(57) Sebuah Surat?

8.2K 1K 1.6K
                                    

Apa kabar?

Kalian baca jam berapa dan dari daerah mana aja?

Jangan lupa vote dan komen ya!!

Selamat membaca!

---SelBral
🦋🦋🦋

"Ada apa, Jasmin? Mana orang jahatnya?" pria itu membuka pintunya dan mendapati wajah sang adik dengan rambut berantakan serta piyama yang kusut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada apa, Jasmin? Mana orang jahatnya?" pria itu membuka pintunya dan mendapati wajah sang adik dengan rambut berantakan serta piyama yang kusut. Gibral menarik napas kemudian membuangnya secara perlahan. Di belakang pria itu terdapat sang istri.

"Hah? Penjahat?" ujar Jasmin dengan kedua mata setengah terbuka.

Dan sekarang Gibral mengutuki Jasmin karena telah menganggu aktivitas dirinya dengan sang istri. Jasmin mengigau. Gadis itu tidur sambil berjalan. Menyebalkan sekali.

Pada akhirnya mereka berjalan menuju ruang makan untuk sarapan pagi. Di sana pelayan sudah menyiapkan banyak sekali makanan. Ada makanan Indonesia dan juga Jerman. Ada kudapan serta pencuci mulut.

Selat di gendong layaknya seorang pengantin oleh suaminya. Tatapan mereka bertemu dan Selat melingkarkan tangannya pada leher sang suami. Jarak wajah Gibraltar dengan wajah Selat tidak jauh. Bahkan perempuan itu dapat merasakan napas suaminya.

"Aku udah bisa mulai berjalan, hubby."

"Tapi kamu tetap harus aku gendong. Kalau kamu jatuh pas turun tangga, gimana?" jawaban yang membuat Selat tersenyum. Perempuan itu mendaratkan satu ciuman lembut di pipi Gibraltar membuat si empu membeku.

Tentu saja wajah merah Gibraltar kentara sekali. Pria itu ingin menyembunyikan senyuman namun sayangnya tidak bisa. Jadi ia memutuskan untuk menuruni tangga yang melingkar dengan cepat hingga membuat Selat mempererat pegangan pada temgkuk leher sang suami.

Saat sampai di lantai paling bawah--- Selat meminta suaminya untuk menurunkan dirinya supaya ia bisa berjalan. Dan Gibral mengiyakannya.

Perempuan itu berdiri secara perlahan dengan posisi masih menggenggam erat telapak tangan suaminya. Perjalanan menuju ruang makan cukup jauh di rumah yang besar ini apa bila berjalan secara perlahan.

"Menit demi menit, detik demi detik. Kita lalui bersama, mine." Selat menoleh ke samping. Perkataan yang keluar dari mulut Gibral memiliki makna yang dalam. Pria itu enggan menatap mata Selat karena malu. Jadi ia memilih untuk menatap kaki milik istrinya.

Perlahan. Langkah demi langkah mereka lalui bersama. Mom dan Jasmin pasti sudah berada di sana.

Beberapa pelayan tersenyum melihat kebersamaan yang terjadi diantara Selat dan Gibraltar. Benar-benar romantis.

Saya suka melihatnya seperti ini. Tuhan, bisakah waktu berhenti supaya saya dapat melihat senyuman nya abadi?. Pria berpikir demikian ketika menangkap senyuman yang terukir dari bibir istrinya.

Selat GibraltarWhere stories live. Discover now