11 - JAWABAN JUJUR

9.2K 1K 185
                                    


Acha menatap segelas kopi di atas meja belajarnya dengan tatapan kosong. Acha masih berusaha mencerna kejadian di rumah sakit satu jam yang lalu.

"Kenapa Acha harus minta kopi Iqbal?" Acha merutuki tindakan spontannya.

Acha menghela napas panjang.

"Iqbal juga kenapa mau aja kasih satu kopinya ke Acha?" Kini Acha beralih memprotes tindakan Iqbal.

Sejam yang lalu Acha melihat Iqbal membeli tiga kopi sekaligus di cafetaria rumah sakit. Acha dengan beraninya meminta satu kopi milik Iqbal dengan niat hanya ingin mencegah Iqbal agar tidak terlalu banyak minum kopi. Dan Iqbal menuruti permintaan Acha dengan cukup mudah. Lagi-lagi sikap Iqbal seperti itu masih terasa asing bagi Acha.

Namun yang lebih mengejutkan bagi Acha, Iqbal masih ingat jika dirinya pernah tidak suka dengan kopi.

Acha sendiri sejak kecil hingga sekolah menengah atas tidak pernah suka minum kopi. Namun saat memasuki dunia perkuliahan Acha pelan-pelan mulai menyukainya karena ia sering harus lembur nugas bahkan jarang tidur karena belajar untuk ujian pre-test, prakitkum maupun ujian akhir semesternya. Kopi cukup membantu Acha terjaga.

"Berhenti bersikap sok peduli Natasha!"

Acha menepuk pelan pipi kanannya, berusaha untuk menyadarkan dirinya agar tidak membangun perasaan apapun lagi kepada Iqbal maupun siapapun. Acha harus kembali mengingat tujuannya untuk fokus menyelesaikan pendidikan kedokterannya.

Acha lagi-lagi menghela napas lebih panjang, kepalanya tertinduk.

"Tapi gimana Acha bisa nggak peduli sama teman Acha sendiri."

Acha teringat raut wajah takut dan khawatir Iqbal saat menunggu operasi Papanya, membuat Acha tidak tega dan kasihan. Karena itu, Acha menghampiri Iqbal berniat ingin memeriksa keadaan Iqbal.

Acha mengambil gelas kopi di depannya dan meminumnya.

"Gila pahit banget!"

Acha memekik hebat, ia langsung menaruh kembali gelas kopi tersebut dan berganti mengambil botol air putih. Acha meneguk habis minumannya untuk menghilangkan rasa pahit di mulutnya.

Acha menatap gelas kopi dengan raut getir. Ia yakin kopi tersebut tidak menggunakan gula dan ada tambahan dua atau tiga shot espresso.

"Iqbal bisa-bisanya minum kopi ini! Tigas gelas lagi!"

****

Iqbal melepaskan baju khusus yang dikenakan untuk masuk ke ruang ICU. Iqbal akhirnya bisa bernapas lebih lega karena operasi Papanya lancar dan kondisinya mulai membaik meskipun masih harus dilakukan perawatan intensif.

"Lo udah makan?" tanya Ify, kakak Iqbal. Ify baru datang satu jam yang lalu, ia langsung terbang dari Istanbul semalam setelah mendengar kondisi Papanya.

Iqbal menggeleng lemah.

"Lo pulang dulu Bal. Makan dan ganti baju. Lo pasti belum sempat mandi juga," suruh Ify.

"Gue di sini aja Kak."

"Lo di sini juga nggak bakalan bisa nungguin Papa. Gue akan kabari kalau Papa sudah bangun," paksa Ify.

Iqbal akhirnya mengangguk, menuruti kakaknya. Ia juga butuh untuk mandi.

"Gue balik bentar."

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAOnde histórias criam vida. Descubra agora