33 - LAKUIN

6.7K 954 200
                                    


"Sekarang, gue yang akan ngejar lo Natasha."

Acha seketika mematung, lagi-lagi Acha harus menajamkan pikiran serta pendengarannya. Entah sudah keberapa kalinya, Iqbal berhasil membuat Acha terkejut.

"Gue akan ngejar lo seperti yang lo lakuin enam tahun lalu. Gue yang akan berusaha buat lo suka lagi sama gue dan gue akan berusaha buat lo nerima kehadiran gue lagi."

Acha bisa melihat kesungguhan itu. Kedua mata Iqbal menyorot begitu hangat hingga membuat kedua mata Acha kembali berkaca-kaca. Sungguh, hati Acha benar-benar lemah karena seorang Iqbal!

Acha tidak bisa mengelak jika Iqbal selalu berhasil membuat perasaannya naik turun. Bisa membuatnya marah dalam sekejap dan bisa membuatnya gugup dalam sekejap.

"Lo mau kasih kesempatan buat gue berusaha dapatin hati lo, Cha?"

Acha mencengkram lebih erat kedua tangannya dan berusaha menguatkan lagi hatinya agar tidak goyah.

"Iqbal sanggup ngejar Acha seperti yang Acha lakuin enam tahun yang lalu?" sinis Acha, meremehkan.

"Gue akan berusaha."

"Acha akan terus tolak Iqbal seperti yang Iqbal lakuin ke Acha enam tahun yang lalu!" ancam Acha.

"Lakuin."

"Acha akan bersikap kejam ke Iqbal bahkan lebih parah dari Iqbal."

"Gue akan terima."

"Acha juga nggak akan mudah buka hati Acha lagi buat Iqbal."

"Gue akan terus berusaha."

"Acha akan pastikan Iqbal harus berjuang sangat lama buat Acha suka lagi sama Iqbal."

"Oke, gue nggak akan nyerah."

Entah mengapa bukannya senang, Acha malah kesal karena Iqbal menanggapi ancamannya dengan mudah. Seolah cowok itu meremehkan semua perkataannya. Padahal, enam tahun yang lalu sangat sulit bagi Acha melakukan semua itu.

"Jadi, lo mau kasih kesempatan itu?" tanya Iqbal sekali lagi.

Acha memberikan sorot mata yang lebih tajam dengan segala keberaniannya.

"Acha akan buat Iqbal menyerah!"

Setelah memberikan jawaban mematikannya, Acha langsung masuk ke dalam rumahnya dengan segala emosi yang masih meluap-luap di kepalanya.

Sementara Iqbal masih berdiri di tempat. Napasnya menghela napas panjang, rasa bersalah sekaligus lega hadir secara bersamaan.

Iqbal merasa bersalah karena sudah membuat Acha menangis dan Iqbal merasa lega karena sudah mengungkap semua perasaanya ke Acha dan berusaha membuat Acha percaya dengan kesungguhannya.

Iqbal menatap ke depan, lebih tepatnya ke jendela kamar Acha. Iqbal bisa melihat gadis itu menutup gorden jendelanya dengan kesal dan mematikan lampu kamarnya.

Senyum di wajah Iqbal mengembang kecil. Jujur, Iqbal lebih suka melihat Acha marah kepadanya dibandingkan membuat gadis itu menangis.

Semua pengakuan Iqbal tidak main-main. Iqbal sunguh-sungguh dengan jawaban yang ia berikan ke Acha.

"Gue nggak akan menyerah, Cha."

*****

Acha tidak bisa berhenti mengoceh, sejak ia masuk ke dalam kamar Acha terus mengomel sendiri ditemani dua boneka sapi kesayangannya. Acha meluapkan semua rasa kesalnya sepuas mungkin.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now