"Bukankah bayi berusia 4 bulan seharusnya bisa tengkurap?" tanya Rexave sembari menatap Lilyana yang berbaring di dalam kotak bayinya.
Lilyana menatap Rexave datar sebagai balasan. Bayi kecil itu sedang menyedot empeng seperti bayi kebanyakan. Lupakan dengan fakta jika jiwa dalam tubuh kecil itu sudah berusia 29 tahun. Lilyana dilahirkan kembali tanpa membawa ingatan soal kehidupan pertamanya. Lilyana hanya tahu jika dia tidak seharusnya mempercayai keluarga ini. Entah dengan alasan apa.
"Mungkin sebentar lagi Rie akan bisa tengkurap. Terlambat beberapa hari saja tidak masalah." kata Letisya.
Lilyana menyedot empengnya dengan lebih cepat. Dia tahu jika empeng tidak bisa mengeluarkan susu. Tapi, menyedot empeng selalu membuat Lilyana merasa lebih nyaman dan tenang setiap kali menghadapi anak-anak gila ini.
"Kau benar, Tisa. Mungkin Rie akan bisa tengkurap besok." kata Rexave.
Lilyana melempar tatapan tajam sekali lagi.
Ada satu hal yang Lilyana sembunyikan dari orang-orang ini. Apalagi kalau bukan fakta jika dirinya sudah bisa tengkurap. Lilyana diam-diam tengkurap di tengah malam saat semua orang sudah tertidur. Lilyana melakukan itu semua karena tidak mau membuat kekacauan.
Terakhir kali, saat Lilyana tidak sengaja kentut di hadapan orang-orang gila ini untuk pertama kalinya ketika berusia 2 bulan, mereka langsung mewajibkan para pekerja di kastil untuk kentut setiap seminggu sekali. Katanya sih sebagai hari perayaan kentut pertama putri termuda mereka.
Karena rasa trauma yang masih membekas dalam hati dan pikirannya, Lilyana memutuskan untuk menyembunyikan kemampuannya. Sebab jika tidak dia lakukan, mungkin para pekerja di kastil ini akan melarikan diri.
"Tapi jika dipikir lagi, bukankah Rie tidak pernah menangis ataupun berceloteh?" tanya Lorenzo yang memasukkan jarinya ke dalam genggaman tangan kecil Lilyana.
Lilyana sebenarnya ingin sekali meremas jari Lorenzo agar bocah menyebalkan ini kesakitan. Tapi, sepertinya itu adalah hal yang sangat percuma. Karena remasan bayi kecil berusia 4 bulan jelas tidak akan membuat bocah 7 tahun ini kesakitan. Sebaliknya, Lorenzo pasti akan mengira kalau Lilyana menyukainya karena bayi ini menggenggam jarinya dengan erat. Jika itu terjadi, kastil ini akan kacau. Karena Rexave dan Letisya yang iri pada Lorenzo akan meminta Lilyana melakukan hal yang sama. Jika tidak, maka keduanya akan tantrum seperti balita.
Belum lagi dua orang dewasa yang juga akan ikut tantrum itu.
Hah! Mari hidup dengan nyaman tanpa menyebabkan orang-orang gila ini tantrum.
"Ucapan Lori benar. Bukankah ini sedikit mengkhawatirkan, kakak? Bagaimana jika Rie tidak sedang baik-baik saja?" tanya Letisya dengan sorot penuh kekhawatiran di matanya.
Rexave menatap Lilyana yang memasang wajah datar sembari terus menyedot empengnya.
"Kakak akan memanggil dokter keluarga. Kalian berdua jagalah Rie." Rexave memutar badannya, "Dan, jangan bertengkar!" perintah Rexave pada kedua adiknya yang langsung mengulurkan tangan sedetik setelah Rexave berpaling.
Letisya dan Lorenzo kembali menarik tangannya. Kedua bocah yang terpaut usia 1 tahun dengan Rexave itu mengangguk. Lilyana menatap dua bocah kembar itu.
Rasanya tidak dapat dipercaya. Lilyana dan ketiga bocah gila itu lahir dari ibu yang berbeda. Tapi, entah kenapa mereka bertiga sangat terobsesi dengan Lilyana. Padahal, Lilyana senang sekali setelah mengetahui jika mereka tidak lahir dari ibu yang sama. Karena itu berarti, hubungan darah mereka tidak terlalu kental.
Mendiang duchess sebelumnya alias ibu dari ketiga bocah tukang tantrum itu meninggal setelah melahirkan si kembar. Duke yang patah hati memilih untuk melajang selama 6 tahun sembari membesarkan anak-anaknya. Setelah itu, dia kemudian menikah dengan duchess saat ini alias ibu Lilyana.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
