Letisha pikir, adik bungsunya akan menutup diri selamanya. Tapi, ternyata pikirannya itu hanyalah pikiran yang tidak berdasar.
"Apa Rie tahu?"
Lilyana menoleh pada Letisha, "Apa?"
"Saat kakak mendengar jika ibu sedang mengandung anak perempuan, sejujurnya kakak sedikit takut,"
Lilyana kembali menatap langit-langit kamar Letisha, "apa yang anda takutkan?" tanyanya. Meski sebenarnya Lilyana sudah tahu jawabannya.
Itu pasti berhubungan dengan anak perempuan istimewa Noewera. Karena memang selalu begitu.
"Kakak yakin Rie sudah tahu jawabannya. Tapi, kakak akan menjelaskannya," Letisha memeluk adiknya lebih erat. Pandangannya kini tertuju pada adik bungsunya itu, "Saat kakak lahir, semua orang menaruh ekspektasi pada kakak. Karena kakak adalah anak perempuan. Jadi, ada kemungkinan jika kakak adalah anak perempuan istimewa dalam legenda. Namun..." ucapan Letisha terhenti.
Gadis itu menatap kosong wajah adik bungsunya. Entahlah. Itu memang hal kecil. Tapi, entah mengapa terasa begitu berat untuk diceritakan.
Lilyana diam. Tidak tahu harus bereaksi apa. Dia tidak memiliki kemampuan untuk menghibur orang lain. Sebenarnya, Lilyana bahkan tidak tahu bagaimana cara menghibur dirinya sendiri.
Yang dia tahu hanyalah bersikap seolah semuanya baik-baik saja.
Hanya itu.
"Tapi saat kakak mendapatkan penjaga yang tidak begitu kuat, semua orang berpaling dari kakak," Letisha melanjutkan kembali ucapannya setelah berhenti sejenak. Ujung bibirnya terangkat. Pertanda jika ceritanya akan menemui akhir yang bahagia tak lama lagi.
"Saat itu, kakak merasa sangat kecewa karena gagal memenuhi ekspektasi orang-orang. Tapi ayah dan ibu bilang, kakak tidak perlu kecewa. Kakak tidak harus memenuhi harapan siapa pun. Kakak tetap istimewa, meski tanpa penjaga yang kuat. Yang salah adalah mereka yang menaruh ekspektasi itu pada kakak." Senyum di wajah Letisha berubah jadi semakin lebar.
"Bahkan, Kak Lori yang selalu menghina kakak pun menghibur dan memeluk kakak saat itu," Letisha terkekeh pelan. Dia merasa senang. Tapi juga sedikit geli.
Lilyana melirik Lorenzo yang tidur dengan posisi lebih aneh. Kepalanya berada di lantai. Sedangkan kakinya ada di atas kasur.
Apa semua anak laki-laki memang punya posisi tidur yang aneh begitu?
"Jadi begitu mendengar jika ibu mengandung anak perempuan, kakak takut Rie merasakan hal yang sama," Letisha memeluk Lilyana dengan lebih erat. Seolah takut adik bungsunya itu akan menjauh.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan saya," Lilyana akhirnya memberikan reaksi setelah diam dalam waktu yang cukup lama.
"Tidak perlu berterima kasih, Rie. Itu adalah hal yang memang seharusnya dilakukan. Kita kan keluarga," Letisha menggosokkan pipinya sekali lagi.
Keluarga, ya? Entahlah. Rasanya keluarga dalam hati Lilyana tidak seperti itu.
Rasanya seperti...
Sebuah hubungan yang menyiksa dan menyakitkan. Sangat menyakitkan sampai lebih baik mati saja.
"Apa kalian semua kecewa?" ucapan itu terlontar begitu saja dari bibir Lilyana.
Letisha yang sedang mengusapkan pipinya ke pundak Lilyana menghentikan sejenak kegiatannya. Gadis itu menatap wajah adik bungsunya yang nampak sedih.
Letisha mengendurkan pelukannya. Dia tahu kemana percakapan ini mengarah.
"Tidak. Tidak ada yang kecewa."
Lilyana menoleh. Menatap Letisha yang tersenyum. Ucapannya terdengar begitu tulus.
"Bahkan setelah apa yang terjadi?" Lilyana kembali bertanya.
Letisha memanggil Lilyana dengan lembut, "Rie... Rie lahir untuk melengkapi keluarga ini, membawa kebahagiaan bagi semua orang, dan hidup dengan bahagia. Semua itu tidak ada kaitannya dengan penjaga. Jadi, apa pun yang terjadi, perasaan kami pada Rie tidak akan berubah. Bagi kami, Rie tetaplah putri bungsu yang manis."
"Terima kasih," jawabnya.
Letisha mengusap pipi Lilyana dengan lembut. Menarik selimut dengan lebih tinggi.
"Sekarang tidurlah." katanya.
Lilyana mengangguk. Memejamkan matanya. Letisha menatap wajah adik bungsunya sesaat sebelum ikut memejamkan mata.
Ucapan lembut Letisha sangat tulus. Begitu tulus. Tapi, masih belum cukup untuk membuka hati Lilyana.
Tapi, itu cukup untuk membuat Lilyana pergi tanpa perasaan yang mengganjal.
Karena jika dia pergi saat keluarga ini merasa kecewa, rasanya Lilyana tidak ingin pergi. Tidak sebelum dia bisa mengubah rasa kecewa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 49
Mulai dari awal
