Transmigrating 37

Mulai dari awal
                                        

"Kau tidak penasaran dengan alasannya?" tanya Claramel hati-hati. Takut semakin melukai perasaan Lilyana.

"Tidak. Kalena saya sudah tahu," 

Claramel diam.  Dia menghela napas. Rasanya ada beban yang begitu berat di dadanya.

Ah, padahal sudah ada banyak anak perempuan yang dia bawa kemari. Tapi, Lilyana berbeda. Gadis ini...

Bahkan belum percaya pada keluarganya di usianya yang kelima tahun. Selain itu, Lilyana juga orang pertama yang kehilangan ingatannya saat datang kemari.

"Penjaga hanya bisa didapatkan oleh ketulunan Noewela yang mengakui kelualganya. Dan, saya belum melakukan itu," 

Claramel semakin diam. Dia tidak tahu lagi harus mengatakan apapun. Karena rasanya kalimat apapun yang keluar dari bibirnya, meski itu mengandung penghiburan sekalipun, tidak akan bisa mengobati sedikitpun perasaan di hati gadis kecil yang sedang kacau itu.

"Aku minta maaf," lirih Claramel.

Lilyana mengangkat kepalanya kembali. Gadis kecil itu tersenyum. "Tidak apa-apa. Tidak pellu minta maaf."

Namun senyumnya perlahan memudar saat ia kembali menunduk. "Ini kan salahku," bisik Lilyana.

Hamparan bunga yang begitu luas itu kembali hening. Lilyana sibuk dengan pikirannya sendiri. Pikiran soal penjaga. Memang benar jika Lilyana tidak terlalu menginginkan seorang penjaga. Meski begitu...

Keluarga Noewera yang lain...

Apa reaksi yang akan mereka berikan jika mengetahui hal ini? Mereka selalu memanggil Lilyana dengan sebutan 'anak perempuan istimewa Noewera'. Dan itu memang benar. Lilyana memang seorang anak perempuan yang istimewa. Namun... dia tidak mendapatkan penjaga yang hebat seperti anak perempuan istimewa lain. Jangankan penjaga yang hebat, Lilyana bahkan tidak mendapatkan penjaga yang biasa saja.

Dia... nyatanya bukan anak perempuan istimewa Noewera. Dia hanya anak perempuan aneh yang datang dari dunia lain entah karena alasan apa.

"Meleka pasti akan membenciku, kan?" tanya Lilyana yang hampir menangis.

Claramel mengusap rambut Lilyana lembut dengan kelopak bunga. "Aku memang tidak bisa melihat masa depan, tapi, percayalah, Rie. Mereka sama sekali tidak membencimu,"

Lilyana menahan air matanya. 

Padahal ini adalah salahnya sendiri. Salahnya tidak bisa menerima keluarga Noewera. Salahnya tidak bisa mempercayai mereka. Dan sekarang, Lilyana justru takut mereka akan kecewa karena dirinya tidak mendapatkan penjaga. 

Aneh. Lilyana sungguh anak yang aneh.

"Kau tau, Rie? Yang membuat mereka begitu menyayangimu bukanlah karena kau merupakan anak perempuan yang istimewa. Mereka menyayangimu karena memang begitu seharusnya. Mereka adalah keluargamu. Dan keluarga saling menyayangi tanpa membutuhkan alasan,"

Claramel tidak tahu harus melakukan apa untuk menghibur Lilyana. Karena jika boleh jujur, ini adalah pertama kalinya seseorang anak perempuan istimewa Noewera tidak mendapatkan penjaga di usia 5 tahun. 

Entah bagaimana kehidupan pertama yang Lilyana jalani hingga dia sesulit itu untuk mempercayai orang lain. 

Yang jelas, itu pasti sangat buruk, kan?

"Saya halap begitu," jawab Lilyana.

Claramel menghela napas. Jika boleh jujur, dia ingin sekali memberikan satu penjaga untuk gadis di hadapannya ini. Tapi, keluarga ini memiliki aturan yang sama sekali tidak bisa dilanggar.

Sementara itu, di luar pohon kehidupan, Duke dan ketiga anaknya masih menunggu Lilyana yang sudah 1 jam lebih berada di dalam. Padahal, biasanya proses mendapatkan penjaga hanya berlangsung selama 15 menit. Paling lama 20 menit. Ini jelas 3 kali lebih lama dibanding sebelumnya.

"Apa yang terjadi di sana, ayah? Kenapa Rie masih belum kembali?" tanya Letisha khawatir, juga bingung. 

Jelas tidak akan terjadi hal buruk di dalam pohon kehidupan, namun tetap saja. Letisha khawatir. 

"Ayah juga tidak tahu, Tisa. Tapi—"

"Rie kembali!" seru Lorenzo semangat.

Semua mata langsung tertuju pada Lilyana yang melangkah keluar dari dahan Pohon Kehidupan yang terbuka perlahan. Langkahnya gontai, seperti ilalang yang tertiup angin. Wajahnya pun tampak lesu. Melihat raut letih gadis kecil itu, Duke dan ketiga anaknya memilih bungkam. Tak satu pun dari mereka membuka suara, apalagi mengajukan pertanyaan. Tanpa perlu dijelaskan, mereka tahu persis apa yang baru saja terjadi di dalam sana.

Sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Dimana keturunan Noewera tidak mendapatkan penjaga di usia 5 tahun. Meski itu anak perempuan istimewa Noewera sekalipun, mereka biasanya tetap mendapatkan penjaga di usia 5 tahun.

Gadis kecil itu berusaha sekuat tenaga menahan air matanya. Lilyana mendongak, menatap wajah keempat manusia yang berdiri di hadapannya. Tatapan mereka jatuh padanya—bukan tatapan iba, melainkan tatapan yang dipenuhi kasih sayang. Hangat. Menerima.

Dan pada akhirnya, air mata yang berusaha ia tahan itu jatuh juga. Lilyana mulai menangis.

Dia pasti akan dibenci, kan?

"Tidak apa-apa, Rie." Duke memeluk Lilyana. 

Itu adalah hal yang wajar dilakukan oleh seorang ayah—berusaha menghibur putrinya. Namun, bagi Lilyana, tindakan yang begitu sederhana itu justru terasa asing. Bukankah dia telah gagal? Lalu... kenapa tidak ada yang membencinya?

Rexave dan si kembar ikut memeluk Lilyana yang menangis dengan lebih kencang.

"Rie tetaplah seorang Noewera meski tanpa penjaga," Rexave berkata dengan sangat lembut.

"Kak Xave benar. Rie tetaplah Rie," Lorenzo menambahkan. Sedangkan Letisha hanya diam. Memeluk Lilyana dengan lebih erat. 

Lilyana kembali menangis.

Dan hatinya yang tertutup dengan sangat rapat itu...

Sedikit terbuka. Sedikit sekali. Tapi, cukup untuk membuat sebuah telur di pohon kehidupan menetas.

"Naga?" 

I'm A Transmigrating PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang