12 - MELUPAKAN

10.8K 1.1K 186
                                    

Iqbal masuk ke dalam ruang rawat Papanya, menaruh sisa susu pisang yang diberikan oleh Acha di meja, kemudian ia langsung duduk di sofa. Pandangan Iqbal kosong ke arah depan, beberapa kali ia menghela napas panjang.

"Sekarang lo sudah bisa lupain orang itu?"

Entah kenapa, jawaban Acha masih terus berputar di kepalanya, apalagi ekspresi Acha yang tenang dan tanpa ragu saat memberikan jawaban kepadanya.

Iqbal merasa ada yang berat di dalam tubuhnya, namun tak bisa Iqbal jabarkan. Bahkan mungkin dirinya sendiri mempertanyakan apa yang sedang dialaminya. Jujur saja, ini untuk pertama kalinya bagi Iqbal merasakan hal aneh seperti ini di dalam dirinya.

"Raut wajah lo kenapa kayak gitu?"

Iqbal tersadarkan, ia menoleh ke ambang pintu, mendapati Rian dan Glen tengah berdiri di sana. Sore tadi keduanya memang sempat menelfonnya menanyakan kabar Papanya dan berencana untuk datang. Tapi, Iqbal tidak menduga akan semalam ini.

"Nggak kurang malam?" sinis Iqbal.

"Kerjaan gue setumpuk monas!" jawab Rian sembari melangkah masuk.

Sedangkan Glen masih tetap berdiri di ambang pintu dengan kening mengerut, Glen menatap Iqbal dengan curiga.

"Nggak masuk?" tanya Iqbal heran.

Bukannya menjawab dan masuk, Glen malah menunjuk Iqbal dengan tatapan berubah menyelidik.

"Lo habis ditolak siapa?" tanya Glen asal.

Iqbal seketika membeku, ekspresinya tak bisa ia kendalikan. Glen seperti baru saja menabrak kenyataan yang sedang ingin ia hilangkan dari kepalanya.

Melihat reaksi kaget Iqbal, membuat Glen semakin yakin. Ia langsung buru-buru masuk dan duduk di samping Iqbal.

"Bener, kan? Lo habis ditolak cewek?" tanya Glen dengan antusias.

Rian menatap Glen dan Iqbal bergantian, binggung dengan yang dimaksud sahabatnya.

"Lo habis di tolak Bal?" tanya Rian mengulangi, ikut penasaran.

Iqbal berdeham pelan, berusaha untuk mengendalikan ekspresinya, mencoba kembali tenang.

"Nggak ada."

"Bohong! Ekspresi lo sejak gue masuk udah aneh banget," tuding Glen tak mau menyerah.

"Ngaco," elak Iqbal.

Glen tersenyum licik, kepalanya semakin liar menduga-duga.

"Lo ditolak Acha?"

Sial! Iqbal merasakan kepalanya seperti disiram air paling dingin, menusuk dan menyakitkan. Meskipun pertanyaan itu tidak benar tapi kenapa terdengar seperti suatu yang nyata di telinga Iqbal.

Kali ini pertahanan Iqbal lebih kuat, Iqbal cukup berhasil untuk bersikap tetap tenang. Iqbal menoleh ke Glen, detik berikutnya Iqbal tak segan menampar pelan pipi sahabatnya itu.

"Otak lo mau gue periksain?"

Glen dengan cepat menggeleng. Apalagi ketika melihat tatapan tajam Iqbal, membuat nyalinya langsung menciut. Toh, pertanyaan Glen tadi hanyalah iseng dan asal nyebut saja. Glen memilih tidak meneruskan menginterogasi Iqbal.

"Nggak perlu, makasih," jawabnya sembari meminggirkan posisi duduknya sedikit menjauh.

Iqbal menghela napas pelan sembari geleng-geleng.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now