21 - CANGGUNG

7K 892 99
                                    

Makan malam mereka bertiga berakhir dengan bahagia bagi Dino. Namun tidak dengan Acha. Untuk Iqbal, entahlah, cowok itu terlalu misterius dan terlalu tenang hingga membuat orang lain tidak bisa menebak apa yang sedang dirasakannya dan sedang dipikirannya.

Dino melambaikan tangannya ke arah Iqbal dan Acha setelah berpamitan. Ia segera berjalan menuju mobil temannya yang menjemputnya.

Untuk kedua ketiga kalinya, Dino meninggalkan Acha berdua dengan Iqbal. Mereka berdua berdiri di depan cafe dengan canggung, mungkin bagi Acha.

Setelah mendengar pernyataan Iqbal yang mengejutkan beberapa saat yang lalu, Acha merasa semakin canggung di dekat Iqbal. Menurut Acha, usaha Iqbal sangat tidak membantu. Jika diingat lagi, sudah dua kali Iqbal berkata seperti tadi. Cowok itu pun beberapa hari yang lalu pernah berkata jika akan berusaha membuatnya tidak gugup lagi.

Namun? Apa hasilnya? Bukannya meredahkan gugupnya, malah semakin menambahkan setiap harinya. Dan sekarang Iqbal juga berkata akan berusaha tidak membuat Acha canggung lagi? Bagaimana caranya?

Acha menghela napas lebih panjang, ingin segera pergi saja dari hadapan Iqbal tapi ia masih bingung kata-kata perpisahan apa yang harus ia ucapkan ke Iqbal agar tidak terlihat canggung!

Iqbal sendiri bisa menangkap gelagat tak nyaman Acha. Jujur, Ia sedikit menyesali ucapannya. Padahal niat Iqbal ingin membuat kecanggungan Acha berkurangnya. Namun, sepertinya yang dilakukannya malah membawa hasil sebaliknya.

"Sudah pesan taxi online?" Iqbal memecahkan keheningan mereka.

Acha tersentak kaget, lantas menggeleng.

"Ini Acha mau pesan," jawab Acha dan buru-buru mengeluarkan ponselnya. Gara-gara terlalu gugup, membuatnya sampai lupa untuk memesan kendaraan.

Iqbal memperhatikan Acha yang fokus dengan ponselnya, gadis itu terlihat terburu-buru. Jujur, bukannya Iqbal tidak ingin menawarkan untuk mengantar Acha pulang. Iqbal merasa Acha akan bertambah canggung jika ia melakukannya. Karena itu, Iqbal memilih mengurungkan tawarannya.

"Sudah Acha pesan," seru Acha dengan mengembangkan senyum kaku.

Iqbal tak bisa untuk tidak ikut tersenyum, wajah canggung Acha dan senyum kaku gadis itu selalu terlihat menggemaskan. Padahal, Iqbal merasa dia sudah berusaha bersikap biasa dan tidak membuat Acha tegang. Misalnya, Iqbal sering mengajukan obrolan duluan.

"Oke."

Acha mengerutkan kening, menatap Iqbal bingung.

"Iqbal nggak pulang?"

"Pulang."

"Terus kenapa masih di sini?"

"Nungguin lo."

Deg! Tahan Natasha, jangan gugup lagi. Acha berdeham pelan, menyembunyikan debaran jantungnya yang mulai aktif.

"Nungguin Acha? Buat apa?"

"Gue tunggu sampai taxi lo datang," perjelas Iqbal.

Acha menggeleng cepat.

"Nggak perlu Iqbal. Acha bisa tunggu sendiri. Iqbal kalau mau duluan nggak apa-apa banget," tolak Acha cepat.

Iqbal menatap Acha lekat, gadis ini terlihat sungguh-sungguh mengusirnya. Iqbal pun mau tak mau mengangguk, menyetujui.

"Oke, gue balik duluan."

Acha bernapas lega dan mengangguk dengan semangat.

"Iya Iqbal. Hati-hati di jalan."

Namun, bukannya beranjak Iqbal masih tetap di tempat dan menatap Acha lebih lekat.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ