32 - MEYAKINKAN

6.6K 1K 198
                                    

Acha terdiam cukup lama, ia masih berusaha mencerna setiap kata yang baru saja keluar dari bibir seorang Iqbal. Acha takut jika dirinya salah mendengar.

"Acha."

Acha seketika tersadarkan, napasnya langsung menghembus panjang. Sungguh, Acha benar-benar bingung harus merepospon apa saat ini. Tentu saja Acha terkejut bukan main sekaligus tidak menyangka akan hal ini.

"Bentar Iqbal." Acha berusaha menata hati dan pikirannya sejenak.

"Take your time," balas Iqbal dengan tenang. Iqbal sendiri sadar, pertanyaannya barusan pasti membuat Acha sangat bingung dan kaget.

Butuh waktu dua menit bagi Acha untuk memulilhkan semua kesadarannya. Acha berusaha mengumpulkan semua keberaniannya lagi. Kemudian, Acha menoleh ke Iqbal, menatap cowok itu yang masih setia memperhatikannya dan menunggunya.

"Iqbal suka sama Acha?" tanya Acha. Ia hanya ingin memastikan sekali lagi.

"Iya."

"Sejak kapan?" Dari segala sikap Iqbal yang ditunjukkan ke Acha hanya sikap ini yang tidak pernah Acha sangka. Sejak pertemuan pertama mereka setelah enam tahun hingga sebelum Iqbal mengungkapkan rasa sukanya detik ini, Acha selalu mengira jika sikap Iqbal kepadanya karena cowok itu membencinya atau pun tidak nyaman kepadanya.

Acha sama sekali tak pernah berpikir jika Iqbal memiliki rasa suka kepadanya. Mungkin karena Acha tidak pernah mau berharap lagi sejak enam tahun yang lalu.

"Sejak lama," jawab Iqbal sengaja tidak memperjelas tepat kapan dia telah memiliki rasa itu.

Acha kembali menghela napas, lebih panjang. Kepalanya pun terasa lebih berat, seolah kapasitasnya mulai penuh dan tak bisa diajak berpikir jernih.

"Iqbal nggak lagi bercanda, kan?" Kali ini bukan memastikan, melainkan Acha masih tidak bisa memepercayainya. Rasa bingungnya perlahan berubah menjadi rasa takut.

"Apa gue kelihatan lagi bercanda?"

Ya, Acha harus mengakui sejak kedua matanya bertatap dengan Iqbal, Acha tak menemukan gurauan sedikit pun. Sorot mata Iqbal begitu dalam dan penuh kejujuran.

"Gue serius, Cha," tambah Iqbal berusaha meyakinkan Acha.

Acha masih tidak tahu harus membalas bagaimana. Pikirannya semakin buntu. Sementara Iqbal masih sabar menunggu jawaban Acha.

Acha perlahan mengalihkan pandangnya ke depan, berharap pikirannya bisa lebih jernih jika tidak menatap Iqbal langsung. Namun, strategi itu pun tetap saja tak bekerja. Kepalanya masih terasa berat bahkan lebih berat dari tadi.

"Maaf Iqbal. Acha harus pulang."

Kabur! Jalan satu-satunya yang terlintas di kepala Acha saat ini. Tanpa menunggu balasan dari Iqbal, Acha segera berdiri dan mengambil tas beserta ponslenya. Acha berjalan cepat keluar dari restoran tersebut, meninggalkan Iqbal yang menatap kepergiannya dengan kosong.

****

Amanda mengerutkan kening melihat hanya ada Iqbal di meja mereka. Amanda mengedarkan pandangnya, mencari keberadaan Acha yang tidak ada dimanapun. Amanda juga tidak menemukan tas Acha.

"Acha kemana Bal?" tanya Amanda.

"Pulang," jawab Iqbal seadanya.

"Acha pulang? Kapan?" Rian yang juga baru kembali langsung ikut bertanya.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now