"Terima kasih, Noel," sahut Lilyana lembut.
"Noel, di mana Ayah dan Ibu?" tanya Xerendity sambil melangkah maju.
"Tuan dan Nyonya ma—"
Belum sempat Noel menyelesaikan jawabannya, sepasang pria dan wanita muncul dari dalam mansion. Usia mereka tampak setara dengan Duke dan Duchess, namun sikap dan wibawa mereka memancarkan aura berbeda. Dengan langkah tenang, mereka keluar menyambut tamu mereka, meski sedikit terlambat.
"Selamat datang di kediaman kami, Nona Noewera. Mohon maaf karena kami terlambat menyambut Anda," ucap Count Opheryon, seorang pria berambut hijau dengan mata coklat yang tampak persis seperti Xerendity.
"Tidak apa-apa, Tuan Count. Justru saya yang harus meminta maaf karena datang secara tiba-tiba," balas Lilyana dengan nada tak kalah sopan.
"Merupakan suatu kehormatan bagi kami bisa menyambut Anda di kediaman ini, Nona," sambung Countess Opheryon, wanita anggun bersurai hitam dengan mata hijau zamrud, menyapa dengan keramahan yang tak dibuat-buat.
Lilyana menundukkan kepala sedikit sebagai bentuk penghormatan, lalu tersenyum lembut.
"Mari masuk, Nona. Heva sudah menunggu anda di kamarnya," Count mempersilakan Lilyana masuk.
Gadis itu melangkah. Diikuti Xerendity dan orang tuanya.
Setelah melewati lorong dan beberapa anak tangga, mereka akhirnya tiba di kamar Heavenly. Lilyana mendangak. Menatap sebuah pintu dengan tinggi 2 meter dengan ukiran yang membentuk taman bunga di atasnya.
"Heva!" Count memanggil putri bungsunya sembari mengetuk pintu kamarnya, "Nona Noewera datang untuk bermain denganmu," katanya.
Hening. Tidak ada balasan.
Count menoleh. Menundukkan kepalanya. Bibirnya terangkat. Menunjukkan sebuah senyum canggung. "Maaf, Nona. Heva kami sedikit pemalu," kata Count.
"Tidak apa-apa, Tuan Count," balas Lilyana.
Countess ikut mengetuk pintu putri bungsunya, "Heva? Apa ibu dan ayah boleh masuk?" tanyanya lembut.
"Ibu, ayah," panggil Xerendity.
Pasangan suami istri itu kompak menoleh.
"Biar aku yang bicara pada Heva,"
Count dan Countess menghela napas.
"Baiklah, ibu dan ayah lagi-lagi mengandalkanmu Xerene,"
Xerendity mengangguk. Gadis itu maju selangkah. Mengetuk pintu kamar adiknya sembari memanggil namanya dengan lembut. Lebih lembut dari sutra manapun di dunia, "Heva... kakak janji ini yang terakhir," katanya.
Keheningan kembali menyelimuti sejenak, hingga suara samar engsel pintu yang bergeser memecahnya pelan. Dari balik celah pintu yang sedikit terbuka, sesosok mungil tampak mengintip dengan hati-hati. Seorang gadis kecil, berusia enam tahun, menatap Lilyana dengan rasa ingin tahu yang jelas tergambar di wajahnya.
Sepasang mata coklat bening miliknya tampak membulat, menyoroti sosok tamu asing yang tersenyum padanya. Surai hijaunya yang sedikit ikal tergerai melewati bahunya, menyembul dari balik dinding seperti dedaunan segar yang disinari cahaya pagi. Ia tak berkata apa-apa, hanya diam memandang, seolah menimbang apakah Lilyana bisa dipercaya.
"Wah, Countess benal-benal tidak mendapatkan apapun," batin Lilyana.
Count dan Countess tersenyum.
"Mau bertemu dengan Nona Clarice?" tanya Xerendity.
Sosok kecil itu menatap Lilyana yang masih mempertahankan senyum manisnya. Tangannya membuka lebih lebar pintu kamarnya. Membiarkan Lilyana melihat seluruh isi kamarnya yang tertata rapi. Namun, gadis kecil itu justru bersembunyi di balik pintu.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 43
Start from the beginning
