"Aku juga mencium bau manusia darinya."
"Jadi dia naga atau manusia?"
"Aku tidak tahu."
Para naga saling tatap. Mereka semua nampak bingung. Sementara Avelon memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari Bunga Daimony. Kepalanya mendangak. Matanya menyapu setiap sudut langit-langit gua. Mencari bunga dengan kelopak berwarna emas dan daun perak.
Nihil.
Gua ini terlalu gelap untuk mata Avelon bisa melihat langit-langit yang terpisah 50 meter darinya, 15 meter lebih tinggi dari ukuran para naga.
Sialan.
Haruskah dia bertanya pada para naga? Tapi, Avelon tidak mengerti bahasa mereka. Yang Avelon tahu, celotehan mereka tadi adalah tentangnya. Hanya itu. Selebihnya, Avelon tidak tahu.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan padanya?"
"Biarkan saja? Atau bunuh?"
"Aku tidak tahu."
"Kenapa kita tidak bertanya padanya saja?"
"Bagaimana jika kita menunggu Primordious kembali?"
"Terlalu lama."
Semua naga saling tatap. Mereka terlihat berpikir keras. Ini sungguh membingungkan. Mungkin mereka memang harus menunggu Primordius— sebutan untuk para naga terkuat yang pergi berburu—untuk kembali. Tapi, bagaimana jika naga yang memiliki bau manusia ini menyerang?
Melihat para naga yang justru nampak bingung dan bukannya menyerang, Avelon langsung melompat demi bisa melihat langit-langit gua dengan lebih baik. Dan gerakannya yang mendadak Avelon membuat para kadal bersayap itu tersentak kaget.
"Naganya bergerak!"
"Bukankah dia manusia?
"Aku tidak tahu! Anggap saja dia manusia dan setengah naga."
"Tapi, apa yang dia lakukan di atas sana?"
Kepala para naga mendongak. Menatap Avelon yang berjalan di langit-langit dengan kepala yang berada di bawah.
"Aku rasa dia mencari sesuatu."
"Apa yang dia cari?"
"Sesuatu yang ada di atas langit-langit gua kita... Bunga Daimony?"
Para naga kembali saling tatap. Kepala mereka mendongak sekali lagi. Menatap Avelon yang menyusuri langit-langit gua mereka. Sedangkan yang ditatap nampak santai. Mata Avelon menyisir setiap jengkal langit-langit gua naga dengan awas. Namun, yang dia temukan sejauh ini hanyalah lumut dan tanaman entah apa. Avelon tidak begitu peduli karena memang bukan itu yang dia cari.
Para naga kembali duduk dengan tenang di lingkaran batu masing-masing. Mereka sudah tidak begitu peduli dengan kehadiran Avelon di gua mereka. Karena jika benar Avelon hanya mencari Bunga Daimony, maka dia bukan ancaman. Melainkan pahlawan.
Dulu, sebenarnya kelompok ini memiliki ratusan naga. Namun, mereka semua kati karena serbuk sari Bunga Daimony. Hanya puluhan naga yang tersisa. Meski begitu, setidaknya mereka berhasil menjaga kekuatan kelompok hingga bisa berada di barisan gua paling jauh dari pinggir hutan.
Yah, serbuk Bunga Daimony memang beracun bagi para naga. Dan sialnya, bunga itu hanya mau tumbuh di gua naga.
"Jadi, kita biarkan saja?"
"Iya, dia kelihatannya bukan ancaman."
"Baiklah. Tapi, kita harus tetap waspada."
"Aku tahu itu."
Sementara di atas sana, Avelon masih menyusuri setiap jengkal langit-langit gua yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan. Semua tumbuhan ada di sini. Selain apa yang Avelon cari.
"Sialan! Kenapa tidak ada satu pun bunganya? Apa ada yang sudah mengambilnya?"
Avelon menatap ke bawah. Di salah satu sudut gua, terdapat tumpukan tulang-belulang —yang jika dilihat nampak seperti tulang manusia.
"Mustahil ada orang yang bisa mencapai langit-langit gua." kata Avelon.
Dia akhirnya kembali mencari. Cukup lama hingga membuat kepala Avelon terasa pusing. Mungkin karenadarah yang seharusnya mengisi seluruh tubuhnya justru menumpuk di otak.
"Aku harusnya belajar sihir modifikasi tubuh dengan kaisar," Avelon menyumpahi dirinya sendiri.
Dan saat di mana sirkulasi darah ke otak berkurang karena gravitasi, Avelon akhirnya menemukan yang dia cari. Sebuah bunga dengan kelopak berwarna emas dan daun perak. Tergeletak di tengah langit-langit.
Avelon langsung mengambilnya. Kemudian, pergi dari gua itu dengan awannya yang bisa bergerak. Meninggalkan para naga yang bersorak dengan gembira. Akhirnya apa yang mengancam nyawa kawanan mereka menghilang juga. Bunga Daimony juga dikenal sebagai bunga abadi. Karena dia tidak akan pernah layu. Meski dicabut sekalipun. Dan serbuk sari dari satu bunga saja sudah cukup untuk membunuh ratusan naga sekaligus.
"Naga berbau manusia itu menyelamatkan kita!"
"Aku rasa dia adalah Primordial yang diramalkan akan menyelamatkan kawanan kita!"
Primordial, itu adalah sebutan untuk leluhur naga yang sudah mati dan melakukan reinkarnasi. Entah sebagai manusia, naga, atau mungkin juga naga dengan manusia.
Para naga masih bersorak ketika Avelon keluar dari Hutan Hitam dengan Bunga Daimony di tangannya. Avelon pikir dia juga akan bersorak dengan para naga.
Namun, pikirannya salah.
Bunga Daimony sekalipun...
Tidak bisa mengembalikan jiwa Lilyana. Tidak peduli berapa kalipun Avelon mencobanya. Hasilnya tetap sama.
Gagal.
Bahkan, Bunga Daimony yang abadi itu pun...
Berubah jadi layu. Sama seperti harapan Avelon untuk bisa membawa jiwa Lilyana kembali. Atau setidaknya, menemukannya. Agar Avelon bisa mengirimnya ke dunia lain. Dunia yang lebih baik.
Ah, tidak.
Jika Avelon bisa menemukan jiwa Lilyana...
Dia akan bertanya lebih dulu.
Apakah Lilyana ingin hidup...
Atau mati.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 57
Start from the beginning
