Transmigrating 47

Mulai dari awal
                                        

Lilyana diam. Itu alasan yang masuk akal.

"Ayah dan ibu saling mencintai, Rie. Jadi, perlu alasan yang sangat kuat bagi mereka untuk bertengkar," kata Letisha.

Lilyana menganggukkan kepalanya. Sepertinya Letisha tidak tahu mengapa Lilyana memiliki pikiran seperti itu.

"Dan apapun yang ada dalam pikiran Rie, itu bukan alasan yang kuat." kata Letisha lagi.

Lilyana diam. Dia menatap gadis itu.

Ah, sepertinya dia ketahuan.

"Apa Duke dan Duchess tidak memiliki pikilan yang sama dengan para bangsawan?" Lilyana bertanya dengan ragu. Suaranya lirih. Hampir seperti berbisik.

"Tidak." jawab Letisha cepat dan mantap.

"Kenapa?" tanya Lilyana lagi.

Letisha menjawab dengan tenang. Meski ada banyak hal yang dibicarakan oleh para bangsawaan saat ulang tahun adik bungsunya ini, tapi dia tahu persis mana yang dimaksud oleh Lilyana. "Seperti yang kakak katakan. Ayah dan ibu saling mencintai. Dan meskipun Rie tidak memiliki penampilan fisik yang mirip dengan ayah, bukan berarti Ibu berselingkuh."

Lilyana juga memikirkan hal yang sama. Tapi, entahlah. Terkadang dirinya ragu.

Bukan. Lilyana bukan meragukan kesetiaan Duchess. Dia hanya meragukan jika dirinya adalah anak kandung Duke dan Duchess. Bisa jadi, sebenarnya dia adalah anak pelayan atau ksatria yang dititipkan pada pasangan suami istri itu. Jika memang itu benar, itu menjelaskan kenapa Lilyana tidak mendapatkan penjaga. Mungkin pohon kehidupan hanya takut mengatakan yang sebenarnya dan berbohong.

"Rie punya alergi pada kayu manis, kan?" tanya Letisha.

Lilyana menganggukkan kepalanya.

"Ayah juga punya alergi yang sama. Begitu juga dengan Kak Xave. Jika itu masih belum cukup untuk membuktikan ucapan kakak... jari kelingking kanan Rie memiliki 4 garis jari, kan?"

Lilyana kembali menganggukkan kepalanya.

"Ayah juga sama. Apa itu sudah cukup?"

Sekali lagi, kepala Lilyana terangguk.

"Rie tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Cukup tumbuh dengan sehat dan bahagia saja," Letisha mengusap rambut adik bungsunya itu dengan lembut.

"Baik," 

Kereta kuda itu berhenti tepat di dekat air mancur mansion Count Opheryon. Seperti biasa, ada barisan pelayan yang lurus dengan pintu masuk. Count dan Countess menunggu di dekat kereta kuda. Siap menyambut kedua putri dari Duke Noewera itu.

"Selamat datang di kediaman sederhana kami, Nona Letisha dan Nona Clarice. Sebuah kehormatan bagi kami bisa menyambut anda berdua," Count membungkukkan tubuhnya.

"Anda terlalu merendah, Count." balas Letisha anggun.

Jika ada orang yang melihatnya sekarang, mereka pasti tak akan menyangka gadis itu adalah orang yang sama yang pernah memanjat pohon demi menghindari kelas tata krama. Juga gadis yang pernah bersembunyi di kandang kuda kerajaan hanya untuk kabur dari kelas pedang. Siapa pun yang melihatnya pasti akan mengira Letisha adalah nona yang anggun dan lemah lembut.

Entahlah. Lilyana juga tidak tahu mengapa Letisha bisa menjadi orang yang berbeda saat di hadapan orang lain.

"Anda terlalu memuji, Nona," 

"Tidak. Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat," balas Letisha lagi.

"Anda—" 

"Kapan aku bisa beltemu Heva dan Xerene?" Lilyana memotong ucapan Count Opheryon. Tidak sopan memang. Tapi jika dibiarkan, Letisha dan pria itu akan berbasa-basi sampai esok hari.

Letisha dan Count Opheryon menoleh. Menatap Lilyana sekilas. Count kemudian tertawa renyah.

"Maaf karena membuat anda menunggu, Nona Clarice. Anda pasti sudah tidak sabar untuk bertemu dengan teman-teman anda,"

"Iya," balas Lilyana.

Tawa Count menghilang. Digantikan wajah yang serius. Dia sudah terlalu lama menahan nona muda ini.

"Mari masuk!" ajak Count.

Letisha dan Lilyana melangkah mengikuti Count. Menaiki anak tangga dan melewati lorong mansion hingga mereka tiba di sebuah pintu. Pintu yang sudah tidak begitu asing bagi Lilyana meski baru 3 kali dia lihat.

"Heva, Nona Clarice datang. Hari ini, beliau membawa teman baru," kata Count setelah mengetuk pintu kamar putrinya dua kali.

Berbeda dengan pertemuan mereka di mana Heavenly memilih bersembunyi. Sekarang, gadis kecil yang 1 tahun lebih tua dibanding Lilyana itu membuka sendiri pintu kamarnya. Wajahnya tampak gembira. Jika itu adalah teman yang dibawa oleh Lilyana, artinya dia adalah anak yang baik. Anak baik yang tidak akan menghakiminya.

"Rie!" panggil Heavenly senang.

"Halo, Heva. Aku datang membawa Nona Letisha. Dia..." ucapan Lilyana terhenti. 

Lilyana harus memperkenalkan Letisha sebagai apa? Putri pertama dari Duke Noewera? Atau, Nona Pertama Noewera? Atau... kakak perempuannya? Tidak. Lilyana masih belum sepenuhnya menerima ikatan yang dibentuk oleh hubungan darah ini. 

"Aku kakak perempuan Rie, satu-satunya," Letisha menyambung ucapan adiknya. 

"Saya tidak tahu jika Rie punya kakak yang cantik," puji Heavenly tulus.

Yah, Letisha memang sangat cantik. Lebih cantik dibandingkan Lilyana sendiri.

"Haha, kau memiliki bakat seperti ayahmu," balas Letisha dengan wajah yang sedikit memerah.

"Terima kasih," balas Heavenly.

Benar, kan? Siapapun yang dibawa oleh Lilyana, dia bukanlah anak jahat yang akan menghakimi dirinya. Senang rasanya memiliki dua teman selain kakaknya.

"Di mana Xerene?" tanya Rie.

"Kakak masih memiliki kelas pewaris," jawab Heavenly.

"Xerene akan selesai lima belas menit lagi, Nona Clarice. Sembari menunggu, Anda bisa bermain bersama Heva. Saya akan meminta pelayan menyiapkan camilan," jelas Count Opheryon.

"Tidak perlu menyiapkan camilan terlalu banyak, Count. Aku tidak akan lama di sini," ujar Letisha.

"Baik, Nona."

Setelah Count pergi, kakak beradik itu masuk ke kamar Heavenly, yang dipenuhi warna-warna pastel dan aroma manis seperti kue baru matang. Di tengah ruangan, ada meja rendah dengan lima kursi kecil yang sudah tertata rapi. Heavenly berjalan duluan, hampir melompat kecil menuju kursinya, lalu duduk dengan antusias. Letisha mengikuti dengan langkah tenang, menyingkirkan pita mainan dari lantai sebelum ia mendekat. Lilyana sempat menatap kursi mungil itu, lalu duduk di kursi miliknya. Kursi berwarna biru dengan sedikit ornamen putih.

"Sepertinya kau harus menambah satu kursi lagi, Heva," kata Lilyana.

"Itu ide bagus, Rie," timpal Letisha.

Heva terlihat sangat senang—karena itu berarti ia benar-benar mendapat satu teman lagi.



I'm A Transmigrating PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang