(43) Pegunungan Ural

14.7K 1.7K 1.4K
                                    

Hallo gais, apa kabar?

Kangen SelBral?

Jangan lupa Vote dan Komen ya! Setiap paragraf juga boleh wkwkwk.

Jangan lupa Vote dan Komen ya! Setiap paragraf juga boleh wkwkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🦋🦋🦋
---SelBral

🦋🦋🦋---SelBral

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selatania PoV

Aku berada disebuah tempat yang indah. Burung-burung cantik beterbangan di angkasa lepas, tanpa takut ada yang menembak. Baju ku indah. Aku tidak tahu ini baju dari mana. Jilbab ku juga benar-benar sejuk. Tidak panas meskipun mentari terik. Aku nyaman di sini. Tidak akan ada orang yang menyakiti ku di sini.

Suara air terjun terdengar. Dentaman angin bertalu-talu. Langit biru di hiasi oleh awan cirrostratus yang indah. Ini seperti di surga, namun bukan surga. Hamparan bunga ada di depan mata ku. Indah sekali! Sungguh! Ya ampun.

Di sini seperti di pegunungan Ural tempatnya.

Suara alir mengalir menembus gendang telinga ku yang membuat pikiran menjadi tenang dan damai. Aku menyukai tempat ini.

Aku tidak tahu ini di mana, dan aku tidak tahu kenapa aku di sini. Kalau boleh singgah, mungkin aku memilih di sini karena otak tidak mencerna pertikaian.

Dari kejauhan aku melihat dua manusia. Mereka pasangan. Sebentar. Aku mendelikkan mata. Aku kenal dengan wajah itu. Wajah yang sudah lama tidak ku temui. 

Ayah dan ibu. Mereka meninggal beberapa tahun yang lalu, tapi kenapa bisa ada di sini? Aku sungguh merindukan nya. Mereka berdua tersenyum, berjalan ke arah ku, lalu membentangkan tangan. Aku menangis. Kristal itu keluar dari mata ku. Panas sekali.

Tentu saja langsung ku peluk mereka. Mengusap kepala ku lembut. Hangat. Pelukan yang hangat. Aku sudah lama tidak merasakan pelukan setulus ini. Rindu sekali rasanya. 

"Ayah ... ibu ... Selatania rindu ..." lirih ku dengan derai air mata yang tidak bisa di tahan. Dada ku turun naik. Ibu mengusap-usap kepala ku lembut. Sementara ayah hanya bisa tersenyum. Kami bertiga berpelukan.

Selat GibraltarWhere stories live. Discover now