Dua hari berlalu sejak Lilyana berada dalam kotak bayi ini. Pemandangan yang tersaji di ruangan ini selalu sama setiap harinya. Bocah laki-laki dan perempuan berusia 7 tahun akan berteriak kencang di pintu kamar Lilyana untuk selanjutnya ditegur oleh pria yang tak lain dan bukan adalah Thomas, kepala pelayan. Tak lama kemudian, kepala bocah laki-laki berusia 8 tahun muncul di atas wajah Lilyana setelah menghentikan perdebatan bocah kembar gila itu. Setelah si bocah 8 tahun muncul, dua bocah gila itu menyusul. Tentu saja mereka berdua kembali beradu mulut.
Pria dan wanita asing akan muncul dan memisahkan mereka. Sang wanita akan berteriak. Sementara, bocah 8 tahun menutup telinga Lilyana.
Bukan hanya itu saja. Lilyana akhirnya tahu siapa identitas asli kelima orang gila itu. Dan juga dirinya.
Noewera.
Itu adalah nama keluarga ini.
Ayah dari ketiga bocah itu, William May Noewera adalah kepala keluarga saat ini. Sang duchess, Varevy Day Noewera merupakan putri kedua dari Countess Leviathan. Bocah berusia 8 tahun itu adalah penerus keluarga sekaligus putra pertama mereka, Rexave Van Noewera. Anak kedua, Letisya Han Noewera lahir 5 menit lebih awal dibandingkan kembarannya, Lorenzo Han Noewera. Seharusnya ada satu anak perempuan lagi yang merupakan kembaran Letisya dan Lorenzo. Tapi, bayi kecil itu tewas sebelum sempat dilahirkan. Iya, sang bayi tewas di dalam perut sang ibu. Bersamaan dengan ibunya.
Kalian benar. Varevy adalah Duchess baru di kediaman ini. Dan, Lilyana alias Clarice Exe Noewera, adalah putri pertamanya setelah menikah dengan William.
Itu menjelaskan kenapa ketiga bocah itu tidak memiliki warna rambut putih seperti Varevy. Masalahnya, kenapa mata Lilyana berwarna biru muda? Mata duke adalah hijau. Dan, Duchess memiliki mata berwarna putih. Memangnya mata putih dan hijau bisa menghasilkan warna biru muda?
Lilyana tidak mau mengatakan hal ini. Tapi, apa mungkin Duchess berselingkuh dengan pria bermata biru muda?
"Apa Clarice minum susu dengan baik, Thom?" tanya Lorenzo yang diam-diam datang ke kamar Lilyana di sore hari.
Lilyana menatap datar bocah laki-laki yang terlihat begitu antusias melihat wajahnya.
Sebenarnya, kenapa bocah ini sangat suka melihat Lilyana? Kedua kakak dan orang tuanya juga sama saja. Memangnya Lilyana ini bayi ajaib? Perasaan sama saja seperti bayi lain yang hanya bisa makan dan buang air.
Ah, ada satu hal yang membuat Lilyana berbeda dengan bayi lain. Di saat bayi lain menangis karena lapar, mengantuk, merasa tak nyaman, ingin diperhatikan, dan blablabla, Lilyana tidak pernah menangis. Thomas selalu memberikan susu tepat waktu. Jadi, Lilyana tidak pernah telat makan. Apalagi hingga kelaparan. Tempat tidurnya juga nyaman. Jika mengantuk, Lilyana tinggal tidur saja. Dan, Thomas juga selalu mengecek popoknya dengan teratur. Lilyana jelas tidak punya alasan untuk menangis.
Lorenzo mengulurkan tangannya. Mengusap pipi Lilyana yang tembam.
"Cepatlah besar lalu main dengan kakak, Clarice. Kakak akan menjaga Clarice nanti." kata Lorenzo dengan senyum lebar di wajahnya.
"Tidak sudi! Aku bisa menjaga diriku sendiri." balas Lilyana dalam hatinya.
Karena masih belum bisa bicara, Lilyana melempar tatapan datar sebagai balasan.
"Sepertinya adik kita membencimu juga, Lori."
Lorenzo menoleh. Bocah itu terkejut setengah mati ketika melihat kedua kakaknya sudah ada di depannya.
Letisya melipat kedua tangannya di atas dada. Dia menatap Lorenzo datar. Begitu juga dengan Rexave.
"Apa kau berusaha memonopoli Clarice?" tanya Rexave dengan tatapan dingin.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
