Transmigrating 3

2.8K 218 2
                                        

Tidak ada sesuatu yang istimewa selama 3 bulan belakangan sejak Lilyana berada dalam tubuh Clarice. Semuanya terasa sangat membosankan. Kejadian yang sama terus berulang hingga Lilyana bisa menghafal semuanya.

Ketika seorang pelayan masuk ke kamarnya dan mengganti popok sekaligus memberi susu, itu artinya jam menunjukkan angka kelipatan 3. Karena popok bayi memang harus diganti setiap 2 sampai 3 jam sekali. Begitu juga dengan waktu minum susunya. Lalu, ketika pelayan lain masuk kamar dan memandikan Lilyana, itu artinya sudah pukul 6 pagi. Selanjutnya, Lilyana akan dibawa ke balkon kamar untuk berjemur di jam 7 pagi. Setelah berjemur selama 15 menit, pelayan lain akan membawanya masuk. Untuk selanjutnya ketiga tamu tak diundang itu akan ganti masuk kamar Lilyana.

Jam kunjungan Rexave ke kamar Lilyana adalah pukul 9 pagi, 2 siang dan 4 sore. Kalau Letisya berkunjung di jam 10 pagi, 1 siang dan 7 malam. Lalu, si bungsu Lorenzo biasanya berkunjung di jam 11 pagi, 3 sore dan 6 malam.

Tanpa jam kunjungan itu saja sudah membuat Lilyana merasa seperti sedang ada di penjara. Apalagi ditambah dengan adanya jam kunjungan. Ini benar-benar sudah seperti penjara.

Yah, setidaknya Lilyana tumbuh dengan baik sebagai bayi berusia 3 bulan sekarang. Lilyana sudah bisa melakukan hal kecil. Keempat indra Lilyana sudah bekerja dengan lebih baik. Penciuman, pendengaran, penglihatan dan peraba Lilyana jadi jauh lebih baik dibandingkan saat dia masih berusia belasan hari.

Itu adalah hal yang bagus. Sekaligus hal buruk.

Karena Lilyana sekarang bisa melihat dan mendengar suara bocah kembar yang sangat berisik itu. Yah, setidaknya Lilyana bisa mencium aroma dari bunga musim semi yang terbang terbawa angin melalui balkon kamarnya.

Lilyana dilahirkan saat musim dingin. Dan, sekarang adalah hari pertama musim semi akan dimulai. Lilyana ingin sekali melihat salju yang mencair di musim semi. Tapi, kelihatannya itu sangat mustahil. Lilyana kan masih belum bisa berjalan. Dan, para pelayan juga tidak bisa mengajak Lilyana keluar dari penjara ini tanpa persetujuan anggota keluarga duke yang lain. Masalah utamanya, kelima manusia aneh itu selalu memperlakukan Lilyana dengan sangat berlebihan. Seolah, Lilyana adalah sepatu kaca yang akan pecah hanya dengan hembusan nafas semut.

Menyebalkan!

"Nona Clarice, sekarang waktunya anda minum susu." kata seorang pelayan yang berbeda dengan pelayan yang terakhir kali memberikan susu pada Lilyana.

Pelayan yang memberikan susu pada Lilyana memang berbeda setiap jamnya. Katanya sih agar Lilyana tidak bosan melihat pelayan yang sama setiap harinya. Padahal, bayi biasanya tidak pernah peduli dengan siapa yang memberinya susu. Mau monyet atau kuda nil sekalipun, bayi itu akan tetap meminum susunya.

Benar-benar keluarga yang sangat aneh.

Apa Lilyana harus tinggal bersama lima makhluk aneh itu? Karena rasanya Lilyana tidak akan sanggup.

"Nah, sudah selesai!" Pelayan itu menggendong Lilyana, "Saatnya sendawa, Nona kami yang cantik." katanya sembari menepuk punggung Lilyana.

Sesuai keinginan pelayan itu, Lilyana bersendawa sambil melempar tatapan dingin pada lantai kamarnya yang terbuat dari marmer dan sedikit serbuk emas.

"Apa anda ingin jalan-jalan, Nona? Tuan Duke sudah memperbolehkan anda keluar untuk jalan-jalan. Kebetulan hari ini adalah hari pertama musim semi." kata pelayan itu sembari menatap Lilyana yang dia gendong dengan kedua tangannya.

Kelopak mata Lilyana berkedip dengan cukup cepat. Ini dia yang dia inginkan sedari dulu. Keluar dari penjara ini setelah sejak lahir dikurung tanpa pernah melihat dunia luar.

"Sepertinya anda benar-benar bersemangat, ya?"

Lilyana meluruskan kedua tangannya. Jari tangannya yang mungil dan gempal bergerak naik turun. Pelayan itu tertawa.

"Baiklah, mari pergi jalan-jalan." Pelayan itu membawa Lilyana ke ruang ganti pakaian, "Sebelum itu, mari ganti baju terlebih dahulu. Udara di luar masih cukup dingin."

Lilyana menurut. Lilyana akan melakukan apapun asalkan dia bisa pergi jalan-jalan hari ini. Termasuk memakai pakaian tebal di hari pertama musim semi.

Pelayan itu membawa Lilyana keluar dari mansionnya. Begitu tiba di halaman depan mansion, Lilyana dipindahkan ke dalam dorongan bayi.

Ucapan pelayan itu benar. Udara di luar memang masih cukup dingin. Untunglah Lilyana memakai pakaian yang tebal. Jika tidak, dia pasti akan kedinginan.

"Apa anda menyukainya, Nona Clarice?" tanya pelayan itu lagi.

Lilyana diam. Dia menatap datar pemandangan yang ada di depannya. Dorongan bayi ini memiliki penutup di sisi kanan, kiri dan atasnya. Satu-satunya pemandangan yang bisa Lilyana lihat hanyalah bagian depannya. Itupun tidak terlalu jelas karena Lilyana sedang dalam keadaan rebah.

Sialan! Ini sih namanya bukan jalan-jalan. Tapi, menghirup udara segar dengan gaya.

"Rie? Apa itu Rie?" tanya seseorang dengan suara yang cukup familiar di telinga Lilyana.

"Benar, Tuan Lorenzo. Nona Clarice pergi untuk jalan-jalan di pagi hari." jawab sang pelayan.

Kepala Lorenzo muncul di depan Lilyana. Menutupi pepohonan dengan salju yang mencair di setiap rantingnya. Juga langit biru yang cerah tanpa segumpal pun awan.

Kenapa bocah ini terus saja muncul? Sekarang kan bukan jamnya untuk berkunjung.

"Apa Rie tidak kedinginan?" tanya Lorenzo lagi.

Lilyana melempar tatapan dingin sebagai balasan. Apa bocah ini tidak bisa melihat tubuh Lilyana yang dibalut pakaian tebal dan masih diselimuti? Memangnya dia ini buta?

Lorenzo melepaskan mantel yang dibuat dari bulu dombanya. Lantas, meletakkan mantel itu dengan hati-hati di atas tubuh Lilyana.

"Kakak ingin sekali bermain dengan Rie. Tapi, sayangnya kakak harus pergi untuk berlatih pedang. Rie tenang saja. Kakak akan bolos agar bisa bermain dengan Rie nanti." kata Lorenzo dengan semangat ketika mengucapkan kalimat terakhir.

Bukankah berlatih pedang itu jauh lebih penting dibandingkan menemui bayi yang bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya sendiri ini?

"Kalau begitu, kakak pergi dulu, Rie. Kakak akan mengunjungi Rie lagi nanti."

Lorenzo pergi dengan ekspresi sedih dan kecewa di wajahnya. Benar-benar berlebihan. Bocah itu bertingkah seolah dia akan pergi ke dunia lain saja.

Ah, mantelnya. Kenapa bocah itu meninggalkan mantelnya di sini? Memangnya dia tidak akan merasa kedinginan? Saljunya kan masih tersisa meski ini adalah musim semi.

"Itu adalah mantel pemberian mendiang Duchess sebelumnya, Nona. Tuan Lorenzo sangat menyukai mantel itu. Beliau tidak pernah membiarkan siapapun menyentuh mantelnya. Bahkan, beliau mencuci sendiri mantel itu karena tidak ingin pelayan menyentuh mantelnya." terang pelayan yang membawa Lilyana pergi jalan-jalan.

Kepala pelayan itu muncul di depan Lilyana.

Lilyana ganti menatap mantel yang menutupi setengah dari pemandangan yang seharusnya bisa dia lihat.

"Kalau bocah itu sesuka ini dengan mantelnya. Seharusnya disimpan yang baik." kata Lilyana dalam hatinya.

Lilyana kembali melanjutkan perjalanannya.

Sementara itu, di tempat latihan berpedang, Lorenzo mengayunkan pedangnya dengan tubuh yang menggigil kedinginan.

"Tigi, api!" perintah Lorenzo.

Seekor macan salju berwarna putih muncul. Macan itu menatap Lorenzo yang menggigil. Mata macan yang dipanggil Tigi itu menatap udara kosong di atas kepala Lorenzo. Sebuah awan yang mengeluarkan uap panas muncul. Membuat tubuh Lorenzo jadi lebih hangat.

"Kenapa kau memberikan mantel kesayanganmu pada bayi kecil itu? Kau kan sangat menyukai mantel itu." tanya macan yang seketika berubah menjadi seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dengan rambut dan mata yang berwarna ungu.

"Aku memang suka dengan mantel itu. Tapi, aku lebih suka dengan adik kecilku." jawab Lorenzo sembari melayangkan pedangnya.

Suhu tubuhnya sudah jauh lebih hangat sekarang. Tigi berdecak pelan.

"Terserah kau saja."

Roh penjaga dengan api sebagai kekuatannya itu menghilang. Dia akan kembali muncul ketika Lorenzo memanggilnya atau sedang dalam bahaya.

I'm A Transmigrating PrincessWhere stories live. Discover now