Transmigrating 42

436 36 4
                                        

"Apa anda sudah tahu, Nona?" tanya Erin yang sedang menyisir rambut Lilyana.

"Tahu soal apa?" Lilyana balik bertanya.

"Countess Corvaline," Erin menjawab lembut sembari mengikat rambut panjang Lilyana. Tak kalah lembut dari nadanya menjawab.

Lilyana diam. Menatap pantulan dirinya di cermin.
Sudah dua bulan berlalu sejak pesta ulang tahun Lilyana. Juga sudah dua bulan sejak Countess Corvaline ketahuan menyiksa putri semata wayangnya sejak kematian Count alias suaminya.

Lilyana tidak lagi mendengar kabar soal wanita itu. Terakhir kali, Lilyana dengar kasusnya di Dewan Perlindungan Anak mengalami kendala karena suaminya ikut campur. Hanya itu saja yang Lilyana tahu.

"Kasusnya sudah selesai. Saya dengar, beliau dijatuhi hukuman pengasingan di Pulau Afilia." Erin menjelaskan.

Pulau Afilia? Itu adalah pulau yang berada jauh dari daratan mana pun. Sebuah tempat yang sesuai untuk menghukum penjahat kelas kakap.

Penyiksaan terhadap seorang anak juga bisa membuat seseorang masuk dalam kategori itu.

"Bukankah katanya ayah tili Dalaline ikut campul dalam pelsidangan sehingga membuat kasusnya ditunda?" tanya Lilyana. Sedikit penasaran.

Erin menghias rambut nona kecilnya dengan pita berwarna biru muda yang cantik. Senada dengan gaun yang Lilyana pakai.

'Itu benar. Count Corvaline tidak terima karena wanita yang sudah lama dia idamkan diasingkan begitu saja. Maka dari itu beliau terus mengganggu jalannya persidangan. Untung saja Marchioness Agatha membantu," Erin menjelaskan dengan sangat rinci. Seolah dia ada di sana saat persidangan berlangsung.
Lilyana menganggukkan kepala sebagai balasan. Entahlah. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan cerita di balik alasan Countess Corvaline menyiksa putrinya sendiri.

Countess Corvaline dijodohkan dengan paman mendiang Count. Namun, wanita yang dulunya adalah putri seorang Marquiss itu jatuh cinta dengan keponakan dari pria yang seharusnya menikah dengannya itu. Tentu saja paman Count tidak terima dengan keputusan calon istrinya. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan. Karena selama Countess Corvaline menikah dengan keluarga Corvaline, maka perjanjian antar keluarga dianggap lunas.

Jadi...

Paman Count memutuskan untuk membunuh keponakan smeata wayangnya itu. Tepat di hari di mana Daraline mengajak keluarga kecilnya untuk liburan bersama. Pria tua berusia 53 tahun itu menyabotase kereta kuda keponakannya. Dan, rencananya berhasil.

Sebuah kecelakaan menimpa keluarga kecil itu. Countess Corvaline mengalami koma hingga 3 hari. Daraline hanya mendapatkan luka kecil karena sang ayah memeluknya saat kereta kuda itu berguling di jurang. Sebagai ganti melindungi putrinya, Count kehilangan nyawanya.

Saat bangun dari koma, hal yang dilakukan Countess adalah menikahi paman dari mendiang suaminya. Dan seketika, Daraline juga kehilangan ibu yang selalu baik padanya.

Entahlah. Itu semua terasa rumit. Tapi, entah kenapa tidak asing. Walau rasanya sedikit berbeda.

"Sudah selesai, Nona!" seru Erin.

Lilyana tersadar dari lamunannya. Gadis kecil itu menatap pantulan dirinya di cermin. Dirinya tampak cantik dengan rambut yang diikat dua. Dihiasi pita berwarna biru muda yang selaras dengan gaunnya. 

"Terima kasih, Erin!" ucap Lilyana sambil menatap pelayan pribadinya itu dan tersenyum manis.

"Dengan senang hati, Nona." Erin membalas dengan suara lembut, matanya sedikit berkaca-kaca. Akhir-akhir ini, nona kecilnya jadi lebih sering tersenyum padanya—sesuatu yang tidak pernah dia lihat meski sudah melayani gadis kecil ini selama 2 tahun. Dulu, Lilyana selalu tampak murung.. 

I'm A Transmigrating PrincessWhere stories live. Discover now