13 - Musim Panas yang Dingin 💙

1K 185 125
                                    

Hai, siapa yang nunggu cerita ini up?

Chapter kali ini lebih panjang dari biasanya, ya. Jadi, boleh lah kasih Mocca feedback yang lebih juga, hehe.

VOTE + KOMENTAR JUSEYOOO

Bisa baca dulu sampai habis biar bisa menikmati tulisan. Terus scroll lagi dari atas untuk kasih komentar. Tips biar fokus baca, tapi tetap bisa kasih reaksi untuk tiap paragraf yang teman-teman suka🥰

Happy reading^^


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Suara langkah dari puluhan pasang kaki terdengar di seluruh sudut ruang kedatangan Amsterdam Airport Schiphol sejak lima menit yang lalu. Suasananya begitu menunjukkan bahwa pantas mendapat predikat sebagai bandara tersibuk kelima di Eropa. Kini satu per satu orang mulai meninggalkan tempat dan menuju pintu keluar bersama dengan koper berikut barang bawaan lainnya. Beberapa langsung menepi untuk menunggu taksi, tapi ada juga yang terus melangkah hingga ke jalan raya.

Di tengah keramaian tersebut seorang perempuan dengan satin dress hitam dan kerudung berwarna senada berdiri sambil menunggu tiga laki-laki yang beberapa jam ini membuatnya sakit kepala. Ia hanya menenteng satu tas pribadi dan ransel kecil milik putranya. Sedangkan koper berisi pakaian dan beberapa barang penting lainnya berada pada genggaman Ivander. Ah, suaminya itu tampak seperti pangeran hari ini. Pria itu memadukan jaket military YSL dengan celana jeans slim fit dan lace-up boots. Auranya dua kali lebih manly berkat nuansa serba hitamnya. Juga didukung deretan kancing keemasan yang menonjol, menambah kesan royal style.

Sayangnya Ivander tidak bisa berjalan dengan gagah, sebab diikuti dua laki-laki yang saling beradu mulut di kanan dan kiri. Ia sibuk menyahuti agar keduanya segera berhenti. Alhasil dirinya ikut terpancing untuk menanggapi, terlebih pada sang sahabat yang sering membuatnya kesal berkali-kali lipat.

"Ributnya masih butuh waktu berapa menit lagi, Sayang-sayangku?" tanya Rosalie dengan suara satu oktaf lebih tinggi untuk memecah kegaduhan di depan sana.

Seorang pria dengan jaket tipis bermerek luar negeri dan topi hitam menoleh ke sumber suara. Detik berikutnya ia menatap kembali mata sang sahabat. "Van, lo denger kan Rosa manggil kita apa? Sayang-sayangku, uyyy."

Ivander tersenyum miring. "Rosalie manggil gue sama Sabqi. Jangan kepedean, Haidar Harissudin."

BUG

Paha Ivander dan Haidar ditepuk oleh sosok kecil yang sejak awal kedatangan sibuk melerai keributan mereka. Dua pria itu pun praktis menunduk dan mendapati wajah Sabqi yang tengah mendongak tanpa ekspresi.

"Kalian bukan sayang-sayangnya Mama Rosa. Sayangnya Mama Rosa hanya Sabqi," ucap bocah berkaus putih tanpa kerah yang dibalut dengan long outer warna cokelat. Cocok dengan sneakers hitam yang menutupi kaki mungilnya. Pakaian yang tidak muluk-muluk untuk bocah berusia lima tahun, tapi tetap fashionable.

Rose & Lose [S1 end - S2 on going]Where stories live. Discover now