39 - PERINGATAN

5.4K 814 175
                                    

Hari ini Acha berencana mengajak Iqbal bertemu. Acha ingin memberikan peringatan terakhirnya kepada cowok itu agar tidak bersikap kelewatan seperti kemarin. Acha tidak ingin kejadian berlebihan itu terulang kembali.

Acha sudah menelfon Iqbal terlebih dahulu pagi tadi, meminta bertemu sepulang mereka kerja. Untungnya, Iqbal langsung mengiyakan. Karena Acha yang mengajak bertemu duluan, Acha pun berinisiatif untuk bertemu di dekat universitas tempat Iqbal mengejar. Sekalian, Acha juga ingin mampir ke perpustakaan sebentar, mengembalikan buku yang sempat ia pinjam bulan lalu dan sudah telat pengembalian.

Acha melihat jam tangannya, masih ada waktu satu jam lagi sebelum waktu janjiannya dengan Iqbal. Acha memang sengaja datang lebih awal.

Acha keluar dari perpustakaan kampusnya setelah mengembalikan buku, pandangannya mengedar kesekitar lorong yang cukup sepi, mengingat jam segini masih jam kuliah para mahasiswa.

"Iqbal pasti masih ngajar," lirih Acha menebak.

Acha berdeham pelan, berpikir untuk kemana selagi menunggu Iqbal. Tiba-tiba terbesit ide di kepala Acha.

"Apa Acha lihat Iqbal lagi ngajar aja?" Entah mengapa Acha tiba-tiba penasaran bagaimana sosok Iqbal ketika sedang mengajar. Bahkan sampai detik ini pun, Acha masih tak percaya Iqbal menjadi dosen di kampusnya.

Acha menghela napas panjang, meyakini keputusannya.

"Oke, mari kita lihat seorang Iqbal sang kulkas dingin mengajar!"

****

Tak sulit bagi Acha untuk menemukan kelas tempat Iqbal mengajar. Acha tinggal tanya ke part time jurusan Astronomi dan langsung mendapatkan jawaban dengan cepat.

"Makasih Kak Informasinya."

Acha berjalan perlahan menuju ke ruangan kelas Iqbal. Ketika langkah Acha semakin dekat, samar-samar ia mulai bisa mendengar suara Iqbal dari luar kelas.

Langkah Acha berhenti tepat di samping kelas Iqbal. Acha tak berniat untuk masuk. Dari jendela luar kelas, Acha bisa melihat jelas sosok Iqbal tengah menjelaskan materi di depan kelas.

Sungguh, Acha tidak bohong aura tampan seorang Iqbal bertambah kali lipat saat ini. Raut wajah seriusnya sama sekali tak menutup paras tampannya, memperlihatkan lebih jelas sosok jeniusnya bahkan membuat Iqbal terlihat lebih... Sexy, mungkin.

Ck! Acha berdecak pelan, menyadarkan isi kepalanya yang membayangkan yang tidak-tidak.

Jujur baru pertama kali ini Acha melihat Iqbal mengajar dan Acha tidak bisa menutupi decakan kagumnya sekaligus rasa takjubnya. Nyatanya, Iqbal yang dilihatnya sekarang sangat berbeda dengan Iqbal yang dikenalnya enam tahun yang lalu dan sangat berbeda pula dengan Iqbal yang menyebalkan beberapa hari ini.

"Kelas kita akhiri, jika ada yang ingin ditanyakan bisa kalian kirim ke email saya."

Acha dengan cepat memundurkan langkahnya, tak ingin ketahuan. Meskipun pandangannya masih tak lepas dari jendela dan masih bisa melihat Iqbal dari kejauhan.

"Pak Iqbal kalau mau ajak diskusi boleh nggak? Sekalian kita mau traktir makan juga kalau boleh."

Acha melebarkan matanya, cukup kaget mendengar permintaan seorang mahasiswi yang cukup berani. Acha geleng-geleng, anak jaman sekarang nyalinya memang tidak main-main.

Kini Acha penasaran dengan reaksi Iqbal membuatnya tanpa sadar kembali mendekat agar bisa mendengar lebih jelas respon Iqbal.

"Sekali lagi saya tekankan, di kelas saya dilarang melewati batas dan menggangu privasi saya. Terima kasih."

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now