8 - OBROLAN KLISE

9.4K 1K 85
                                    


"Sampai kapan lo berdiri di tengah pintu, Cha?"

Acha sedikit terkejut mendengar pertanyaan tak terduga dari Iqbal. Senyum Acha mengembang canggung.

"Iqbal ngapain di sini?" tanya Acha hati-hati, ia masih bergeming di tempat.

"Duduk," jawab Iqbal singkat dan terlalu jelas.

Acha mendecak pelan, ternyata sifat menyebalkan cowok itu tidak pernah hilang.

"Maksud Acha..." Pikiran Acha tiba-tiba blank, tidak ada kata lagi yang bisa ia rangkai. Bertemu Iqbal untuk kedua kalinya sudah membuat rasa gugupnya hampir tak bisa ia kendalikan.

"Gue nyarin angin bentar," sahut Iqbal, lebih menjelaskan.

Acha mengangguk singkat dengan senyum canggungnya. Jujur, Acha masih bingung harus berbuat apa saat ini. Apalagi Iqbal sedari tadi masih terus menatapnya.

"A.. Acha mau makan di sana boleh?" Gila! Kamu sudah gila Natasha. Dalam hati Acha terus meracaukan kebodohannya. Bagaimana bisa kalimat itu keluar dari bibirnya?!

Entahlah, Acha sendiri merasa tidak bisa berpikir jernih saat ini. Harapan Acha hanya satu, Iqbal menolaknya.

"Sure."

Sial! Harapan Acha sirna bersama angin sore yang tenang. Bukannya menolak, Iqbal malah menyetujui permintaan Acha. Bahkan cowok itu dengan baik hati meminggirkan posisi duduknya, memberikan spaceuntuk Acha duduk.

Acha mengehla napas panjang. Nasi sudah menjadi bubur, akan semakin terlihat bodoh jika dia mendadak kabur detik ini.

"Kenapa nggak nolak sih?! Kan keahliannya nolak kayak waktu di SMA!"

Acha pun tak ada pilihan lagi, dengan langkah yang berat Acha terpaksa keluar dari pintu atap. Acha berjalan mendekati Iqbal dan mengambil duduk di sebelahnya.

Acha berusaha keras mengontrol diri dan kegugupannya. Acha tak berani untuk menoleh ke samping. Acha segera mengeluarkan burgernya dan memakannya.

Dipikiran Acha saat ini hanya cepat-cepat menghabiskan makannya dan segera pergi dari hadapan Iqbal.

Sedangkan Iqbal masih duduk tenang dengan pandangan terus memperhatikan Acha. Iqbal sangat tahu saat ini Acha terlihat gugup dan mungkin tidak nyaman.

"Lo sakit?" tanya Iqbal sengaja. Dia tidak ingin menunjukkan jika dirinya sudah mengetahui profesi Acha di rumah sakit ini.

Acha tersentak kecil, kemudian menggeleng.

"Acha kerja di sini," jawab Acha dengan mulut masih penuh makanan.

"Telan dulu."

Acha lagi-lagi hanya tersenyum canggung.

"Iya Iqbal."

Iqbal mengulum bibirnya, menahan untuk tidak tersenyum. Ekspresi Acha saat ini cukup menggemaskan apalagi pipi gadis itu yang mengembung seperti ikan buntel.

"Lo masuk kedokteran?" tanya Iqbal lagi, seolah sedang menebak pekerjaan Acha.

"Iya, masih internship," jawab Acha lagi tanpa menoleh sedikit pun.

Keheningan terjadi lagi, mungkin bukan hanya Acha yang merasa terlihat bodoh saat ini. Iqbal juga menyadari dia seperti orang bodoh dengan pertanyaan-pertanyaan klise-nya. Padahal Iqbal tidak pernah suka bicara basa-basi. Namun yang dilakukannya saat ini sangat melanggar salah satu prinsip hidup Iqbal.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang