(48) Mereka, Selat Gibraltar

13.4K 1.6K 1.5K
                                    

Well. Akan aku buat kalian terbang.

Selamat membaca!

"Maksud mu apa? Apa hubungan nya dengan saya?" Teodorico menatap Pratama lekat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maksud mu apa? Apa hubungan nya dengan saya?" Teodorico menatap Pratama lekat. 

Sahabat dari Gibraltar sudah menuduh Teodorico mentah-mentah. Namun pria berumur lima puluh tahun ke atas tetap tenang menghadapi pemuda yang ada di hadapan nya sekarang. "Tenangkan dirimu, Pratama." Tambahnya sambil menunjuk ke arah sofa.

Ia menarik napas. Pratama berjalan ke arah sofa diikuti Revanza. Teodorico juga melakukan hal yang sama. Mereka duduk berhadapan. Teodorico duduk di sofa kecil yang di depan nya terdapat sofa besar--- Tempat di mana Pratama dan Revanza mendudukan bokong mereka. 

Mereka bertiga saling pandang satu sama lain. 

Kedua cowok asia menatap pria bule yang ada di hadapan nya penuh selidik.

Semua orang pasti juga akan curiga.

"Kenapa tuan tidak tahu ini semua?" tanya Revanza semakin membuat Teodorico bingung. Ia terkejut karena kedatangan mereka berdua langsung membahas mobil mewah dengan plat yang berasal dari Jerman. 

Yeah ... siapa lagi manusia dari Jerman yang tidak disukai oleh Gibraltar? Daddy nya sendiri.

Mennarik napas,"hfftt."

 Teodorico berusaha mentralkan pikiran nya. Berusaha memahami keadaan sekarang. Ia meminta Pratama menceritakan semua nya dari awal hingga ke akhir. Mau tidak mau Pratama lakukan. Semoga saja mendapatkan bukti yang jelas dengan ini semua. 

Teodorico mendengarkan dengan seksama. Setiap kata dia ingat dalam pelafalan aksen British yang bagus. Pratama memiliki aksen British. Pria itu pernah singgah di tempat di mana ratu Elizabeth II pernah berkuasa. Walaupun tidak lama— tapi tetap saja pernah singgah. Sudah lama sekali.

Teodorico geming. Tidak tahu mau mengatakan apa. Pasal mobil ia tidak mengetahui apapun. Kalau benar-benar di desak— Teodorico bisa saja bersumpah demi Tuhan. Tapi sayang nya pria itu tidak percaya Tuhan manapun. 

Hidup nya terombang-ambing tanpa arah. Percuma saja memiliki uang yang benar-benar banyak namun tidak tentram.

Yeah ... memang menyenangkan bisa bebas. Tidur dengan berbagai macam wanita, lalu membayar nya di pagi hari. Tidak lupa dengan rokok dan minuman keras yang selalu tersedia di atas meja nya. Itulah Teodorico. Kehidupan Teodorico lebih kacau saat setelah bercerai dengan istri Muslimah nya.

Walaupun sempat mengucap syahadat— tetap saja ragu dengan ada nya Tuhan. Entahlah bagaimana meyakinkan pria seperti ini. Awalnya ia menikahi Wangsa karena cinta. Makan nya rela melakukan apapun. 

Namun cinta pada manusia tidak menjamin keabadian. Tapi kalau jatuh cintanya karena Allah— insyaAllah semua akan baik-baik saja.

"Mobil itu— bukan milik saya. Sudah saya lelang beberapa bulan yang lalu. Namun yang beli ... entahlah. Saya tak mengenal nya. Kata nya mereka memiliki rencana dengan mobil ini. Saya tak peduli. Hanya uang yang banyak yang ada di otak. Selebihnya masa bodo." Panjang lebar. Pratama menghela napas nya. Salah sasaran. Jadi mobil itu sudah terjual.

Selat GibraltarWhere stories live. Discover now