niall dan Calum. Betapa bodohnya mereka bertengkar diPub milik kak Lou. Untung saja kak Lou segera memanggil satpam.

"Dasar bodoh". Umpatku. Wajah Calum lebih parah daripada wajah Niall. Itu karena, teman-teman Niall mengkeroyok Calum. Aku juga tidak mengenali siapa mereka. Yang jelas, Niall ke Pub menjemput Saudaranya yang bekerja sebagai bartender disini. Dan teman-temannya itu mengantar dia karena dia tidak tau cara masuk ke Pub ini.

"Emm....Cal lo ngapain kesini?". Tanyaku pada Calum yang sedari tadi menunduk. Jika kalian tahu bagaimana wajahnya sekarang pasti kalian akan ngeri ketakutan.

"Gue jemput lo, pas gue kesini gue liat lo pelukan sama dia, gue kira lo dipeluk sama cowo mabuk disini. Maka dari itu gue pukul wajahnya". Aku tidak tau harus berbicara apa. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. "Gue minta maaf ya, gue kira lo cowo bajingan. Maafin gue ya, Ni...all?".

"It's okay. Aku tau kok kalau kamu khawatir. Ya bagaimanapun juga, aku dan temanku memukulmu juga jadi aku minta maaf juga ya eh siapa namamu?".

"Calum".

"Ohhh jadi ini calis?". Niall tertawa dan aku mengisyaratkannya untuk diam. "Kudukung kau dengan dia". Ucap Niall saat tawanya mereda.

"Dukung apa?". Tanya calum

"Ehmm sudahlah, aku akan mengobati kalian berdua".

"Tidak usah, aku langsung pulang bersama saudaraku. Dia sudah pulang juga". Niall siap-siap mengambil jaketnya. Lalu berjalan ke arah pintu keluar Pub ini. "Calis, segera obati dia. Lukanya sangat banyak. Sekali lagi aku minta maaf ya calum". Ia pun berjalan keluar.

***

Sekarang aku berada di dalam mobil calum menatapnya yang membersihkan luka-luka diwajahnya. Aku tidak bisa membantu karna aku saja ngeri melihatnya.

"Lo malah liatin doang, bantuin kek". Ucapnya sambil membuang tisu bekas mengelap sudut bibirnya yang berdarah.

"Gue ngeri". Calum memutar matanya dan mulai membersihkan darahnya lagi. "Yaudah bentar gue mau ambil air buat bersihin". Aku pun membeli air mineral di supermarket depan Pub tadi. Setelah membeli air aku langsung menghampiri calum. "Untung aja niall bawa obat merah". Aku memberi sedikit air pada tisu lalu mengusapnya di wajah calum.

"Pelan-pelan". Ucapnya saat aku meneteskan obat merah di tisu karna tidak ada kapas.

"Makanya jadi orang itu jangan sok pahlawan kesiangan gitu. Gue gak suka". Aku memberikan obat merah di sudut bibirnya serta tulang pipinya. "Gue tuh ga suka liat lo dipukulin kaya tadi, meskipun sama Niall". Entah kenapa aku jadi meneteskan air mata. Cairan bening itu seperti air terjun sekarang. "Goblok banget sih lo, 1 lawan berbanyak tuh tadi. Lo mau mati?".

"Gue lakuin karna gue sayang sama lo". Lirihnya.

"Apa? lo bilang apa tadi?". Aku benar benar tidak mendengarnya karna dia berbicara setengah berbisik.

"Ga ga bilang apa apa". Kupukul lengannya. "Ga usah nangis, ngapain nangisin gue. Gue kan cowo, panteslah gue kaya gini". Kupukul lengannya lagi. "Cowo itu ngelindungin cewe, Calista".

"Tuan Hood, jika kau melakukan ini lagi. Lebih baik aku yang menghajarmu". Ia tertawa lalu tersenyum sangat manis kepadaku.

"Oh aku sangat takut, bagaimana ini?". Aku tertawa melihat ekspresi wajahnya sekarang. Kalian bisa lihat kan, wajah babak belur berakting sok ketakutan.

***

Pagi ini aku seperti biasa berangkat dengan calum. Hidungnya di plester, lebam di pipinya masih ada. Jadi, aku akan menjadi saksi pada guru jika ia ditanyakan.

"Nanti lo bilang apa tentang wajah gue ini?". Tanyanya sambil menatap lurus kedepan.

"Gue bilang, lo dirampok tapi untungnya cuma uang doang yang diambil, udah kan?".

"Lo yakin mereka percaya?".

"Duh calista yang cantik ini pandai berakting. Tenang aja".

Sepuluh menit kemudian, aku sampai disekolah. So pasti mereka melihat kami berdua terutama Calum. Wajar saja, wajahnya hancur begitu. Sesampainya di kelas, malah tambah gaduh. Mereka semakin histeris melihat wajah calum.

"Apa lo liat-liat?". Ucap calum menunjuk pada kedua teman idiotnya.

"Lah itu kenapa wajah lo? Sumpah lo gantengan gitu". Ucap sirambut hijau, Michael.

"Anjir lu, ini habis diciumin tangan tangan. Macho kan gue?". Air muka luke dan michael seketika berubah, seperti orang ingin muntah.

***

Malam ini ga tau kenapa aku terjaga. Ga bisa tidur. Aku malas menghubungi Tom. Dia membuatku bingung. Kenapa harus aku yang selalu menghubungi dia duluan?




--To be continued--

#SoundsLiveFeelsLive.
Vomments? ty.

The Reason I Love Tom : Calum HoodDär berättelser lever. Upptäck nu