04 - Keinginan Pertama💙

3.2K 497 257
                                    

Hai, terima kasih banyak atas jejak-jejak baik di chapter sebelumnya.

Vote-nya kemarin belum sampai target, tapi Mocca mau menghargai yang udah komen banyak banget. Jadi, Mocca up sekarang.

Kali ini Mocca bawain chapter yang lebih panjang, semoga kalian suka.

300 vote + 250 komentar untuk lanjut ke chapter 05.

Semangat, happy reading~

Suara decitan yang timbul akibat gesekan meja-kursi dan lantai terdengar silih berganti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara decitan yang timbul akibat gesekan meja-kursi dan lantai terdengar silih berganti. Derap langkah kaki ke sana dan ke mari juga turut mengikuti. Sebelas orang pria tengah sibuk menata ulang isi galeri, menciptakan suasana baru yang sudah hampir dua tahun tidak diganti.

Seorang laki-laki bertubuh ramping dengan cardigan sepaha berdiri di samping pintu masuk sambil menelisik beberapa lembar kertas. Tangannya menggerakkan spidol hitam dengan mata yang sesekali melihat ke arah barang-barang di depannya. Merasa bahwa semua daftar furnitur telah ia centang, dirinya lantas berjalan menuju ke tengah ruangan.

"Anak-anak produksi bilang, jam dua nanti tiga set kursi ukir dengan desain terbaru selesai tahap finishing. Mereka butuh bantuan untuk bawa ke sini. Kira-kira siapa yang bisa ambil?" Ivander membuka suara, membuat seluruh pasang mata tertuju padanya.

"Nanti biar saya, Didin, Ajil, sama Setyo aja, Pak. Teman-teman yang lain biar beresin yang di sini," sahut seorang karyawan.

Ivander mengangguk, lalu melihat ke arah arloji yang melingkar di tangan. "Oke. Kalau gitu lebih baik kita istirahat dulu. Siap-siap juga, sebentar lagi salat zuhur," tuturnya.

Seperti biasa, ketika Ivander sudah mengatakan untuk beristirahat, maka di saat itulah tidak akan ada karyawan yang bekerja. Jika Ivander melihat hal tersebut, maka pria itu akan menyuruh karyawannya bekerja hingga lembur. Sebaliknya, jika di waktu bekerja terlihat ada karyawan yang bersantai-santai, apalagi di saat teman-teman yang lain sibuk, maka Ivander akan mempersilakannya untuk bersantai hingga akhir bulan. Dengan ucapan sindiran itu, secara cepat para karyawan yang menyepelekan aturan sederhana dari Ivander akan menyadari kesalahannya. Sebenarnya Ivander ini termasuk atasan yang tidak mengekang, hanya saja dalam urusan waktu ia ingin semua berjalan sesuai dengan jadwal dan porsi yang seharusnya.

"Pak, ada customer yang mau minta kerja sama ekspor-impor dengan galeri kita," ucap Sugeng sambil terus berjalan mengikuti langkah Ivander menuju musala.

"Alhamdulillah. Dari mana?" tanya pria yang tengah menggulung lengan bajunya.

Dengan penuh semangat Sugeng menjawab, "Amsterdam, Pak."

BRUGH

Sugeng tidak sengaja menabrak punggung Ivander yang menghentikan langkah secara mendadak. "Mbok, ya, kalau berhenti pakai aba-aba dulu, Pak. Udah kayak motor emak-emak sen ke kiri belok ke kanan aja," gerutu pria berkemeja batik tersebut.

Rose & Lose [S1 end - S2 on going]Where stories live. Discover now