Ini adalah bukan tentang kaya atau miskin. Namun ini adalah tentang bagaimana cara nya bertahan hidup tanpa dipenuhi rasa takut dan bagaimana caranya mempertahankan ikatan suci tanpa amaraloka yang dipenuhi rintangan.
Selat Gibraltar adalah dua insa...
Target komen 1,5K ya! Target vote nya 1K yaa! InsyaAllah bisa.
Selamat membaca!!
🦋🦋🦋 ---SelBral
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sepupu?!" Selat berteriak kencang. Lalu meminta maaf pada semua orang karena membuat kegaduhan.
Selatania, Rhaisya, Gibraltar, Pratama, dan Heldar duduk dalam satu meja yang sama. Menikmati coffe yang tadi di pesan.
Kini mereka sudah berpindah tempat ke café, dan di sana ada senior yang melihat mereka berdua. Untungnya baru datang. Jadi tidak bisa mendengar teriakan Selat.
"Jadi— gadis dengan kebaya cream dan cantik itu memang kamu? dan kamu memakai kebaya itu saat pernikahan kami berdua?" tanya Selat pada Rhaisya.
"Iya lah. Siapa lagi emang? Engga ada Rhaisya yang secantik ini di dunia lain." Balas Rhaisya dengan pede nya. Tidak apa-apa. Memang cantik, semua kenyataan. Tidak bisa ada yang mengelak fakta.
"Hubby, kau— kenapa tidak mengatakannya pada ku?" Selat menatap pria yang kini ada di hadapannya. Selat duduk di samping Rhaisya yang menganga.
Sepertinya gadis itu terkejut karena Selat memanggil Gibral dengan sebutan yang spesial.
Rhaisya hanya bisa berkedip-kedip mata nya ketika mendengar panggilan Selat untuk Gibral. Sementara pria yang lain? Hanya diam saja namun tersenyum. Tidak selebay Rhaisya.
"Kamu engga menanyakan nya." Jawab Gibral singkat jelas padat, dengan nada datar. Wajah datar. Alis tegas serta mata tajam. Pria itu meletakan kedua tangan nya di dada.
Dua pria lainnya sama saja. Mereka jutek. Namun tenang— Pratama orang yang humble. Tidak terlalu dingin, namun bisa menjadi dingin sekali jika dekat dengan wanita asing. Tapi tidak dingin pada Selat.
"Oh ya, Bral— Selat selalu di bull— AWWHH!" Rhaisya melempar tatapan mematikan pada Selat, karena gadis berhijab itu menginjak kakinya.
Selat tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Kening Rhaisya berkerut. Harusnya ini diberitahukan kepada Gibraltar. Pasti pria itu akan mengambil tindakan.
"Apa?" tanya Gibral dingin.
"Tak ada." Rhaisya menggeleng sambil menghela napasnya. Gadis itu memang jutek. Perkataan nya juga tidak disaring. Jadi kalau berbicara dengan Rhaisya— harus kuat mental saja. Rhaisya masih sedikit jutek pada Selat. Namun itu tak apa. Gadis itu membutuhkan waktu untuk dekat dengan Selat.