(17) Rumah?

20.1K 2.2K 1.3K
                                    

Hallo semua nya!

Apa kabar?

Target komen 1000, ya! Target vote nya 950! InsyaAllah bisa.

Selamat membaca!!

🦋🦋🦋
---SelBral

"Jadi, kamu ikut aku ke Jerman?" tanya Gibral dengan nada datar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi, kamu ikut aku ke Jerman?" tanya Gibral dengan nada datar.

Pria itu duduk di sofa, menatap lekat istrinya yang duduk di ujung kasur.

Mereka sudah sampai di rumah. Sepanjang perjalanan di mobil, hanya bisa diam, dan membicarakan hal-hal yang tidak penting. Itu pun jarang.

Selat tengah merapikan kerudung berwarna hitamnya. Hanya kerudung tipis yang nyaman dipakai saat tidur. Netra mereka saling bertabrakan satu sama lain.

"Untuk apa? Nanti aku menjadi beban di sana." Jawaban yang keluar dari mulut gadis itu membuat Gibral tersenyum smirk sembari menyentuh kening nya.

"Tidak akan. Aku engga mau sendirian di hotel nanti. Pram engga mau ikut." Pria itu menaikan kedua alis mata nya yang rapi.

Bola mata tidak berpaling dari wajah Selat. Gibral tidak begitu terobsesi dengan wajah gadis itu. Namun entahlah— adem saja kalau dipandang. Untungnya tak banyak pria yang memandangi wajah gadis itu.

Sebenarnya ada, tapi Selat selalu menunduk jikalau ada pria yang menatap nya dengan tatapan yang intens. Itu menakutkan bagi dirinya.

"Jadi aku hanya menemani mu di hotel?"

"Hm. Begitulah. Tapi nanti kalau mau menikmati Berlin, silakan." Selat berpikir sejenak mendengar penuturan suaminya itu.

Tawaran yang bagus sih. Namun Selat tidak begitu tahu Berlin. Ia juga tidak pernah ada niat ke sana.

Boro-boro niat keluar negeri, untuk bayar kost saja masih susah, dulu. Untungnya bisa bahasa Inggris— jadi Selat kalau keluar negeri masih bisa berbicara dengan orang asing. Walaupun beberapa orang Jerman tidak bisa berbahasa Inggris.

Sepertinya Jerman dan Inggris adalah dua negara yang bermusuhan di masa lalu. Huh ceritanya panjang sekali.

"Aku bingung. Bagaimana dengan mom? Jasmin?" tanya Selat. Gadis itu duduk bersila di atas kasur.

Ia tidak bosan memandang wajah suaminya itu. Benar-benar tampan. Ia tidak menyangka akan menikah dengan pria berdarah Jerman. Pemikiran untuk menikah saja awalnya tidak ada. Masih jauh bahkan.

Namun takdir membawanya sampai ke sini. Tuhan yang menentukan nya.

"Untuk apa mereka ikut? Mom sibuk dengan rumah ini. Ia berkebun di belakang. Kalau Jasmin punya tugas kuliah yang menumpuk. Hanya kamu yang menganggur."

Selat GibraltarWhere stories live. Discover now