Transmigrating 23

851 45 2
                                        

Pesta ulang tahun si kembar berlangsung dengan sangat sederhana-begitu sederhana hingga nyaris tak ada bedanya dengan perayaan ulang tahun rakyat biasa. Acara itu diadakan di sebuah gazebo yang terbuat dari kayu gahari, kayu dari pohon terkuat di dunia. Gazebo itu berdiri di dekat Taman Ilysh, taman bunga yang melambangkan setiap anggota keluarga Noewera. Di dalam gazebo yang dihias dengan bunga dari Taman Ilysh itu, ada meja berbentuk lingkaran dengan 6 kursi yang mengelilinginya. Di atas meja, ada begitu banyak makanan dan minuman yang dilihat sekilas saja, Lilyana sudah menduga jika harganya tidak murah. Kualitas bahan yang digunakan jauh lebih baik dibandingkan dengan yang biasa mereka makan sehari-hari. Bahkan, alat makannya pun terlihat begitu mewah.

Benar. Mau dibuat sesederhana apapun, ulang tahun anak Duke jelas tidak akan sederhana. Duke pasti tetap akan membuat pesta ini tetap menjadi mewah.

Meski begitu, rasanya tetap aneh.

Karena sebelum Lilyana lahir, pesta ulang tahun si kembar maupun Rexave dirayakan sebesar mungkin. Di aula pesta yang dihiasi dengan berbagai permata berharga, musik dari musisi terkenal, dan ratusan bangsawan yang memberikan hadiah mewah. Perayaan ulang tahun yang sederhana ini terjadi karena Lilyana masih menolak untuk tampil di hadapan publik. Dan, si kembar tahu itu. Jika mereka merayakan ulang tahunnya dengan megah, maka itu akan menjadi ulang tahun pertama yang tidak dihadiri oleh adik bungsu mereka.

"Lori dan Tisa tahu jika kalian berdua bebas merayakan ulang tahun kalian seperti biasa, kan?" Duke bertanya pada si kembar.

Dua bocah yang hanya terpaut 10 menit itu menoleh. Kompak menganggukkan kepalanya.

"Kami tahu. Tapi, kami ingin Rie datang ke pesta kami," Letisha menjawab sembari menatap adik bungsunya yang duduk di pangkuan Duchess.

Yah, Duchess akhirnya mau hadir dalam acara perkumpulan keluarga berkedok pesta ulang ini setelah dipaksa oleh si kembar. Cukup sulit membujuk ibu tiri mereka yang masih membangun dinding tinggi, yang meski sudah dihancurkan, akan tetap menjulang tinggi.

Lilyana yang sedang mengaduk mangkok berisi sop labu tampak tak acuh.

"Ayah bisa meminta penyihir untuk mengubah wajah Rie menjadi tidak jelas saat orang lain melihatnya. Dengan begitu, Tisa dan Lori bisa merayakan ulang tahun seperti biasa. Dan, Rie tetap bisa datang ke pesta kalian,"

Rexave menganggukkan kepalanya. Tanda jika dia setuju dengan ucapan sang ayah, "Ayah benar. Kita bisa melakukan itu. Rie juga pasti tidak keberatan wajahnya dibuat tidak jelas di mata orang lain. Benar kan, Rie?"

Lilyana masih tidak peduli. Bayi yang berusia 1 tahun 3 bulan itu menyendok sup labu ke dalam mulutnya. Beberapa tetes sup terjatuh dan mengotori gaunnya. Lilyana tidak peduli. Setidaknya jumlah sup labu yang masuk ke dalam mulutnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang tumpah.

Lori dan Tisa kompak menggelengkan kepalanya. "Ayah, DKak Xave, Rie bukan hanya tidak ingin terlihat, tapi dia juga tidak ingin melihat. Jadi meskipun ayah sudah membuat wajah Rie kabur di mata orang lain, Rie tetap tidak akan datang," kata Lori.

Duke menghela napas. Yah, ucapan putra keduanya memang ada benarnya. Anak bungsunya itu bukan hanya ingin tak terlihat, tapi juga tak ingin melihat wajah orang asing.

"Apa Lori dan Tisa senang dengan pesta ulang tahun seperti ini?" tanya Duchess yang baru saja meletakkan sapu tangan di pangkuan Lilyana. Karena jika dibiarkan, bayi kecilnya itu bisa-bisa mandi dua kali-dan yang satu ini bukan dengan air, melainkan dengan sup labu.

"Iya, kami senang sekali!" jawab keduanya kompak. Hampir bersamaan.

"Kalau begitu sudah cukup," kata Duchess dengan senyum manis.

Duke dan Rexave menatap Duchess sekilas sebelum akhirnya saling tatap dan ikut tersenyum. Benar. Duchess benar. Jika pesta ulang tahun yang sederhana ini membuat si kembar senang, maka itu sudah cukup. Karena hari ini, pemeran utamanya adalah mereka berdua.

"Walau begitu, ayah harap ulang tahun kalian berdua nanti tetap dirayakan seperti biasa. Karena terkadang, ada kalanya kita tidak perlu mengalah pada saudara dan mementingkan diri kita sendiri. Ayah yakin jika Rie pasti mengerti." Duke ganti menatap si bungsu yang masih fokus pada sup labu di tangannya, "iya kan, Rie?" tanya Duke.

Lilyana hanya mengangguk pelan sebagai balasan. Dia tidak begitu peduli dengan apa yang Duke ucapkan. Dia hanya peduli dengan suapan terakhir sup labunya yang entah kenapa bisa habis secepat itu. Sedangkan si kembar saling tatap. Ayahnya benar. Walau mereka memikirkan si bungsu, tapi kedua bocah itu juga ingin merayakan ulang tahunnya seperti biasa. Karena baik Letisha ataupun Lorenzo, keduanya sama-sama suka berinteraksi dengan orang lain. Meski begitu, tetap saja. Mereka jauh menyukai Lilyana.

"Tentu saja, ayah. Kami akan merayakan ulang tahun seperti biasa setelah Rie tidak lagi takut dengan orang asing," kata Letisha sembari menggenggam tangan kiri Lilyana yang sedikit kotor karena sup labu. Meski begitu, gadis kecil itu sama sekali tidak merasa jijik.

Duke memotong steak di hadapannya sembari mendesah pelan. Benar. Memang tidak ada yang bisa mengalahkan rasa sayang si kembar terhadap si bungsu. Mereka selalu saja menempatkan Lilyana di atas segalanya. Duke tahu jika mereka punya alasan untuk melakukan hal itu, tapi tetap saja, Duke berharap si kembar mementingkan diri mereka sendiri satu atau dua kali.

"Xave juga. Ayah harap ulang tahunmu tetap berjalan seperti biasa," kata Duke pada anak pertamanya yang sedang mengelap tangan si bungsu.

Rexave menoleh. Menghentikan sejenak gerakan tangannya, "Aku memiliki pemikiran yang sama dengan Lori dan Tisa, ayah," katanya sembari tersenyum.

Duke kembali mendesah. Tersenyum. Anak sulungnya juga sama. Yah, dirinya juga sama saja. Duke sudah berencana untuk membuat ulang tahunnya sama seperti ini. Ah, mungkin Duchess juga memiliki pemikiran yang sama.

Haha....

Walau sudah berusaha untuk mementingkan diri sendiri, pada akhirnya mereka tetap menempatkan Lilyana di atas segalanya.

"Tapi, bukankah ini menyenangkan?" Duchess memecah keheningan, "Saat anak-anak lahir, yang ada bersama mereka juga hanya keluarga. Jadi, bukankah rasanya seperti merasakan kelahiran anak-anak sekali lagi?"

Duke tersenyum. "Kamu benar, istriku. Ini terasa menyenangkan. Walau begitu, aku tetap ingin seluruh dunia merayakan kelahiran anak-anakku yang berharga."

Rexave dan si kembar menganggukan kepalanya. Begitu juga dengan Duchess. Sementara itu, Lilyana sibuk mencicipi makanan lain yang ada di hadapannya. Jujur saja, semua makanan yang ada di sini jauh berbeda dengan yang biasa dirinya makan. Jadi tentu saja Lilyana harus mencicipi semua makanan yang ada di sini.

"Iya, tentu saja." Duchess tersenyum lembut, lalu berpindah dpadaLilyana, si bungsu yang sedang sibuk dengan kue cokelat di tangannya-buatan khusus dari koki keluarga yang tersohor sampai ke ujung utara benua.

Lilyana, begitu fokus mengunyah kue itu seolah seluruh dunia tak lagi penting. Potongan besar di tangannya sudah tak berbentuk, meleleh di sela-sela jemarinya, dan entah bagaimana bisa menyentuh bukan hanya bibir, tetapi juga pipi, dagu, hidung, bahkan sedikit di alis.

Duchess terkikik pelan. "Sayangku... Rie sedang makan kue atau memakai masker cokelat, hmm?"

Duke dan ketiga anaknya tertawa. Menatap wajah Lilyana yang terlihat begitu lucu. Lilyana menatap ibunya dengan mata bulat, lalu memegang wajahnya sendiri. Tangannya yang lengket membuat situasi makin parah.

Duke, dari ujung meja, tertawa kecil. "Dia benar-benar anak kita. Tak bisa menahan diri kalau sudah cokelat."

Letisha bersandar ke bahu Lorenzo, menahan tawa. "Kalau nanti kita punya pesta besar lagi, harus ada satu sesi khusus buat 'Lomba Wajah Paling Kotor Karena Cokelat'. Rie pasti menang."

Semua orang tertawa. Ini akan menjadi pesta ulang tahun paling menyenangkan dalam hidup si kembar.

I'm A Transmigrating PrincessWhere stories live. Discover now