Begitu tiba di hadapan gunung yang menjulang hingga hampir menyentuh langit itu, Avelon menangkap sebuah pintu. Itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak ada di sana.
Avelon mendorong gagang pintu yang senada dengan warna gunung itu. Dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah cahaya yang menyilaukan matanya. Memaksanya untuk menutup kelopak matanya.
"Cih, sok misterius!" kata Avelon begitu cahaya terang itu tersedot ke dalam.
Avelon kembali membuka matanya.
"Jelek sekali!" komentarnya saat melihat apa yang ada di hadapannya.
Hanya sebuah ruangan kosong yang di sekelilingnya hanya diisi oleh tanah. Tampak seperti bagian dalam gunung. Tidak ada hal yang bisa dipuji dari tempat ini.
"Apa yang membawamu kemari?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba muncul dari langit-langit. Mata putihnya menatap Avelon dingin. Surai hitamnya bergerak. Seolah ada angin yang menerbangkannya.
Avelon menatap wanita itu datar.
"Kembalikan Lilyana!" kata Avelon. Langsung pada intinya. Dia memang paling tidak suka berbasa-basi dengan para dewa dan dewi.
Alria melayang 3 meter di atas udara. Kain abu-abu yang menggulung tubuhnya ikut berkibar. Menimbulkan kesan misterius dan juga anggun.
"Bukankah kau Putra Mahkota Kekaisaran Willouby?"
"Bukan," jawab Avelon datar.
"Lantas, siapa kau?"
Avelon mendengus pelan. Dia tahu ini akan jadi percakapan yang sangat panjang.
Kenapa para dewa dan dewi suka sekali berbasa-basi?
"Avelon, aku seekor naga," Avelon menjawab datar.
"Naga?" Wanita yang tak lain dan bukan merupakan perwujudan manusia Alria menatap Avelon, "Di sini, naga adalah hewan liar yang merusak perkebunan manusia,"
"Dan di duniaku, dewa dan dewi adalah beban bagi manusia. Lagipula, aku tidak makan tanaman" balas Avelon santai.
Alria memasang wajah datar.
"Jadi itu kau." ucapnya.
"Ya, itu aku! Aku orang yang membawa Lilyana kemari. Dan sekarang, aku memintanya kembali!" Avelon nampak frustasi. Kenapa semua orang selalu mengatakan hal yang sama? Menyebalkan sekali!
"Sayangnya tidak bisa," kata Alria santai.
Ucapan santai Dewi itu membuat Avelon semakin kesal.
"Kenapa?" tanyanya.
"Karena kehadirannya menentang takdir, jadi takdir menghapus keberadaannya. Dan, hanya takdir yang bisa membawanya kembali."
Avelon nampak sangat kesal. Kedua tangannya terkepal dengan erat. Dia menggigit bibir bawahnya. Memaksa beberapa tetes darah mengalir dari sana.
Takdir! Selalu saja takdir!
"Aku tidak percaya pada takdir!"
"Terserah kau saja. Yang jelas, keputusan takdir adalah hal yang mutlak," balas Alria santai.
"Di mana keberadaan takdir?! Aku akan menghancurkannya!"
Alria menghela napas pelan. Jujur saja. Ini adalah pertama kalinya seorang manusia memaksa bertemu dengan cara menghancurkan tempat ini. Yang lebih mengejutkan lagi, manusia itu memiliki tubuh Putra Mahkota Kekaisaran Willouby sebagai cangkangnya.
"Kau tahu kenapa takdir tidak membawamu juga padahal kau memaksa datang kemari?"
"Tidak! Dan aku tidak mau tahu!" balas Avelon kesal.
"Baiklah, akan aku beritahu!"
Bola berwarna hitam kembali muncul di tangan Avelon, "Beritahu saja yang aku mau, sialan!" Dengan kekuatan penuh, ia melempar bola itu pada Alria. Percuma. Bola itu hanya menembus tubuh Alria dan menghancurkan langit-langit. Membuat pasir dan batu berbagai macam ukuran runtuh. Menimbulkan suara dentuman yang cukup kencang.
"Evander memiliki dua takdir. Mati di usia 9 tahun karena depresi. Atau tetap hidup sampai usia 67 tahun karena dia memutuskan bangkit dari depresinya. Dan kau... membuatnya memilih takdir kedua." Alria menjelaskan dengan santai. Seolah manusia yang ada di hadapannya tidak sedang mencoba membunuhnya beberapa detik lalu.
Avelon memicingkan matanya.
"Apa-apaan itu? Kenapa aku punya dua takdir sedangkan takdir Lily hanya satu?!"
Alria menghela napas entah untuk yang ke berapa kalinya.
"Karena seharusnya tidak ada anak perempuan istimewa Noewera di generasi saat ini. Sebab, putri bungsu mereka ditakdirkan mati 7 hari setelah dilahirkan. Dan kau... mengubahnya. Bahkan menghapus ingatannya. Membuat semua ingatan itu menjadi takdir orang lain." Alria menjelaskan.
Avelon kembali mengepalkan kedua tangannya. Tanpa mengatakan apapun, dia terus melemparkan bola berwarna hitam itu dari tangannya. Meski ia tahu itu percuma.
Wanita yang ada di hadapannya bukanlah dewi yang asli.
Serangan Avelon yang membabi buta membuat langit-langit ruangan kosong itu runtuh. Ada semakin banyak pasir dan batu yang terjatuh. Suara berdebum bersahutan.
Avelon berhenti menyerang beberapa saat kemudian. Napasnya tersengal. Jantungnya berdegup dengan lebih kencang. Avelon marah. Entah marah pada siapa. Yang jelas, rasanya dia ingin membunuh seseorang sekarang.
Setelah semua yang ia lakukan. Setelah semua yang ia korbankan. Semua itu hanya demi bisa melihat wanita yang dia cintai bahagia. Dan saat waktu di mana dia bisa mewujudkan keinginannya itu akhirnya tiba...
Avelon justru kehilangan segalanya.
Alria melambaikan tangannya pelan. Seketika, seluruh pasir dan bebatuan yang menggunung d atas tanah itu naik. Mengisi langit-langit yang berlubang. Dan dalam sekejap, langit-langit itu kembali seperti semula. Seolah memang sejak awal tidak pernah runtuh.
"Apa kau yakin yang kau rasakan itu adalah cinta dan bukannya obsesi?" tanya Alria tenang.
Avelon mengangkat kepalanya. Mata peraknya menatap Alria dingin.
"Apa maksudmu?!" Nada suara Avelon terdengar dingin.
Hening sejenak. Keduanya saling tatap. Dengan tatapan yang berbeda.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 53
Start from the beginning
