1 - SUARA LONCENG

12.5K 1.1K 87
                                    


Suara lonceng di pintu cafe terdengar masih sama, butuh waktu enam tahun bagi seorang Iqbal untuk menginjakan kakinya lagi di cafe ini. Sebuah cafe yang sering ia datangi ketika masih SMA dulu.

Iqbal mengedarkan pandangnya, tidak banyak yang berubah dengan cafe ini. Interior, pegawai bahkan sorotan mata orang-orang yang selalu memperhatikannya ketika ia memasuki cafe ini, benar-benar sama.

"Iqbal!"

Iqbal menoleh ke sumber suara, ia melihat jelas dua orang yang lama tak ia jumpai. Mungkin terakhir Iqbal bertemu dua orang itu saat musim dingin akhir tahun lalu, ketika dua orang itu mengunjunginya ke Inggris.

Iqbal segera berjalan mendekati dua orang tersebut tak lain dan tak bukan sahabatnya sejak kecil. Rian dan Glen.

*****

Setelah lulus dari SMA Arwana, Iqbal memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Tepatnya di Universitas Cambridge. Iqbal mengejar impiannya sejak dulu masuk aerospace engineering. Iqbal berhasil lulus hanya dalam waktu tiga tahun. Setelah itu, Iqbal langsung melanjutkan magisternya di sana dan menjadi lulusan tercepat. Sebelum umur dua puluh empat tahun Iqbal sudah mendapat gelar magisternya.

Kini ketika umurnya sudah genap dua puluh empat tahun, Iqbal berhasil bekerja di Badan Antariksa Eropa (ESA). Tentu saja tidak mudah bagi Iqbal bisa bekerja di sana, melalui seleksi dan interview yang cukup sulit, Iqbal berhasil menjadi bagian dari ESA. Iqbal ditempatkan di kantor pusat penelitian ESA yang berada di Inggris.

Namun belum genap satu tahun Iqbal bekerja, ia terpaksa mengundurkan diri setelah mendengar kabar Papanya masuk ke rumah sakit dan harus menjalani operasi jantung.

Iqbal memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk menjaga Papanya. Keputusan yang berat baginya, namun Iqbal pertaruhkan semuanya demi sang Papa.

******

"Hormat kepada Bapak Insinyur gerak!" seru Glen menyambut kedatangan Iqbal.

"Duduk," tajam Iqbal.

"Siap duduk gerak!" Glen langsung kembali duduk, menuruti Iqbal secepat kilat.

Iqbal berdecak pelan, tak kaget melihat tingkah Glen yang sama sekali tak berubah dari dulu. Tanpa mempedulikan Glen lagi, Iqbal segera duduk di kursi kosong yang ada di sebrang Glen dan Rian.

"Lemon tea, less ice, kan?" ucap Glen menyodorkan minuman kesukaan Iqbal sejak dulu.

Iqbal menerima minumannya.

"Thanks."

Rian memperhatikan Iqbal, ia bisa melihat wajah lelah sahabatnya.

"Kapan sampai Indonesia?" tanya Rian membuka topik.

"Two days ago," jawab Iqbal seadanya.

"Langsung ke rumah sakit?" tebak Rian lagi. Baik dirinya dan Glen sudah mendengar kabar keadaan Papa Iqbal dan sudah sempat menjenguk beberapa hari yang lalu di rumah sakit.

"Iya."

"Gimana keadaan Om Bov sekarang, Bal?" sambung Glen.

"Masih lemah, nunggu jadwal operasi."

"Kapan operasinya?"

"Sepertinya tiga hari lagi."

Rian dan Glen mengangguk-angguk kecil, mereka berdua merasa kasihan dengan Pak Bov namun sekaligus ada rasa sedikit senang karena akhirnya bisa bertemu lagi dengan Iqbal.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang