****

Keadaan cafetaria tidak cukup ramai, karena Iqbal memang memilih ke cafetaria kampus yang ada di dekat gedung fakultasnya. Universitas Arwana memiliki dua cafetaria dan yang paling besar berada di dekat gedung rektor.

Mungkin karena masih jam kuliah, para mahasiswa dan mahasiswi tidak terlihat di sekitaran cafetaria.

Iqbal membawa nampan yang berisikan sepiring gado-gado dan jus semangka. Kemudian mengambil duduk di meja paling ujung agar bisa makan lebih tenang.

Iqbal menikmati makan siangnya dengan pemandangan danau buatan yang berukuran kecil di sebelah fakultasnya, angin siang pun terasa cukup sejuk.

"Boleh ikut duduk?"

Perhatian Iqbal langsung teralihkan, ia menatap ke depan dan sedikit kaget melihat sosok Atlas tiba-tiba berdiri di depannya dengan membawa nampan makanan.

Iqbal kemudian mengangguk.

"Sure," jawab Iqbal dengan tenang.

Atlas tersenyum tipis dan segera duduk di hadapan Iqbal. Untuk beberapa saat mereka sama-sama diam dan fokus dengan makanan masing-masing.

Iqbal sendiri tidak terlalu peduli dan tidak terganggu juga. Toh salah satu kelebihannya adalah bersikap dingin ke orang lain.

"Gue Atlas," ucap Atlas tiba-tiba memperkenalkan dirinya.

"Gue tau," balas Iqbal singkat.

"Lo pasti Iqbal, kan?"

"Hm."

Atlas menghentikan aktivitas makannya dan menaruh sendoknya. Kali ini, Atlas sengaja memfokuskan pandangnya ke Iqbal.

"Gue cukup banyak tentang lo."

"Sori, gue nggak tau tentang lo," balas Iqbal dengan wajah tanpa dosanya.

Atlas tersenyum tipis, tidak terlalu kaget dengan sikap dingin Iqbal. Sejak mulai mendekati Acha, Atlas memang sudah mencari tau tentang gadis yang disukainya. Terutama kisah Acha yang mengejar-kejar Iqbal ketika masih SMA.

"Sepertinya lo nggak suka basa-basi, jadi gue akan langsung aja."

"Silahkan."

Atlas menghela napas pelan, menyiapkan rangkaian kalimat yang siap untuk ia luapkan dari kepalanya.

"Gue suka sama Acha sejak lama dan gue lagi ngejar Acha sekarang. Jujur, kedatangan lo yang nggak terduga setelah enam tahun Acha berusaha lupain lo cukup buat gue terganggu. Tapi tenang aja, gue bisa pastikan akan buat Acha sepenuhnya lupain lo."

Iqbal tak menyangka Atlas benar-benar akan sebablakan ini di pertemuan resmi mereka.

"Dan gue juga tau, lo sekarang lagi ngejar Acha. Jadi gue harap kita bisa bersaing dengan adil. Siapa pun yang akhirnya diterima oleh Acha, pihak lain harus bisa menerima keputusan Acha."

Iqbal mengembangkan senyumnya dengan tatapan yang fokus ke Atlas. Detik berikutnya, Iqbal berdiri hendak beranjak. Sebelum itu, Iqbal sempatkan memberikan kalimat terakhirnya untuk Atlas.

"Tenang aja, gue juga bisa pastikan Acha akan terima gue."

Atlas hanya bisa terdiam mendengar pengakuan Iqbal. Ia melihat kepergian Iqbal yang penuh percaya diri. Atlas menghela napas berat, ternyata sosok Iqbal lebih kuat dari yang dikiranya.

"Kita lihat saja."

*****

Mulut Acha terbuka dengan lebar saat melihat deretan kotak berisikan sushi yang cukup banyak di hadapannya. Bahkan sushi sebanyak ini bisa untuk semua orang di IGD.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now