(29) Kecupan Manis

22.8K 2.3K 1.5K
                                    

Hallo semua nya!

How was ur day?

Kangen SelBral?

Kalian baca ini jam berapa?

Kalian baca ini hari apa?

Target komen 1,5K ya! Target vote nya 1,1K yaa! InsyaAllah bisa.

Selamat membaca!!

🦋🦋🦋
---SelBral

🦋🦋🦋---SelBral

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hujan. Jalanan basah. Langit Berlin berwarna kelabu, robek. Mengeluarkan Kristal-kristal dari atas sana.

Lumayan deras sih. Berangin pula. Selat menatap ke luar jendela. Secangkir coffe susu ada di tangannya. Gadis itu tidak memakai hijab. Hanya baju panjang saja. Rambutnya diurai.

Gibral berkutat pada meja kerja. Matanya serius. Suara jari yang berdentaman di iringi air hujan yang tidak terlalu terdengar jelas karena semua jendela tertutup. Kamar kedap suara. Jadi mau melakukan apapun bebas.

"Hubby. Ini udah terlalu lama. Kamu mau berapa hari di sini? Bagaimana pekerjaan ku?" Selat membalikan tubuh— mendapati sang suami yang kemudian menatapnya. Pria itu hanya mengangguk. Tanpa jawaban. Dasar pria dingin. "Hubby!"

"Hm?" Gibral menatap Selat lagi dan lagi. Namun alis nya terangkat kali ini. "Sebentar lagi kita akan kembali ke Indonesia. Mom kan tadi juga udah nanyain di telepon."

"Kamu tau?" tanya Selat.

Ia pikir Gibral tidak mendengarnya. Tadi Selat melakukan panggilan video melalui ponselnya. Gibral terdiam. Mengalihkan pandangannya pada laptop. Jemari lentik itu melai bergerilya lagi dan lagi.

"Suara nya kan besar. Aku nggak budeg. Lain kali pakai toa sekalian," balasan yang membuat Selat tertawa terbahak-bahak. Suaminya benar-benar lucu! Sekalinya ngelawak seperti ini.

Sedikit aneh seorang Gibraltar Umbriel Thompson melawak. Mungkin orang lain akan terkejut-kejut. Atau menjadi awkward.

Selat kembali menatap hujan. Ia menyeret kursi, supaya bisa duduk di depan kaca. Menikmati hidup. Fernsehturm Berlin terlihat dari sini, walaupun sedikit berkabut. Itu adalah sebuah menara Televisi.

Selat belum mengunjunginya. Padahal itu adalah salah satu ikon di Jerman. Nanti mungkin akan berkunjung ke sana.

"Hubby. Menara itu— indah sekali." Gumam Selat. Random sekali gadis itu.

Gibral yang terfokus pada laptop, malah menatap sang istri yang tengah menikmati hujan.

Pria itu tersenyum tipis.

Selat GibraltarWhere stories live. Discover now