"Yah, hanya orang aneh yang berpikir seperti itu." Letisha membantah.
Lorenzo hanya memasang wajah kesal. Jika dia berani menentang ucapan Letisha, maka dia akan benar-benar bertemu dengan ibunya hari ini.
Sementara keluarga kecil itu tertawa, Lilyana hanya diam. Entahlah.
Lilyana merasa...
Dia hanya akan merusak suasana yang ada jika bersuara. Selain itu, Lilyana tidak tahu harus menanggapi dengan apa. Karena dia tidak ada di sana saat semua itu terjadi.
Rasanya seperti...
Lilyana bukan bagian dari keluarga ini.
Benar.
Memang seharusnya pemandangan itu lah yang dilihat semua orang. Sebuah keluarga bahagia di mana di dalamnya tidak ada bocah aneh yang tidak bisa membuka hatinya meski sudah diperlakukan sebaik mungkin.
Lilyana mendangak. Menatap bulan sabit yang semakin tinggi. Sebentar lagi, tengah malam akan tiba. Sebentar lagi, usia Lilyana akan genap 6 tahun. Dan sebentar lagi, jiwanya akan menghilang.
Lilyana menarik napas panjang.
Karena dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan keluarga yang penuh kasih sayang ini, jadi mari lakukan perpisahan dengan baik. Agar tidak ada penyesalan di masa mendatang.
"Kenapa kalian masih menyayangi saya?" Suara Lilyana akhirnya terdengar setelah cukup lama diam.
Semua orang menatapnya. Suara tawa mereka terhenti. Raut wajah kelimanya berubah menjadi serius.
"Kenapa Rie bertanya seperti itu?" tanya Duchess bingung.
Ini tidak seperti biasanya. Putri bungsunya biasanya tidak pernah menanyakan hal semacam itu.
"Ada apa, Rie? Katakan pada kami." Duke mengangkat dagu Lilyana. Membuat kepala gadis kecil itu terangkat.
Lilyana menarik kepalanya.
"Pohon Kehidupan bilang... semua anggota keluarga Noewera tahu soal bagaimana anak perempuan istimewa Noewera bisa berada di dunia ini. Jadi... jadi..." Lilyana tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Tenggorokannya tercekat meski tidak ada yang menahannya.
Meski begitu, semua orang sebenarnya sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Lilyana.
"Bagaimana bisa kalian tetap menyayangi saya? Padahal bisa jadi saya sudah memiliki seorang anak di kehidupan pertama saya." Lilyana akhirnya memiliki keberanian yang cukup untuk mengucapkan apa yang ingin dia katakan.
Semua orang saling tatap. Duchess tidak mengatakan apapun selain memeluk putri bungsunya.
"Rie..." Duke memanggil Lilyana dengan lembut.
"Rie mungkin benar. Rie mungkin memang sudah memiliki seorang anak sebelumnya. Tapi, di mata kami, Rie tetaplah seorang anak yang manis. Anak perempuan yang sudah seharusnya kami sayangi. Terlepas dari apapun yang terjadi di kehidupan pertama Rie." Duke menjelaskan dengan hati yang berat.
Tidak pernah ada cerita di mana pohon kehidupan menceritakan awal mula adanya anak perempuan istimewa keluarga ini. Jika dia melakukannya, jelas ada yang salah. Tapi, apa?
Itu pasti yang menjadi alasan mengapa Lilyana tiba-tiba menanyakan hal yang tidak biasanya dia katakan.
"Apa kalian menyayangi saya karena menganggap kehidupan pertama saya terlalu menyedihkan? Sehingga kalian memberikan kasih sayang yang melimpah pada saya?" Lilyana bertanya lagi.
Benar. Sisa waktu yang dia miliki tidak banyak.
Jadi, ayo luapkan semua yang selama ini Lilyana pendam sendirian. Dengan begitu, dia tidak hanya akan pergi tanpa meninggalkan rasa kecewa, tetapi juga lega.
Semua orang kompak menggelengkan kepala pelan.
"Tidak. Semua yang kami lakukan... tidak ada hubungan apapun dengan bagaimana kehidupan Rie sebelumnya." Rexave berkata dengan sangat lembut, "kami menyayangi Rie karena Rie memang pantas disayangi. Hanya itu alasannya."
"Bagaimana dengan penjaga? Saya tidak mendapatkannya. Jadi—"
Letisha memotong ucapan Lilyana. Dia dengan tegas menjawab, "Tidak! Penjaga atau apapun itu, kami semua tidak peduli. Rie istimewa karena Rie adalah Rie. Jadi, tolong jangan pernah ragukan kasih sayang kami lagi!" Letisha memeluk Lilyana. Gadis itu menangis.
Lorenzo ikut memeluk adik kecilnya, "Kak Tisa benar. Dengan atau tanpa penjaga, Rie tetap istimewa. Rie tetaplah putri bungsu keluarga ini. Dan kami semua tetap menyayangi Rie." katanya lembut.
Rexave, Duke, dan Duchess ikut memeluk Lilyana.
Lilyana tersenyum.
Untuk pertama kalinya, dia tersenyum dengan sangat lebar. Juga menangis.
Dan akhirnya...
Hari yang telah ditetapkan oleh takdir akhirnya tiba. Tubuh Lilyana perlahan berubah transparan.
Letisha dan Lorenzo yang menyadari perubahan pada tubuh adik bungsu mereka segera melepaskan pelukan itu. Begitu juga dengan Rexave dan orang tuanya.
Mereka semua menatap tubuh transparan Lilyana.
"Ada apa, Rie?" tanya Lorenzo tak percaya. Wajahnya terlihat begitu terkejut. Juga tak percaya.
"Apa yang terjadi pada Rie?" Letisha ikut bertanya.
"Hal yang seharusnya terjadi. Karena di sini bukan tempat bagi saya yang sudah mati." jawab Lilyana tenang.
Tubuhnya yang transparan terangkat ke udara.
Duchess menangis. Meraung. Berusaha menggapai tubuh putri bungsunya. Namun, percuma. Tangannya hanya meraih udara kosong.
"Tidak! Rie! Putri ibu! Jangan pergi!" ratapnya.
Lilyana menunduk. Tetap memasang senyum manis di wajahnya.
Tubuhnya mulai menghilang. Dimulai dari kakinya.
"Tidak! Rie! Jangan tinggalkan ibu! Bawa ibu bersama Rie!" Duchess meraung.
Lilyana —yang mengambang 3 meter di atas udara tersenyum. Wajahnya nampak begitu tenang. Tidak ada penyelesan di sana.
Dia sudah menerima takdirnya.
"Ibu, ayah, Kak Xave, Kak Tisa, dan Kak Lori," Lilyana menatap wajah mereka satu-persatu.
"Terima kasih banyak karena sudah menyayangi saya," ucap Lilyana sebelum seluruh tubuhnya benar-benar menghilang.
"CLARICE!!!" Duchess berteriak dengan kencang.
Wanita itu berlari. Berusaha mengejar tubuh putrinya yang berubah menjadi serpihan cahaya. Lalu, menghilang tanpa jejak. Hanya menyisakan kalung dari kulit kerang yang dia kenakan.
Duchess menangkap kalung itu. Memeluknya.
Lututnya terasa lemas. Wanita yang baru saja kehilangan putri semata wayangnya itu terduduk di atas pasir. Menangis dengan begitu deras.
Duke menghampiri istrinya. Memeluknya dengan erat. Sedangkan Rexave dan si kembar hanya menangis dalam diam.
Tidak! Ini tidak mungkin!
Adik kecil mereka yang manis tidak mungkin pergi begitu saja.
Jika memang takdir yang meminta Lilyana pergi, maka mereka akan memaksanya untuk membawa Lilyana kembali!
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 51
Start from the beginning
