(45) Kembali pulang

16K 1.6K 1.3K
                                    

Hallo!!

Apa Kabar?

Baca jam berapa?

Boleh kok KOMEN SETIAP PARAGRAF.

Ini sudah satu minggu lebih— setelah sadar, Selat di rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ini sudah satu minggu lebih— setelah sadar, Selat di rumah sakit. Saat nya pulang. Keadaan gadis itu kian membaik. Ia akan menjalani perawatan di rumah. Ke rumah sakit hanya kontrol ataupun terapi saja. 

Gibral selalu di sisi sang istri. Benar-benar setia. Bahkan pria itu rela merubah ulang jadwal yang sudah disusun oleh nya dari jauh-jauh hari. Mengurangi beberapa jadwal supaya bisa menghabiskan waktu di rumah sakit lebih lama.

"Bissmillah!" Gibral mengangkat sang istri dari kasur membuat gadis itu mengalungkan kedua tangannya pada leher Gibral. Berpegang erat sekuat mungkin. 

Heldar merapikan kursi roda. Lalu Selatania diletakan pada kursi roda itu. Devia sang dokter memberikan beberapa resep obat. Lalu Devia bercakap sebentar dengan Selat. Hanya sebentar saja.

"Nona Selat— jangan telat minum obat ya! Jangan bosen terapi nya. Pasti akan sembuh. Nona juga sudah sedikit ada perkembangan." Kata Devia, pada Selat. 

Dokter Devia benar-benar berwibawa sekali di sini.

"Terima kasih ya, dokter Devia." Kata Selat. Gibral hanya menganggukkan kepalanya saja. Tanda terima kasih. Namun pria itu sama sekali tidak menatap wajah Devia. Gibraltar mendorong kursi roda istrinya. Sementara Heldar ada di belakang pria itu. Mengawasi. 

Heldar terharu. Seorang Gibraltar mau mengurusi gadis itu.

"Hubby ... kamu engga malu aku begini? Maksud ku ..."

"Jangan ngomong aneh-aneh. Apapun yang terjadi— kamu tetap istri aku!" tegas Gibral. Sepanjang koridor beberapa orang menatap kedua nya. Selat hanya bisa menundukan kepala. Ia malu menjadi pusat perhatian umum. Ia tidak biasa seperti ini. Tapi kalau Gibral santai saja. Pria itu tidak terlalu memikirkan keadaan sekitar.

Derap langkah Gibral sudah sampai di depan lift. Pria itu memencet tombol turun ke bawah. Masuk ke sana, dengan Selat dan Heldar. Menekan tombol lantai dasar. Pintu lift tertutup. Dentingan juga terdengar. 

Lift membawa mereka bertiga menuju lantai dasar. Lift terbuat dari kaca. Jadi bisa melihat keluar. Hanya pintu nya saja terbuat dari logam, atau apapun itu. Warna nya abu-abu.

Dentingan terdengar. Dua buah pintu bergeser ke lajur nya masing-masing. Beberapa orang langsung menatap ke arah keduanya. Gibral tidak peduli. Sementara Selat masih saja menunduk. Ada yang memotret secara diam-diam. Diluaran sana ada banyak manusia dengan kamera di lehernya. Menyebalkan. Bagaimana mereka tahu kalau ini adalah jadwal pulang nya Selat. Dasar manusia pencari gossip.

"Lewat belakang tuan. Langsung mengarah ke parkiran." Kata seorang satpam yang tiba-tiba menghampri tiga orang yang hendak keluar. Untung saja satpam itu peka. Heldar berjalan di samping satpam. Mengobrol beberapa kata. Lebih tepatnya mencari info. Aktivitas rumah sakit menjadi terganggu karena ada banyak wartawan gossip hangat di depan. Menyebalkan. Sungguh! Mereka tidak tahu tempat dan privasi.

Selat GibraltarWhere stories live. Discover now