"Aku bilang apa padamu waktu itu hm?" Sorot mata laki-laki itu menajam, siap menerkam Kanara kapan saja.

"Jangan dibuka," cicit Kanara takut-takut.

"Terus kenapa dibuka, Nana?"

Kanara meremas genggaman tangannya, keringat dingin membasahi telapak tangannya. "Gak sengaja," lirih Kanara.

"Ambil, pakai lagi." Perintah laki-laki itu mutlak, tidak bisa dibantah.

Mampus! Kanara bergerak gelisah, bagaimana ia bisa mengambilnya sedangkan kalung itu saja masih hilang. Kanara benar-benar memikirkan nasibnya sehabis ini, apa perlu ia membuat surat wasiat sekarang?

Melihat Kanara yang diam saja membuat Daven tersenyum miring, ia sebenarnya tahu jika kalung itu dibuang dan masih belum ditemukan. Tetapi pura-pura tidak tahu dulu agar membuat wanita itu panik sepertinya menyenangkan.

"Apa tidak bertemu denganku membuatmu tuli, Kanara?" Desis laki-laki itu saat tidak mendapatkan jawaban apapun.

"M-maaf..."

Tangan Daven dengan kurang ajarnya mulai menjalar kemana-mana, tangan besar pria itu menusuk-nusuk perut Kanara dengan menggunakan jari telunjuknya. Kanara menahan napas saat merasakan geli pada perutnya karena ulah pria itu.

"Hm?" Gumam Daven penuh tanda tanya, menyuruh Kanara untuk bercerita apa yang terjadi.

"A-aku lupa naro kalungnya dimana, maaf." Jawab Kanara bohong, tidak mungkin ia berbicara yang sebenarnya kan.

Daven mengangguk percaya, ia bangkit dan keluar kamar sebentar lalu kembali lagi ke dalam kamar dengan membawa laptop miliknya.

"Kamu mau tahu dimana kalungmu sekarang?" Kanara reflek mengangguk meskipun tidak mengerti.

Daven menyalakan laptopnya, entah bagaimana ceritanya muncul video panjang tidak jelas. Di video itu terdengar percakapan dan terlihat jelas pemilik kamera itu tengah berinteraksi dengan siapa.

Astaga. Video itu diambil tepat dari kamera yang berada di kalung yang dikenakan Kanara. Terdengar tangisan Kanara saat kalung itu dilempar jauh, saat itu barulah kamera mulai gelap semuanya. J-jadi selama ini kalung itu memiliki kamera didalamnya?!

Tubuh Kanara benar-benar lemas, ia gemetar hebat. Ia merasa seperti ada sebuah tali yang mengikat kakinya kemanapun ia pergi, seolah-olah tali itu ada untuk menahan setiap gerak geriknya.

"D-daven..." Lirih Kanara seakan tidak mampu untuk berbicara dengan suara normal, bahkan suara nya saja sekarang terasa seperti tersendat-sendat.

"Ketemu!" Ucap Daven dengan senyum yang menghias di wajahnya. Ia menunjukan layar laptop yang kini terdapat lokasi dimana kalung itu berada. "Kalungnya ada di taman, tetapi karena Dave melemparnya terlalu jauh jadi kalung itu berada di dalam semak-semak taman belakang."

"Kamu tahu?" Tanya Kanara lemah, ia kira Daven tidak tahu. Sungguh Kanara benar-benar merasa sangat bodoh. Bagaimana ia tidak menyadari jika kalung itu memiliki kamera dan bahkan memiliki pelacak di dalamnya.

"Aku tahu semua tentang kamu, Nana."

Daven meraih telpon yang terhubung langsung dengan beberapa pelayan dan pengawal kepercayaannya. "Abyasa, tolong temukan kalung milik istri saya. Lokasi rincinya saya kirimkan ke kamu."

DavendraWhere stories live. Discover now