34 - COWOK GILA

6.7K 881 102
                                    


Acha masuk ke dalam taxi, setelah berdebat dengan Iqbal yang terus memaksa ingin mengantarnya pulang. Acha akhirnya memilih kabur dengan menaiki taxi komersil yang untungnya baru saja menurunkan penumpang di depan rumah sakit.

Acha melirik ke luar jendela, melihat Iqbal yang masih memperhatikannya dengan senyum kecil yang mengembang di paras tampannya.

Acha mendesis kecil, entah mengapa melihat Iqbal tersenyum seperti itu membuat Acha kesal. Harusnya Iqbal juga kesal kepadanya karena sudah menolaknya.

"Cowok gila!"

Ya, Acha sudah menobatkan seorang Iqbal berubah dalam sekejap menjadi cowok gila. Acha belum terbiasa dengan perubahan sikap Iqbal kepadanya. Acha merasa aneh dan sering dibuat terkejut.

"Tenang Acha. Nggak lama lagi Iqbal pasti nyerah!"

Acha mengangguk dengan yakin sembari mengatur napasnya sejenak.

"Seorang Iqbal nggak akan mau nurunin harga dirinya. Lo tau itu, kan?"

*****

Iqbal menghela napas pelan, padahal ia sudah memasukan mobilnya sejak lima belas menit yang lalu ke garasi namun dirinya masih bergeming di dalam mobil, enggan untuk turun.

"Gue beneran sudah gila."

Iqbal baru benar-benar menyadari apa yang telah dilakukannya. Hal yang tidak pernah ia lakukan sekali pun bahkan saat enam tahun di luar negeri.

Rela menghampiri seorang gadis di tempat kerja untuk mengantarnya pulang!

Dua sudut bibir Iqbal terangkat, tercipta sebuah senyuman tipis. Iqbal memang mengakui dirinya sudah gila, tapi Iqbal sama sekali tidak menyesalinya. Mungkin bisa dibilang Iqbal hanya masih terkejut dengan dirinya sendiri yang bisa berbuat seperti ini.

"Gue nggak mau menyesal untuk kedua kalinya."

Setelah itu, Iqbal turun dari mobil dan langsung masuk rumahnya. Sebelum ke kamar, Iqbal menyempatkan untuk ke kamar Papanya, memeriksa keadaan Papanya.

Iqbal tersenyum lega melihat Papanya tengah tidur dengan tenang. Akhir-akhir ini kondisi Papa Iqbal jauh lebih membaik dan itu membuat Iqbal sangat senang.

"Good night, Pa."

Iqbal menutup perlahan pintu kamar Papanya dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Namun baru saja Iqbal akan masuk, ponselnya bergetar. Ada panggilan dari Rian. Iqbal pun segera mengangkatnya.

"Gue dan Glen ke rumah lo, urgent!"

Panggilan ditutup begitu saja membuat Iqbal menatap layar ponselnya dengan heran. Namun, Iqbal tak mau memikirkan lebih panjang. Hal seperti ini sudah sering terjadi.

Iqbal masuk ke dalam kamar dan langsung mandi. Ia butuh menyegarkan pikiran dan tubuhnya.

*****

Bukan hanya telinga Iqbal yang terasa panas, kepalanya pun rasanya ingin meledak. Sejak tadi Rian dan Glen terus heboh dan memaksanya cerita mengenai pengakuan cintanya ke Acha.

Iqbal yakin Rian pasti tahu hal ini dari Amanda, sementara Glen tahu dari Rian. Siklus yang sangat mainstream hingga membuat Iqbal hapal di luar kepala.

"Tanya satu-satu!" tajam Iqbal.

Rian dan Glen menarik napasnya mereka, sangat panjang.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora