Transmigrating 29

742 51 6
                                        

Lilyana duduk di bawah rindangnya pohon besar yang tumbuh di atas bukit kecil, daun-daunnya lebat, dan dahannya menjulur luas dengan ranting-ranting yang bercabang ke segala arah. Di pangkuannya, sebuah buku terbuka, sementara di sekelilingnya tersusun beberapa piring berisi camilan dan sebuah teko berisi susu coklat hangat, menebarkan aroma manis yang menenangkan. 

Dulu, memiliki anak perempuan adalah aib bagi semua orang karena peraturan kekaisaran yang melarang anak perempuan untuk lebih tinggi dibanding anak laki-laki dalam hal apapun. Peraturan itu dibuat oleh kaisar yang iri karena para rakyat lebih menyukai kakak perempuannya dan berniat melengserkannya. Jadi dia membunuh kakaknya dan membuat aturan itu.

Lilyana menutup buku yang sedang dibacanya.

"Jahat sekali! Anak pelempuan dan laki-laki kan sama saja." gerutu Lilyana kesal.

Ah, Lilyana memang bukan lagi bayi berusia 15 bulan yang menolak untuk bicara. Dia adalah anak perempuan berusia 5 tahun sekarang. Dan, seperti yang kalian lihat. Lilyana jauh lebih cerewet dibandingkan dirinya yang dulu.

Meski begitu, anak perempuan kesayangan kita ini masih menutup diri dari keluarganya. Dia... masih...

"Tuan Muda!" Lilyana berseru ketika melihat Rexave muncul dari balik bukit.

Benar. Lilyana masih memanggil anggota keluarganya seolah dia adalah orang asing.

Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dengan rambut merah dan mata hijau melangkah mendekatinya. Anak laki-laki yang tak lain dan bukan adalah penerus keluarga Noewera sekaligus kakak pertama Lilyana itu tersenyum dan duduk di samping sang adik.

Rexave kita yang dulu berusia 8 tahun kini telah tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan dengan pembawaan tenang dan bijaksana.

"Rie sedang membaca buku apa?" tanya Rexave yang baru saja menyelesaikan kelas penerusnya. 10 menit lagi, dia akan pergi ke kelas selanjutnya, kelas berkuda. Waktu yang cukup singkat. Tapi, cukup untuk membuat Rexave bisa bertemu dengan adik bungsunya.

Lilyana mengangkat buku besar di tangannya, "Sejalah kekaisalan dan Noewela," katanya.

Rexave menatap buku di tangan adik bungsunya. "Tidakkah itu terlalu berat untuk anak kecil?" tanya Rexave.

Lilyana menggelengkan kepalanya. Dia masih belum mempercayai keluarga ini. Tapi, itu bukan berarti dia akan diam dan menikmati perannya sebagai anak bungsu Noewera. Lilyana juga ingin tahu bagaimana sejarah keluarga ini. Karena entah mengapa rasanya ada banyak sekali misteri yang disembunyikan oleh salah satu dari 5 Duke di kekaisaran ini.

"Bagaimana kalau kakak bacakan dongeng saja? Kakak tahu banyak dongeng," Rexave menawarkan diri.

Lilyana kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak mau! Dongeng hanya untuk anak kecil!" Lilyana menolak dengan tegas. Seolah dia bukan anak perempuan berusia 5 tahun.

Rexave tertawa pelan. Meski si bungsu tidak ingat, tapi dia memang bukan anak kecil.

Tangan Rexave terjulur. Mengusap lembut rambut Lilyana.

"Tidakkah anda memiliki kelas lain?" Lilyana bertanya pada orang yang tak lain dan bukan adalah kakak kandungnya sendiri.

Ya... selain memanggil Rexave dengan sebutan "Tuan Muda", Lilyana juga selalu menggunakan bahasa yang sangat baku saat berbicara. Ia menyebut dirinya dengan "saya" dan memanggil anggota keluarganya sendiri dengan "Anda", seolah-olah mereka adalah orang asing yang baru ia kenal, bukan keluarga yang tinggal serumah dengannya. 

Namun, mungkin itu caranya menjaga jarak. Atau mungkin, itu caranya menunjukkan bahwa ia belum benar-benar merasa menjadi bagian dari keluarga Noewera. Jadi, meski terkadang merasa canggung, kelima orang gila yang sudah agak bersikap normal itu berusaha untuk menerimanya.

I'm A Transmigrating PrincessWhere stories live. Discover now