14 - JENDELA MASA LALU

8.6K 1K 157
                                    


"Bal, lo keberatan nggak kalau Acha bareng sama lo?"

Dalam waktu kurang dari satu detik, semua pandangan yang awalnya tertuju ke Rian langsung beralih ke Iqbal.

"Nggak," jawab Iqbal dengan tenang.

Senyum Rian langsung mengembang mendengar jawaban Iqbal.

"Iqbal nggak keberatan Cha. Bareng aja," suruh Rian tak mau menyerah.

Acha tersenyum dengan canggung.

"Acha berangkat ke rumah sakit sendiri aja ya Rian," ucap Acha, kali ini kalimatnya lebih ia tekan, memberikan penegasan ke Rian.

Rian pun akhirnya memilih menyerah, tak berani memaksa Acha lagi. Ia tak ingin membuat gadis itu merasa tidak nyaman.

"Gimana menu-menu makanan dan minuman di cafe Mama gue? Enak, kan?" Amanda mencoba mencairkan suasana.

"Enak Amanda, Acha suka banget," jawab Acha, lega dengan pengalihan pertanyaan Amanda.

Mereka semua kembali fokus makan, beberapa kalia Glen mencoba untuk membuat mencairkan suasana kembali.

Sementara Iqbal tetap bersikap tenang dan tak mempermasalahkan ketika mendengar Acha menolak tawaran Rian. Iqbal mengerti, Acha pasti merasa canggung jika hanya berdua di dalam mobil dengan dirinya.

****

Acara pembukaan makan-makan cafe Mama Amanda akhirnya selesai. Acha, Iqbal dan Glen pamit pulang duluan. Sementara Rian memilih membantu Amanda untuk melengkapi keperluan yang kurang di dalam cafe.

Amanda dan Rian mengantarkan Acha, Iqbal dan Glen hingga depan parkiran cafe. Udara sore terasa lebih dingin, ditambah langit juga berubah mendung. Padahal tadi siang, matahari masih terik dan cukup panas.

"Cha beneran lo nggak mau bareng sama Iqbal aja? Kayaknya mau hujan habis ini." Rian menawari untuk terakhir kalinya, bukan bermaksud memaksa atau apapun. Rian hanya tidak tega jika Acha kehujanan di jalan.

Acha menggeleng kecil.

"Acha beneran bisa berangkat sendiri. Nggak mau ngerepotin Rian," jawab Acha masih berusaha menolak dengan halus.

Mendengar jawaban Acha membuat Glen inisiatif menepuk pelan bahu Iqbal.

"Lo ngerasa direpotin nggak Bal?"

Belum sempat Iqbal membuka suara untuk menjawab, seorang cowok tiba-tiba datang dan berjalan mendekati Acha.

"Cha, sudah selesai acaranya?"

Semua mata langsung tertuju ke cowok tersebut yang tak lain adalah Atlas. Acha terkejut melihat Atlas yang sekarang ada di hadapannya. Namun yang lebih dibuat terkejut adalah teman-teman Acha khususnya Amanda, Rian dan Glen.

Sedangkan Iqbal sendiri tidak sebegitu kaget, ia sudah pernah melihat Acha berdua dengan cowok tersebut.

"Kak Atlas masih di sini?" tanya Acha bingung.

"Gue nungguin lo," jawab Atlas dengan senyum mengembang kecil.

Acha menghela napas pelan, ia sama sekali tak menyangka Atlas sampai bersikap seperti itu. Tentu saja Acha tersentuh dengan sikap baik Atlas.

"Ayo gue antar ke rumah sakit," lanjut Atlas.

Acha tidak ada pilihan lain selain menerima ajakan Atlas. Acha tidak tega untuk menolaknya apalagi melihat perjuangan Atlas yang menunggunya sejak tadi.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now