16 - PERMINTAAN TAK TERDUGA

7.9K 1K 267
                                    

Selamat malam teman-teman pembaca semua, bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu. 

Sebelumnya aku minta maaf banget karena tiba-tiba belum bisa update apapun selama satu bulan ini karena bulan kemarin aku mendadak sakit dan sekarang masih tahap pemulihan. Tapi, alhamdulillah keadaanku sudah jauh lebih baik dan aku juga akan berusaha kembali aktif lagi untuk nulis dan update buat teman-teman pembaca. 

Terima kasih banyak buat teman-teman pembaca yang udah ngertiin dan udah sabar untuk nunggu Mariposa Masa Seandainya update lagi. 

Aku juga mau ucapin selamat menjalankan ibadah puasa buat teman-teman yang menunaikan. Semangat puasanya. 

Semoga teman-teman pembaca selalu suka karyaku dan selalu suka Mariposa Masa Seandainya. Selamat membaca 🦋

****

Iqbal keluar dari ruangan dekan setelah melakukan interview keduanya. Seminggu yang lalu, Iqbal mendaftarkan diri menjadi dosen di Universitas Arwana, jurusan astronomi. Di mana jurusan tersebut merupakan salah satu jurusan terbaru di Universitas tersebut, sekitar tiga tahun.

Dengan keahlianya dibidang Fisika sejak SMP, portofolio study, pengalaman kerja dan berbagai prestasinya, Iqbal akhirnya diterima menjadi menjadi dosen Universitas Arwana untuk mengajar Fisika Dasar mahasiswa dan mahasiswi semester pertama. Dan, mungkin Iqbal akan menjadi dosen termuda di jurusan tersebut.

Iqbal akan mulai mengajar minggu depan, menggantikan salah satu dosen yang mendadak cuti hamil.

"Akhirnya," lirih Iqbal merasa puas dengan kerja kerasnya.

Iqbal mengedarkan pandangnya ke sekitar, langit yang pagi tadi mendung kini berganti sangat cerah, seolah ikut memberikan selamat kepada Iqbal. Tanpa sadar, bibir Iqbal mengembang kecil.

Iqbal melihat jam tangannya, menunjukkan pukul liam sore. Satu jam lagi, Iqbal ada janji untuk menemani Papanya melakukan pemeriksaan keseluruhan. Selama seminggu terakhir ini kondisi Papanya jauh membaik.

Iqbal segera kembali melangkah, menuju ke parkiran.

****

"Iqbal."

Langkah Iqbal seketika terhenti saat mendengar namanya dipanggil dengan cukup kencang. Iqbal lantas berbalik dan cukup kaget melihat sosok pria paruh baya yang tersenyum lebar mendekatinya.

"Pak Bambang," balas Iqbal dengan sopan dan langsung menyalami pria tersebut yang merupakan guru pembimbing olimpiadenya saat SMA.

Pak Bambang menepuk-nepuk pelan lengan Iqbal penuh semangat, merasa senang bisa melihat salah satu siswa kebanggaannya.

"Kamu apa kabar? Enam tahun nggak ketemu, kamu semakin terlihat luar biasa," puji Pak Bambang.

Iqbal tersenyum kecil.

"Baik, bapak sendiri bagaimana kabarnya?"

"Baik juga. Bapak kira kabar kamu pulang ke Indonesia itu cuma candaan teman-teman angkatan kamu, bapak nggak nyangka ternyata kamu beneran pulang."

"Iya Pak, situasi di rumah mengharuskan saya pulang."

"Terus kamu ngapain di Universitas Arwana? Mau lanjut S3 di sini? Terus pekerjaan kamu di UK gimana?" Meskipun tidak pernah bertemu Iqbal selama enam tahun ini, Pak Bambang selalu aktif mengikuti perkembangan alumni siswa dan siswi olimpiadenya, termasuk Iqbal, Acha, Dino dan lainnya.

Iqbal terkekeh pelan, merasa pria paruh baya di depannya ini tak pernah berubah, masih seperti saat dirinya SMA. Salah satu yang paling Iqbal ingat, Pak Bambang punya kebiasaan selalu mengajukan pertanyaan berbondong.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now