(2) Tatapan Mata

17.3K 1.8K 550
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Hallo semua nya!

Apa kabar?

Selamat menikmati kisah-kasih dari
Selat Gibraltar.

Target komen 200 ya!

Selamat membaca!!

🦋🦋🦋
---SelBral

"Apa yang kau lakukan? SEMUA HANCUR!" bariton seorang pria menggelegar di seisi ruangan pribadinya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Apa yang kau lakukan? SEMUA HANCUR!" bariton seorang pria menggelegar di seisi ruangan pribadinya. Semua orang terdiam. Tidak tahu harus bagaimana. Mereka takut kalau sudah seperti ini.

Gibraltar marah besar. Ada seseorang yang sudah mengusik ketenangan dirinya. Entahlah apa inti permasalah nya. Yang jelas kedua manusia yang ada di hadapan Gibraltar membuat amarahnya berapi-api.

"Kenapa kalian tidak bisa melakukan tugas ini huh?! KALIAN SAYA PECAT!" wajah nya memerah. Urat leher pria itu terlihat.

Suara memohon menari-nari di telinga Gibraltar. Namun sayang nya hati pria itu terlalu dingin. Ia menendang keluar ruangan, dua manusia yang sudah melakukan kesalahan fatal.

Bukan menendang dengan kaki. Hanya perumpamaan saja.

"SIAL! Sial-sial-sial. Arrrggh!" Gibraltar membuang semua yang ada di meja nya. Ia menganguk.

Laptop pun jatuh dan pecah ketika berciuman dengan lantai marmer berwarna putih. Sang sekretaris menghela napas nya. Ini sudah biasa. Seharusnya tidak seperti ini.

"Tuan Gibraltar! Sudah!" ucap seorang pria, sambil mencoba menenangkan pria yang menatap nya dengan tatapan mematikan. Pratama tidak takut. Ia sudah biasa menghadapi Gibraltar seperti ini.

"Jangan formal Pratama! Kau sahabat ku, dan aku bukan tuan mu! Paham?! Ah sial-sial-sial!" Gibraltar memukul-mukul kepalanya sendiri, namun langsung di tahan oleh Pratama.

Pria terjatuh ke lantai. Ia terlalu lemas karena semua asset miliknya sudah berganti nama menjadi nama dady nya. Manusia berengsek yang pernah Gibraltar kenal.

"Bral! Udah! Kita selesaikan bersama. Jangan mengamuk begini!" Pratama menyentuh wajah Gibraltar, menatapnya lekat-lekat. Mereka kembali berdiri, bertatapan satu sama lain.

Kalau orang lain yang sudah diposisi Pratama— mungkin sudah menjerit atau gemetar. Tapi Pratama kenal baik pria di hadapan nya. Ia adalah seorang Gibraltar yang cuek, dingin, temperamen, dan menyebalkan. Sahabatnya dari jaman SMA.

"Harus dengan cara apa lagi, Pram?" tanya Gibraltar.

"Jangan menatap ku seperti itu. Aku tidak menyukai nya. Tatapan mu terlalu mematikan. Tutup mata mu, lalu hembuskan napas. Wajah mu masih merah, asal kau tau aja." Gibraltar menutup kedua bola matanya, lalu menarik napas panjang.

Selat GibraltarWo Geschichten leben. Entdecke jetzt