28 - Putri Terhebat Papa

3K 544 366
                                    

Hai, sesuai jawaban teman-teman berarti hari ini siap ya untuk meramaikan dua chapter sekaligus.

Sebelumnya Mocca juga mau minta maaf jika nantinya ada hal-hal yang kurang berkenan di hati teman-teman.

Tinggalkan jejak-jejak baiknya dan selamat membaca^^

Tinggalkan jejak-jejak baiknya dan selamat membaca^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Now Playing
Dawai - Fadhilah Intan

~•~•~•~•~•~•~

Kalau di dunia ini ada mesin waktu, Rosalie tak ingin memilikinya. Mau seberapa banyak diputar ke belakang tidak ada satupun tahun yang ingin kembali ia rasakan. 23 tahun hidup di dunia dan ingatan terbesarnya hanya ada kesedihan juga kemalangan.

Di bawah langit malam Amsterdam, perempuan yang kembali kehilangan dirinya sendiri itu berjalan tanpa memperhatikan jalan. Langkahnya gontai bersama perasaan bersalah yang seolah sedang berlarian mengitarinya. Gedung-gedung tinggi bahkan terasa ikut menunduk mengasihani dan merutukinya secara berbarengan.

Sejak sore tadi ia duduk di sebuah cafe untuk menenangkan diri. Selama itu juga Rosalie mengompres matanya menggunakan es agar tak terlalu sembab. Tadi Frans juga sempat menemani, tapi berkali-kali ia minta untuk pergi. Rosalie benar-benar ingin sendiri.

Menghentikan kaki di lobi, Rosalie berusaha untuk memasang ekspresi yang biasa saja. Ia merapikan sedikit hijabnya sambil menata kembali perasaan bersalah, takut, dan sedih agar tidak terlihat di raut wajahnya.  Perempuan tersebut kemudian kembali mematri langkah dengan lebih tegar menuju lorong di dekat ruang operasi.

"Rosalie. Kamu ke mana aja, sayang?" Sambut laki-laki bertubuh ramping seraya memeluknya.

Perempuan itu tak menjawab dan secara perlahan melepas dekapan, membuat Ivander merasakan keanehan.

"Kamu baik-baik aja, kan? Ini dahi kamu juga kenapa?" Ivander tampak sangat khawatir saat mendapati lebam di atas alis Rosalie.

"Aku tadi keluar untuk beli sesuatu, tapi malah nyasar. Aku juga sempat keserempet mobil sampai terbentur trotoar, makanya lebam." Jelas Rosalie berbohong, kemudian mengambil tempat di sebuah bangku panjang.

"Astaghfirullah, kenapa nggak bilang aku kalau mau pergi? Kamu tunggu di sini, ya. Aku mau cari obat dulu ke suster-" kalimat khawatir Ivander terpotong saat Rosalie memegangi tangannya agar tak pergi.

Perempuan itu menggeleng. "Nggak usah, Mas. Aku udah baik-baik aja, kok. Ann gimana? Apa masih di dalam?"

"Iya. Alhamdulillah, proses transplantasi nya berjalan lancar. Kata dokter kita hanya perlu menunggu Ann siuman dan besok udah masuk ke proses pemulihan. Putri kecil kita akan segera sembuh, sayang." Tutur laki-laki berpipi tirus tersebut, kemudian tersenyum lembut.

Rose & Lose [S1 end - S2 on going]Where stories live. Discover now