Rexave kembali dengan membawa beberapa dokter yang kelihatan seperti dokter keluarga. 3 dari mereka adalah pria dengan rentang usia 30 hingga 42 tahun. Dan, 4 sisanya adalah seorang wanita berusia 30 tahunan. Yah, Lilyana juga tahu kalau keluarga ini sangat kaya hanya dengan melihat pakaian ketiga bocah gila itu. Tapi, bukankah memiliki 7 dokter keluarga itu sedikit berlebihan? Anggota keluarga duke sialan ini bahkan hanya 5 orang. Jangan hitung Lilyana. Dia tidak termasuk.
Di samping itu, bukankah bayi berusia 4 bulan yang masih belum bisa tengkurap itu adalah hal yang wajar? Memangnya apa yang salah dengan hal itu?
Hah! Semakin dipikirkan, semakin Lilyana tidak mengerti jalan pikiran para manusia ini.
Mau diperiksa oleh saintess atau dewi sekalipun, hasilnya akan tetap sama. Lilyana baik-baik saja. Dan, semua organ tubuhnya berfungsi dengan baik.
Itu karena Lilyana memang baik-baik saja. Fisiknya sangat sehat. Hanya mentalnya saja yang terganggu karena para manusia gila ini.
Jika mereka memang ingin Lilyana bisa tengkurap, caranya mudah saja. Cukup berikan Lilyana pada keluarga lain yang lebih waras.
Para dokter itu menatap Lilyana tanpa berkedip. Wajah mereka terlihat bingung. Yah, tanpa harus bertanya pun Lilyana tahu apa yang orang-orang ini pikirkan.
Bayi yang harus mereka periksa ini jelas terlihat sangat sehat. Orang yang seharusnya diperiksa di sini adalah ketiga bocah gila ini. Bukan Lilyana.
"Apa adikku baik-baik saja, Jasmine?" tanya Rexave pada salah satu dokter.
Seorang wanita berusia 31 tahun dengan rambut pendek sebahu berwarna merah menoleh. Wanita itu membetulkan kacamata yang menutupi manik hijaunya.
"Dilihat dari luar, Nona kelihatannya baik-baik saja, Tuan Muda. Jika seorang bayi merasa sakit, dia biasanya akan menangis dan rewel. Tapi, Nona begitu tenang." terang wanita itu.
"Tapi, Rie memang sudah tenang sejak masih bayi. Rie bahkan hanya pernah menangis satu kali yaitu saat dilahirkan." kata Lorenzo yang menatap Lilyana dengan prihatin.
Lilyana balas menatap Lorenzo datar sembari terus menyedot empengnya. Lilyana tidak pernah menangis karena dia tidak punya alasan untuk melakukan hal itu. Memangnya kenapa Lilyana harus menangis jika para pengasuhnya baik, kasurnya terasa empuk, pakaiannya nyaman dan susu yang dia makan sangat enak? Di samping itu, rasanya para manusia gila ini akan menangis jika Lilyana menangis. Jadi, daripada menyakiti mentalnya yang sudah terluka parah, lebih baik Lilyana menyimpan air matanya saja.
"Benarkah? Itu sangat mengkhawatirkan, Tuan Lorenzo. Karena biasanya bayi menangis sekitar 1–3 jam per hari dan biasanya akan lebih sering menangis saat sore serta malam hari." ujar pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih sepenuhnya itu.
"Kedengarannya sangat melelahkan." batin Lilyana dalam hatinya.
Tenaga dari susu yang Lilyana minum setiap harinya habis ia gunakan untuk meladeni manusia gila di sekitarnya. Jika Lilyana menangis sesering itu, rasanya dia bisa mati karena lemas.
"Apakah sangat mengkhawatirkan?" tanya Lorenzo. Wajah bocah kecil ini terlihat begitu khawatir.
Seorang dokter menatap Lilyana sekilas sebelum akhirnya ganti menatap Lorenzo, "Sepertinya ada yang salah dengan tubuh Nona. Terlambat tengkurap adalah hal yang wajar. Tapi, tidak menangis selama 4 bulan adalah hal yang sangat aneh." katanya.
Lilyana diam. Dia terus menyedot empengnya.
Bukankah mereka seharusnya bersyukur karena memiliki bayi yang tidak pernah menangis? Lilyana selama ini membuat para pengasuhnya tidur dengan nyenyak tanpa perlu mendengar suara tangisan. Mereka paling hanya masuk bergantian di malam hari untuk mengecek popok Lilyana.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
