Lilyana menatap langit-langit kamar yang terasa begitu asing baginya. Wajar. Ini adalah pertama kalinya dia tidur dengan si kembar.
Ah, Lilyana memang memutuskan hal itu.
Dia akan bergiliran tidur dengan Duke dan Duchess, Tuan Muda, lalu si kembar. Dan di akhir pekan, mereka berenam akan tidur bersama.
Melakukan hal aneh yang biasanya tidak Lilyana lakukan —bahkan dalam mimpi sekalipun, bukan berarti gadis kecil itu menerima Noewera sebagai keluarganya. Dia hanya berusaha membalas kebaikan mereka selama ini. Dengan begitu, Lilyana bisa pergi tanpa penyesalan.
Iya, hanya sebatas itu.
"Kakak senang sekali karena bisa tidur dengan Rie," kata Letisha yang memeluk Lilyana dengan erat. Pipi gadis itu menempel di pundak Lilyana.
"Kakak juga senang sekali!" balas Lorenzo.
Tidak. Bocah kembar itu tidak tidur di kamar yang sama sejak bisa berjalan. Karena terakhir kali mereka dibiarkan ada di kamar yang sama dalam semalam, keduanya berakhir di dokter keluarga. Benar. Dua bocah itu tidak tidur dan malah bertengkar semalam suntuk. Jadi, Duke memutuskan untuk memisahkan keduanya. Dan hasilnya baik. Tidak ada yang berakhir di dokter.
Tapi kali ini, mereka kembali tidur di kamar yang sama demi bisa memeluk adik bungsu mereka sampai matahari terbit.
"Iya, saya juga senang," balas Lilyana dengan wajahnya yang tidak lebih datar dari papan. Meski begitu, ucapan itu tulus. Dia senang karena bisa membalas kebaikan dua bocah kemba ritu. Walau hanya secuil.
"Besok Rie akan tidur dengan ayah dan ibu lagi?" tanya Lorenzo yang juga memeluk Lilyana.
Lilyana menganggukkan kepalanya.
"Lalu besoknya dengan Kak Xave?" kali ini Letisha yang bertanya.
Dan Lilyana kembali menganggukkan kepalanya sebagai balasan.
"Kenapa begitu? Lebih baik tidur bersama kami saja selama seminggu penuh. Lupakan saja ayah, ibu, dan Kak Xave," keluh Letisha. Wajahnya terlihat begitu sedih.
"Jika itu terjadi, mereka akan marah," jawab Lilyana.
Letisha menggeser posisinya agar lebih dekat dengan Lilyana, "Itu benar. Tapi, siapa yang peduli pada mereka?"
"Saya peduli.... sedikit,"
Letisha menggosokkan pipinya di pipi Lilyana, "Aduh! Adik kakak sudah dewasa, ya!"
Lilyana memasang wajah datar. Membairkan Letisha melakukan apa yang dia lakukan. Sementara itu, di samping Lilyana, Lorenzo sudah memejamkan mata. Posisi tidurnya sudah tidak lagi memeluk Lilyana. Melainkan... Entahlah. Lilyana tidak bisa menggambarkannya.
"Kenapa adik anda tidur dengan sangat cepat?" tanya Lilyana.
"Biarkan saja. Dia memang seperti itu. Tidak bisa terjaga begitu lama jika sudah menempel pada kasur," jawab Letisha dengan tawa pelan. Takut membangunkan Lorenzo.
Lilyana tersenyum tipis.
Baru kali ini ia mengetahui hal itu. Selama ini ia mengira Lorenzo mampu terjaga hingga larut malam. Ternyata, bocah itu langsung terlelap tak lama setelah kepalanya menyentuh bantal.
"Tapi, itu bagus. Karena kakak jadi bisa bersama Rie berdua saja," Letisha memeluk Lilyana dengan lebih erat. Dan sekali lagi, bocah kecil itu tetap diam.
Letisha menatap langit-langit kamar, pipinya masih bersandar di pundak Lilyana. Jujur saja, ia tak pernah menyangka akan ada hari ketika adik bungsunya datang ke kamarnya dan tidur bersamanya. Terlebih setelah adik bungsunya itu tidak mendapatkan penjaga di usia 5 tahun. Karena anak perempuan istimewa Noewera yang lain selalu mendapatkan penjaga di usia itu meski memiliki kehidupan pertama yang tidak begitu baik.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
