Transmigrating 7

1.9K 147 4
                                        

Salah satu dari dokter yang sedang berbaris itu menatap Lilyana dengan tatapan yang terlihat begitu menyedihkan. Para dokter itu sadar jika Lilyana sebenarnya baik-baik saja. Mereka juga sadar jika Lilyana sebenarnya sudah bisa tengkurap. Mungkin mereka melihat telapak tangan bayi kecil yang sedikit memerah itu. Seperti habis menekan sesuatu.

Yah, Lilyana memang tengkurap terlalu sering hingga telapak tangannya berubah merah karena harus menahan badannya yang terlalu berat untuk tangan kecil ini.

"Ayolah, Nona Kecil! Tolong selamatkan kami yang tidak berdaya ini. Hanya anda yang bisa membantu kami."

Seperti itulah arti tatapan dari dokter perempuan yang terlihat masih muda itu.

Kalau boleh jujur, Lilyana merasa sedikit kasihan pada para dokter yang jadi mendapatkan masalah karena ulah Lilyana. Tapi, mau bagaimana lagi. Lilyana juga tidak mau mendapatkan masalah karena ketahuan sudah bisa tengkurap.

"Kau!"

Teriakan Lorenzo membuat kaget dokter wanita yang melempar tatapan menyedihkan itu tersentak kaget.

"I-i-iya Tuan Lorenzo?" balasnya gugup.

"Berhenti menatap satu-satunya saudara perempuanku! Lakukan saja tugasmu untuk menemukan hal yang salah padanya! Tatapanmu tidak akan membuat hal yang salah itu berubah jadi benar." kata Lorenzo dingin.

Satu-satunya saudara perempuanku, katanya? Lalu, Letisha itu siapa? Dilihat darimana pun, Letisha jelas seorang perempuan. Bukan laki-laki. Lalu, tidak ada hal yang salah dengan Liliyana. Dibandingkan Lilyana, justru ketiga bocah ini lah yang harus diperiksa kejiwaannya. Karena mereka jelas sangat gila.

"Ba-baik, Tuan Lorenzo. Tolong maafkan saya."

Dokter wanita itu membungkukkan badannya hingga membentuk sudut 90° dengan sempurna. Suaranya terdengar bergetar. Persis seperti orang yang sedang ketakutan. Yah, memangnya siapa juga yang tidak akan ketakutan ketika diberi tatapan dingin oleh anak laki-laki berusia 7 tahun yang bebas membunuh siapapun yang dia inginkan itu.

Kalau Lilyana sih palingan sudah mengompol.

"Apa seperti ini kualitas dokter pribadi keluarga Noewera? Aku pikir kalian adalah orang-orang yang sangat berkompeten. Tapi, kalian bahkan tidak bisa menemukan hal yang salah pada bayi kecil berusia 4 bulan. Menyedihkan!" celoteh Rexave dengan tatapan dingin yang terlihat seperti serigala yang siap menerkam kawanan domba.

Para dokter itu adalah orang yang sangat berkompeten. Hanya saja, sepertinya mereka memilih melayani keluarga yang sangat salah. Keluarga ini hanya berisi orang gila yang begitu terobsesi dengan bayi berusia 4 bulan. Jadi, sudah jelas jika tidak ada yang bisa diharapkan dari mereka.

Bukankah mengundurkan diri dan mencari keluarga yang lebih waras adalah pilihan terbaik saat ini?

Biarkan saja keluarga ini mati. Tidak perlu diobati ketika sakit. Toh, hidup pun menyusahkan orang. Membuang-buang udara segar saja.

"Apa kalian melakukan kecurangan saat ujian masuk sebagai dokter keluarga ini?" tanya Letisha.

Wuah, Lilyana bisa merasakan aura yang sangat menyeramkan di tempat ini. Terasa seperti aura pembunuh yang haus akan darah. Apakah ini aura ketiga bocah gila ini? Atau, keinginan para dokter yang tidak sengaja meluap hingga bisa dirasakan? Entah kenapa kemungkinan yang kedua terasa lebih masuk akal. Hahaha...

"Kalian tahu kalau keluarga ini paling benci dengan orang yang melakukan kecurangan, bukan? Aku juga yakin kalau kalian tahu apa yang kami lakukan pada orang-orang yang sudah menipu keluarga kami. Benar, kan?" gertak Letisha.

Ah, itu bukan hanya sekadar gertakan. Ucapan Letisha sungguhan. Buktinya, tubuh para dokter ini jauh lebih bergetar dibandingkan saat Lorenzo yang bicara tadi.

Nona muda keluarga ini memang tidak bisa dianggap remeh. Tapi, entah kenapa di mata Lilyana, baik nona maupun tuan di keluarga ini, semuanya terlihat sangat remeh. Dan, menyebalkan.

"Tolong ampuni kami Nona Letisha. Kami sama sekali tidak melakukan kecurangan seperti yang anda katakan. Kami--"

"Apa sekarang kalian menuduhku sudah menuduh kalian?" tanya Letisha dengan mata yang menatap tajam dokter yang bicara itu.

Lilyana menyedot empengnya dengan lebih cepat. Padahal bukan di yang bicara dengan Letisha. Tapi, Lilyana bisa merasakan emosinya dengan begitu baik. Untung saja para dokter ini memiliki kesabaran yang sangat baik. Letisha juga beruntung karena dia berasal dari keluarga Duke yang terhormat. Andaikan Letisha hanya seorang rakyat biasa, dia jelas tidak akan berani bicara seperti itu. Ah, bahkan dia seharusnya tidak memiliki dokter keluarga jika terlahir dari kalangan rakyat biasa. Kalaupun punya, para dokter ini jelas sudah menarik mulut gadis kecil ini sedari tadi.

"Tidak! Mana mungkin kami berani melakukannya." bantah salah satu dokter itu.

"Kalau begitu, jelaskan apa maksudmu!" perintah Letisha.

"Bukankah lebih baik mati setelah menarik mulut gadis kecil dibandingkan mati tanpa bisa melakukan apapun? Aku tahu kalau kalian punya dendam juga padanya."  kata Lilyana dalam hatinya.

Manik mata biru muda Lilyana menatap langit-langit kamar yang terlihat muak dengan pemandangan yang ada di bawahnya. Yah, Lilyana yang tidak melihat pemandangan itu secara langsung saja sudah muak. Apalagi langit-langit kamarnya yang bisa melihat semua yang terjadi di kamar ini dengan sangat jelas.

Baiklah! Lilyana menyerah. Dia akan membiarkan tiga bocah gila ini menang. Hanya untuk kali ini saja. Karena Lilyana juga sudah lelah dengan drama yang terjadi di kamarnya ini. Selain itu, Lilyana juga tidak bisa selamanya berpura-pura menjadi bayi aneh yang belum bisa tengkurap. Akan ada masa di mana orang-orang mengetahui rahasianya. Jadi, lebih baik disebarkan sekarang saja. Sekalian menyelamatkan orang-orang yang tidak bersalah ini dari gangguan tiga iblis gila.

Lilyana melepehkan empengnya. Bayi kecil itu mulai berceloteh. Berusaha menarik perhatan tiga bocah gila yang bisa membunuh para dokter ini kapan saja.

"Ungg... nggg." celoteh Lilyana.

"Hei tiga bocah gila!"

Padahal Lilyana bermaksud bicara seperti itu. Tapi, yang keluar dari bibirnya adalah kata yang bahkan tidak bisa dimengerti. Memalukan sekali. Kenapa tubuh bayi itu sangat lemah? Mereka bahkan tidak bisa bicara dengan baik. Kenapa bayi tidak bisa langsung berjalan saja begitu keluar dari rahim ibu mereka? Kuda bahkan bisa langsung berlari beberapa jam setelah dilahirkan.

Bayi manusia sangat payah.

"Ada apa adik kecil?"

"Apa Rie merindukan kakak?"

"Oh, Rie ingin agar orang-orang bodoh ini langsung dibunuh saja?"

Lilyana melempar tatapan datar pada bocah kembar itu.

"Apa kalian berdua tidak punya otak?"

Lilyana kembali menatap. Kali ini tidak hanya dua bocah itu. Tapi, juga Rexave.

Lilyana tidak tahu apakah hal ini adalah keputusan bijak yang menguntungkan. Atau, malah keputusan buruk yang sangat merugikan. Yang jelas, keputusan Lilyana untuk melakukannya sudah bulat. Tak peduli apa konsekuensinya, Lilyana akan tetap melakukan hal ini.

Lilyana mengangkat tangan kanannya. Memberi tanda pada ketiga bocah gila yang tak memindahkan tatapan mereka dari Lilyana sejak bayi kecil itu berceloteh. Entah mereka akan peka atau tidak. Lilyana tidak peduli. Yang jelas, Lilyana sudah memberikan kode. Terserah mereka mau menyadarinya atau tidak.

"Nah, perhatikanlah hal ini baik-baik karena aku tidak akan melakukannya dua kali!"

I'm A Transmigrating PrincessWhere stories live. Discover now