"Ah, sekarang saatnya ayah berkumpul dengan Kak Xave," kata Duke kaget.
Karena jadwal ketiga anak itu berbeda, mereka tidak bisa berkumpul bersama. Karena itulah sang Duke menemui mereka satu per satu, menyesuaikan waktu dengan jadwal istirahat masing-masing dari kelas mereka.
"Maaf, Rie. Tapi, ayah harus pergi," Duke terlihat sedih. Lilyana bisa menilai itu dari suaranya yang terdengar sendu.
"Tidak apa-apa," balas Lilyana santai.
Jika Duke pergi, dia bisa membaca buku lagi. Jadi, itu adalah hal yang bagus.
Duke mengusap rambut Lilyana sekali lagi, "Besok, ayah akan menemui Rie lagi,"
"Iya," jawab Lilyana singkat.
Duke berdiri. Melangkah pergi. Lilyana menatap punggung pria itu sebentar sebelum akhirnya kembali fokus pada bukunya.
Saat berusia 4 tahun, Claramel tiba-tiba mendekati keluarganya. Dan tentu saja mereka semua menjauh. Meski begitu, gadis kecil itu tetap mendekat.
Mencoba selama 1 tahun penuh, Claramel akhirnya berhasil mendapatkan hati keluarganya. Mereka semua menyukai Claramel. Berusaha untuk memberikan kasih sayang yang lebih melimpah sebagai ganti atas sikap dingin dan acuh mereka terhadap gadis itu.
Dan...
"Tangkap ini, bocah!"
Sebuah suara tertangkap oleh gendang telinga Lilyana. Membuat gadis itu mengalihkan perhatiannya dari buku. Lilyana menoleh. Menatap sekitar. Mencari sumber suara yang tak lain dan bukan adalah Putra Mahkota Kekaisaran Willouby. Lilyana memasang wajah datar.
Apa yang sedang dilakukan bocah itu? tanya Lilyana pada dirinya sendiri.
Gadis itu menatap Avelon yang sedang bermain dengan adik laki-lakinya. Ah, maksudnya mempermainkan.
"Ayo tangkap bolanya dan berikan padaku!"
Avelon berteriak sekali lagi sembari melempar sebuah bola plastik dengan kencang. Adiknya, Reverick menurut. Berlari dengan kedua kaki kecilnya menuju bola yang terlempar 20 meter jauhnya setelah menggelinding. Reverick mengambil bola itu. Lantas, kembali berlari menuju kakaknya yang sudah menunggu.
Bukankah ini terlihat seperti seorang pemilik anjing yang sedang mengajak bermain anjingnya?
Apa tidak ada yang membeli tahu putla mahkota itu untuk bersikap sopan?
Lilyana menggelengkan kepalanya. Gadis itu kembali fokus membaca buku.
Dan puncaknya... saat berusia lima tahun, Claramel tiba-tiba menda...
"Cepat ambil bolanya, bocah!" Avelon berteriak dengan ceria.
"Sebental, kakak!"
Lilyana menutup bukunya dengan kencang. Aduh! Kenapa dua bocah dari kekaisaran seberang itu selalu saja bermain di dekat Lilyana dan mengganggunya. Mansion ini kan luas sekali. Tidak bisakah mereka bermain di tempat lain saja?
Lilyana jadi tidak bisa fokus membaca buku.
"Ever! Apa yang kau lakukan?!" sebuah suara dari wanita memenuhi taman belakang mansion.
Membuat semua orang terkejut. Termasuk Lilyana yang berada cukup jauh dari tempat wanita itu berteriak. Hanya mendengar dari suara teriakannya, Lilyana sudah bisa menyimpulkan semarah apa wanita itu.
Avelon seketika mematung. Sementara Reverick masih mengambil bola yang sengaja dilempar oleh kakaknya. Dengan gembira memberikan bola itu ke kakaknya. Lalu, berdiri di hadapan sang kakak dengan ceria.
"Ayo lempar lagi bolanya, kakak," katanya polos.
Avelon menunjuk Sienna dengan matanya.
Sial! Bocah ini polos sekali. Tidakkah dia bisa melihat ibunya yang seperti akan membunuh keduanya itu? Maksudnya, membunuh Avelon.
Sienna berdiri di samping Avelon. Matanya memelotot.
"Bermain dengan adikku yang manis?" Avelon menarik Reverick ke pelukannya.
"Ibu! Aku dan kakak bermain lempar bola!" seru Reverick. Wajahnya yang polos menampilkan senyuman manis.
Sienna menghela napas. Menepuk pelan jidatnya. "Hah! Ibu benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan pada kalian,"
Lilyana menatap pemandangan itu dengan tenang. Rasanya aneh. Dia bisa merasakan apa yang ada dalam hati Sienna. Padahal dia adalah anak-anak. Bukan seorang ibu.
"Maaf, Yang Mulia," Avelon menundukkan kepalanya.
"Bermainlah dengan baik bersama adikmu, Ever. Lalu, Revi, hanya karena kau menyukai kakakmu, bukan berarti kau membiarkan kakakmu memperlakukanmu seenaknya," Sienna berkata dengan sangat tegas.
"Tapi aku hanya belmain dengan kakak," Reverick membalas dengan wajah bingung.
Sinna kembali menghela napas.
Lilyana tersenyum. Rasanya...
Dia juga ingin menjadi seorang ibu seperti Sienna. Lembut. Namun tegas.
Karena rasanya, Lilyana hanya menjadi ibu yang buruk dan dibenci oleh anak-anaknya.
Ah, darimana Lilyana mendapatkan perasaan ini?
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 34
Start from the beginning
