"Namanya Dalaline," potong Lilyana dengan cepat.
"Yah, terserah saja," Avelon tersenyum. "Ayo kita pastikan bersama!" ajak Avelon. Dia dengan cepat menyambar tangan Lilyana dan menariknya. Membuat gadis itu mau tidak mau ikut melangkahkan kakinya agar tidak terjatuh.
Lilyana menatap bocah yang 10 cm lebih tinggi darinya itu. Aneh. Setelah beberapa kkali bertemu dengan Avelon, Lilyana merasa jika Avelon bukanlah anak yang peduli dengan manusia lain. Jadi, kenapa dia malah mengajak Lilyana memastikan keadaan Daraline?
Ya sudahlah. Tidak usah dipikirkan. Yang penting Lilyana bisa melakukan apa yang ingin dia lakukan. Tapi...
Dia belum meminta ijin pada keluarga Noewera untuk pergi dari aula pesta.
Lilyana melempar kepalanya ke belakang. Melihat satu-persatu keluarga Noewera yang tertahan di belakang. Entah oleh para bangsawan atau anak-anak yang merengek meminta ditunjukkan kekuatan penjaga.
Hanya ada kuda, macan salju, phoenix, dan elang yang berlari dan terbang ke arahnya. Itu adalah penjaga milih Duke dan ketiga anaknya. Mereka pasti mengejar atas perintah tuan mereka.
Aneh. Rasanya seperti...
Avelon sengaja menahan mereka.
Bocah itu terus menarik tangan Lilyana hingga mereka tiba di halaman depan aula pesta yang kosong. Tidak ada siapapun di sana. Termasuk Daraline dan ibunya.
Avelon menghentikan langkah kakinya. Bocah itu memutar badannya. Kedua ujung bibirnya terangkat. Mata peraknya yang senada dengan cahaya bulan purnama di atas langit melempar tatapan yang sulit diartikan.
"Jika keluargamu tidak cukup untuk membuatmu bahagia..." ucapan Avelon berhenti sejenak.
Ah, entah kenapa perasaan tidak asing itu muncul lagi.
"Maka aku yang akan membuatmu bahagia." sambungnya.
Lilyana bergidik. Itu jelas bukanlah ucapan yang seharusnya diucapkan oleh seorang bocah berusia 9 tahun yang baru beberapa minggu lalu keluar dari kamarnya setelah 5 tahun mengurung diri di kamar. Terlebih, belum sebulan sejak mereka saling mengenal.
"Apa kepala anda telbentul sesuatu?" tanya Lilyana dengan wajah polos.
Avelon tertawa pelan.
"Tidak, aku baik-baik saja." jawab Avelon setelah puas tertawa.
LIlyana menyipitkan matanya.
"Kenapa anda tiba-tiba mengatakan hal yang aneh?" tanya Lilyana lagi. Kali ini wajah polosnya berubah jadi ekspresi curiga.
Entahlah. Semua hal tentang bocah di hadapannya ini sangat mencurigakan.
"Karena aku menyukaimu," Avelon menjawab dengan serius. Senyum di wajahnya juga senada dengan ekspreinya.
Kening Lilyana berkerut. Begitu juga dengan bibir atasnya yang sedikit naik. Lilyana nampak bingung sekaligus geli.
"Anda lebih baik pergi menemui dokter, Yang Mulia. Anda benar-benar tidak baik-baik saja," Lilyana memutar jari telunjuknya sejajar dengan kepalanya.
Lilyana menatap sekitar. Mencari 4 penjaga milik Duke dan ketiga anaknya— yang anehnya masih belum menampakkan diri. Bukankah Lilyana hanya pergi di halaman depan aula saja? Kenapa perlu waktu lama bagi mereka untuk menemukannya?
Avelon tertawa sekali lagi.
"Terserah kau saja mau berpikir apa. Yang jelas, aku serius saat mengatakan aku menyukaimu. Jadi, jika suatu hari nanti aku melupakan fakta itu..." Avelon melempar tatapan yang sama. Tatapan yang sulit diartikan. "Aku harap kau mau mengingatkanku," katanya dengan senyum manis di akhir kalimat.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 41
Start from the beginning
