Transmigrating 27

726 53 2
                                        

Lilyana sibuk membuat benteng salju dengan kakak perempuannya, sementara kedua kakak laki-lakinya membuat benteng salju di sisi lain. Mereka berencana melakukan perang. Perang bola salju.

Pyo yang bertanggung jawab dengan saljunya. Karena phoenix itu memiliki kekuatan yang berhubungan dengan es, maka itu berarti dia juga bisa membuat salju berguguran di pantai ini meski sekarang adalah musim panas.

Tenang saja.

Tigi akan mencairkan kembali salju yang dibuat oleh Pyo. Dengan begitu, salju di pantai ini tidak akan menjadi salju abadi.

Sebenarnya, Pyo bisa saja melelehkan saljunya sendiri. Namun karena tuannya memiliki saudara kembar, kekuatan Pyo hanya bisa dinetralkan oleh Tigi. Begitu juga sebaliknya—jika Tigi mengeluarkan apinya untuk membakar sesuatu, hanya Pyo yang bisa memadamkannya.

Sungguh ironis, mengingat kedua bocah itu hanya akur saat sedang dipisahkan saja.

"Ayo bangun benteng salju yang kuat agar kita tidak bisa dikalahkan, Rie!" Letisha terlihat begitu bersemangat. Bukan karena dia akhirnya bisa bermain dengan tenang tanpa memikirkan tugas dari guru-gurunya. Yah, itu juga termasuk. Tapi tetap saja, yang membuat Letisha sangat bersemangat adalah karena dia membangun benteng salju dengan saudari semata wayangnya.

Letisha yakin sekali, Lorenzo dan Rexave pasti sangat iri dengannya.

Kenapa aku terjebak dalam permainan kekanakan ini? Lilyana bertanya pada dirinya sendiri sembari menepuk dinding benteng yang 97% dibuat oleh kerja keras Letisha.

"Kak Xave dan si bodoh itu pasti tidak akan membiarkan kita menang." Letisha menambah ketebalan dinding benteng agar tidak mudah ditembus oleh kedua saudara laki-lakinya.

Lilyana menepuk dinding benteng bagiannya dengan malas. Melihat sifat Rexave, dia hanya akan pura-pura melempar, sengaja meleset agar tidak menyakiti kedua adik perempuannya. Sedangkan Lorenzo, dia jelas hanya akan menargetkan Letisha. Jadi bisa dibilang ini adalah peperangan antara Lorenzo dan Letisha—yang entah kenapa ada Lilyana dan Rexave terlibat di dalamnya.

"Kak Xave, bangun dinding bentengnya dengan tebal agar Tisa tidak bisa menembusnya!" Lorenzo sama bersemangatnya dengan sang kakak kembar. Sementara Rexave tampak santai.

"Baiklah," katanya, menuruti kemauan sang adik.

Sama seperti Lilyana, Rexave sudah bisa menduga ke mana arah perang bola salju ini. Meski begitu, Rexave senang bisa membantu adik laki-laki semata wayangnya ini.

"Apa kau sudah siap melawanku, penyihir?" Lorenzo berteriak pada Letisha.

Wajah gadis berusia delapan tahun itu berubah merah saat dia mendengar teriakan Lorenzo. "Siapa yang kau panggil penyihir? Dasar lamban!" teriak Letisha, tidak mau kalah.

"Tentu saja kau! Memang siapa lagi di sini yang punya wajah seseram dirimu?"

Letisha menggertakkan bibirnya. Kedua tangannya mengepal. Letisha terlihat sangat marah.

"Lihat itu! Penyihirnya marah!" Lorenzo menoleh ke belakang, berteriak, "Selamatkan diri kalian! Ada seorang penyihir yang sedang marah!" Lorenzo tertawa.

Rexave terlihat ketakutan saat melihat adik perempuan pertamanya itu mengambil bola salju yang dibuat oleh Pyo. Lantas tanpa aba-aba, Letisha melempar bola salju itu. Telak mengenai kepala belakang Lorenzo.

"Hei, itu curang!" Lorenzo tidak terima.

"Itu salahmu karena kau begitu lamban!" Letisha menjulurkan lidahnya.

Lorenzo menggertakkan gigi. Mengambil bola salju di belakangnya. Melemparnya dengan kencang. Meleset. Letisha yang sudah siap dengan serangan balasan bisa dengan mudah menghindar.

I'm A Transmigrating PrincessWhere stories live. Discover now