Transmigrating 8

2K 158 8
                                        

Lilyana memiringkan tubuhnya ke kanan dengan bersusah payah. Tangan kanannya terasa sedikit sakit karena harus menopang tubuhnya. Ugh! Padahal Lilyana sangat ahli dalam melakukan tengkurap karena sudah berlatih setiap tengah malam selama seminggu penuh. Tapi, keahlian itu tiba-tiba saja menghilang ketika Lilyana harus tengkurap di depan banyak mata.

Tiga bocah bodoh ini sih tidak membuat Lilyana gugup. Tapi, para dokter ini berbeda. Lilyana merasa takut ketika melakukan sesuatu di depan orang asing yang baru pertama kali dia temui. Terlebih, mata mereka semua memancarkan cahaya ketika sedang menatap LIlyana.

"Ini sangat menakutkan!" pekik Lilyana dalam hatinya.

Ketiga bocah itu sama sekali tidak berkedip. Tak peduli dengan matanya yang berair dan memerah. Mereka tidak mau melewatkan proses tengkurap adiknya barang 0,1 detik pun.

Ini adalah momen yang sangat berharga dan tidak boleh sampai dilewatkan!

"Ayo, Rie! Rie pasti bisa!" seru Lorenzo. Memberi semangat pada adik kecil semata wayangnya.

Tubuh kecil Lilyana yang terlihat seperti boneka salju kecil bergetar. Tatapan mata orang-orang yang ada di sini membuat Lilyana takut. Jika Lilyana gagal tengkurap, rasanya mereka bisa kecewa karena semua yang terjadi tidak sesuai dengan harapan mereka.

"Apa Rie baik-baik saja? Tidak perlu dipaksakan jika memang Rie belum bisa. Bayi 4 bulan kan tidak harus sudah bisa tengkurap. Itu adalah hal yang wajar. Jadi, Rie tidak perlu terlalu memaksakan diri. Kakak bisa menunggu selamanya." kata Rexave yang terlihat begitu khhawatir.

Lilyana melempar tatapan datar pada bocah itu. Jika dia tahu kalau bayi 4 bulan yang belum bisa tengkurap adalah hal yang wajar. Lantas, kenapa dia sampai memanggil para dokter ini untuk memeriksanya?

"Dasar bocah gila!" seru Lilyana kesal dalam hatinya.

Para dokter yang berbaris di belakang ketiga bocah itu juga menatap Rexave dengan datar. Mereka jelas lebih kesal dibandingkan Lilyana.

"Bunuh saja Tuan Muda ini. Toh, dia masih punya adik laki-laki yang bisa menggantikannya." kata Lilyana dalam hati.

Tubuh Lilyana kembali telentang. Tengkurap saat ada banyak mata menatapnya adalah hal yang sangat sulit. Lilyana tidak bisa melakukannya.

Orang-orang yang ada di sini pasti kecewa pada Lilyana, kan? Kalau begitu sama. Lilyana juga kecewa pada dirinya sendiri.

Rexave menoleh. Menatap barisan dokter yang langsung memasang wajah polos.

"Kenapa kalian masih ada di sini?" tanya Rexave kesal.

"Karena anda belum meminta kami untuk pergi." jawab salah seorang dari mereka.

Rexave menatapnya dingin. Jawaban dokter wanita ini benar. Baik Rexave maupun adik kembarnya, tidak ada yang menyuruh para manusia tidak berguna ini untuk pergi. Tapi, bukankah seharusnya mereka tahu diri sendiri?

"Pergi! Kalian membuat adikku takut!" kata Rexave tegas.

Para dokter itu saling tatap. Mereka sebenarnya tidak ingin pergi dan melihat nona kecil ini tengkurap untuk pertama kalinya.

"Apa kalian baru akan pergi ketika leher kalian terpotong?" tanya Letisha dengan nada suara yang terdengar begitu dingin.

Tubuh para dokter itu bergidik ngeri. Mereka segera membungkukkan badan dan berpamitan. Kaki mereka melangkah dengan sangat cepat hingga mereka langsung menghilang dalam hitungan detik.

Rexave dan si kembar kembali menatap Lilyana setelah melempar tatapan tajam pada punggung para dokter itu. Ekspresi ketiganya seketika berubah jadi lebih bersahabat.

I'm A Transmigrating PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang